Rabu, 12 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 3



Part 3

“Selamat pagi nek..” sapa Hye In pada nenek yang sedang duduk ditaman panti.

“Hye In, selamat pagi.” Balas nenek.

“Ini untuk nenek.” Hye In memberikan secangkir teh untuk nenek. “Nenek, apa yang sedang nenek pikirkan?” tanya Hye In sambil menggigit sepotong biscuit.

“Jae Eun. Pasti perjalanannya baru dimulai. Aku harap ia berhasil.” Nenek tersenyum, juga Hye In.
*****
Segera Jae Eun meletakan foto itu kembali ke atas meja, dan berbalik menghadap kearah datangnya suara.

“Selamat pagi tuan. Maaf saya pelayan baru dirumah ini. Saya akan mengurus anak anda.” Ucap Jae Eun. Pria itu hanya melihat Jae Eun dengan dingin, dan Jae Eun memandang tuannya.

Masih muda & tampan, tapi sudah punya anak. Apa begini kehidupan pria kaya?. Jae Eun membatin dalam hati.

Hanya dengan isyarat tangan, pria itu menyuruh Jae Eun keluar dari kamar. Jae Eun segera tanggap dan keluar dari kamar yang telah ia bereskan.
*****
“Apa yang kau lakukan disini Jae Eun?” tanya kepala pelayan Kim.

“Oh..nyonya kim.” Jae Eun berhenti mengelap meja. “Aku sudah membereskan kamar yang nyonya suruh.” Jae Eun tersenyum.

“Apa kau sudah bertemu dengan orang yang akan kau urus?” tanya nyonya Kim sedikit ragu pada Jae Eun.

“Aku sudah melihat fotonya nyonya, dia begitu manis.”

“Manis???”

“A….oya nyonya, aku tadi bertemu dengan ayahnya. Tapi aku belum bertemu dengan anak yang nyonya maksud.”

Tanpa menanggapi Jae Eun, nyonya Kim langsung pergi meninggalkan Jae Eun yang masih terheran-heran karena nyonya Kim berlalu begitu saja.
*****
“Sekretaris Yoon.” Panggil nyonya Kim pada orang paruh baya.

“Ya, nyonya Kim, ada yang bisa saya Bantu?” sekretaris Yoon menawarkan bantuan.

“Apakah tuan muda sudah pulang?” sekretaris Yoon mengangguk. “Apakah ia sudah berada dikamarnya?” sekretaris Yoon kembali mengangguk dan juga mulai penasaran pada nyonya Kim.

“Sebenarnya ada apa nyonya Kim?”
*****
Nyonya Kim dan sekretaris Yoon berjalan menuju kamar tuan muda. Sekretaris Yoon mulai memberitahukan kalau nyonya Kim ingin bertemu. Nyonya Kim membuka pintu dan masuk.

“Tuan muda apa kabar?” sapa nyonya Kim.

“Nyonya Kim, ada apa? Tidak biasanya kau menemuiku.” Tanya tuan muda.

“Tuan muda, mungkin tuan muda sudah bertemu dengan pelayan yang baru saja membereskan kamar ini.” Nyonya Kim menjelaskan, tuan muda itu mencoba mengingat.

“Selamat pagi tuan. Maaf saya pelayan baru dirumah ini. Saya akan mengurus anak anda.”

Tuan muda itu mulai teringat dengan ucapan pelayan yang membersihkan kamarnya tadi dan menyapanya dengan kalimat yang aneh.

“Pelayan yang mengatakan akan mengurus anakku…”

“Mungkin anda belum tahu dan juga dia belum tahu.”

“Apa maksudmu nyonya Kim?” tuan muda itu tak mengerti.
*****
Jae Eun sudah berada diruangan dimana ia dihadapkan dengan tuan muda dari rumah mewah itu. Jae Eun masih tak percaya akan pekerjaan yang harus ia jalankan mulai detik ini dimana ia berdiri saat ini sampai waktu yang tak tahu kapan akan dikatakan berhenti.

Yang benar saja? Masa aku harus mengurusnya? Bukankah pekerjaanku adalah baby sister? Dimana bayinya? Atau anak balita? Nyonya Kim benar-benar punya selera humor yang baik. Gerutu Jae Eun dalam hati.

Begitu pula dengan tuan muda yang terus mengawasi Jae Eun yang berdiri dihadapannya. Ia juga tak percaya, tapi semua harus ia jalani juga.

Nyonya Kim benar-benar hebat. Apalagi Pengurus Nam. Benar-benar menghukumku. Gerutu tuan muda itu dalam hati.

“Senang bertemu dengan anda tuan. Saya pelayan baru disini, saya sekarang akan mengurus keperluan anda. Perkenalkan nama saya Jeon Jae Eun. Mohon bimbingannya.” Jae Eun memberi salam.

“Kenapa nyonya Kim menempatkanmu diposisi ini?” tanya tuan muda.

“E..saya tidak tahu tuan, nyonya Kim hanya bilang kalau pekerjaan saya beda dengan yang lain itu saja yang saya ingat. Dan saya akan berusaha sebaik mungkin.” Tuan muda itu tersenyum tipis.

“Yah…berusahalah sebaik yang kau bisa.” Ucap tuan muda itu tepat disebelah Jae Eun saat akan berjalan keluar.
*****
Jae Eun sedang melihat jadwal kegiatan yang harus ia kerjakan esok pagi, matanya melotot hampir keluar serta mulutnya menganga lebar.

“Nyonya Kim…apakah ini kegiatanku?” tanya Jae Eun.

“Kenapa? Kau tidak sanggup dan akan menyerah?” nyonya Kim balik bertanya.

“Tidak..tidak…aku tidak akan menyerah,,” Jae Eun menunjukkan semangatnya “ini smua demi nenek…” suara Jae Eun agak lirih, tapi tetap tertangkap pula oleh nyonya Kim.
*****
Pagi-pagi Jae Eun sudah memulai pekerjaannya, membersihkan ruang baca, membereskan ruang televisi khusus dan hal-hal lain juga telah selesai dikerjakan. Jae Eun sangat cekatan melakukan pekerjaannya, mungkin karena ia telah terbiasa melakukan pekerjaan dipanti. Tugas selanjutnya, Jae Eun mulai ragu untuk melakukannya.

Apa? Aku harus melakukan hal yang satu ini? Tanya Jae Eun ragu pada dirinya sendiri. Ia mulai mondar-mandir persis seperti setrikaan. Kalau sekretaris Kim sudah sampai sini brarti aku gagal donk…

Dengan penuh tenaga Jae Eun mengumpulkan keberaniannya untuk melakukan tugasnya yang satu ini. Ia mulai berjalan perlahan-lahan untuk melaksanakan tugasnya yang dianggap berat dari semua tugas yang diberikan. Jae Eun menarik nafas dalam-dalam.

“Tuan…..bangun….ini sudah pagi…” Jae Eun coba membujuk seseorang untuk bangun. Ternyata tugas yang dianggap Jae Eun berat adalah masuk ke kamar majikan untuk membangunkannya. Jae Eun menarik nafasnya lagi dalam-dalam. “Tuan….silahkan bangun…ini sudah pagi…”
Sudah hampir sepuluh menit Jae Eun mencoba membangunkan dengan hanya mengucapkan kata-kata. Jae Eun sempat berfikir untuk menggoyang-goyangkan badan majikannya, tapi itu dirasa Jae Eun tidak sopan. Jae Eun hampir putus asa, dia mengingat orang-orang dipanti tidak perlu dibangunkan dan merekapun tidak akan sulit untuk dibangunkan.
Akhirnya Jae Eun mulai memberanikan diri, diulurkannya tangannya perlahan-lahan sampai menyentuh selimut yang menyelubungi tubuh majikannya. Pelan ia mulai menggoyang-goyang tubuh majikannya. Karena terlalu lama dan Jae Eun sudah mulai kesal, ia melihat telinga majikannya. Dengan masih menggoyang-goyangkan tubuh majikannya, Jae Eun menunduk mencoba mendekatkan wajahnya ke telinga majikannya mencoba teknik baru untuk membangunkan.

“Tu……” baru mulai Jae Eun akan membisikan ditelinga majikannya, tuan muda itu sudah berpaling tepat dihadap Jae Eun yang bibirnya masih sedikit monyong.
Alhasil keduanya pun saling bertatap muka satu dengan yang lain.

bersambung...

2 komentar: