Part 4
“Nyonya Kim.”
Sapa sekretaris Yoon.
“Sekretaris
Yoon, selamat pagi. Sekretaris Yoon mau minum apa? Mungkin hari ini sedikit
lama untuk menunggu.”
“Mungkin
secangkir kopi saja nyonya Kim.”
“Tunggu
sebentar.” Kemudian nyonya Kim pergi untuk membuatkan secangkir kopi.
“Terima kasih
nyonya Kim.” Ucap sekretaris Yoon saat nyonya Kim meletakan secangkir kopi.
“Mungkin ini agak berat untuk gadis muda itu nyonya Kim.” Kata sekretaris
setelah menyeruput kopi.
“Kita harus
melihatnya dulu sekretaris Yoon, aku rasa Jae Eun bukan tipe seperti itu, aku
bisa melihatnya, tak mungkin pengurus Nam memilih sembarangan orang.”
*****
Jae Eun
cepat-cepat menarik tubuhnya dan berdiri tegak disamping tempat tidur, dan tuan
muda itu juga segera bangun dan terduduk ditempat tidurnya.
“Tuan segeralah
bangun dan bersiap. Sekretaris Yoon sudah menunggu anda. Maaf membangunkan anda
dengan tidak sopan, lain kali saya tidak akan mengulanginya lagi. Tapi…tolong
segeralah bangun dengan cepat, saya permisi dulu.” Jae Eun segera keluar dari
kamar majikannya.
Cepat-cepat Jae
Eun berjalan, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa dirinya berpapasan dengan
sekretaris Yoon. Sekretaris Yoon yang tadinya ingin menyapa tidak jadi karena
tingkah Jae Eun yang aneh. Sekretaris Yoon melanjutkan langkahnya untuk segera
menuju kamar tuan muda.
Jae Eun sampai
didapur khusus untuk para pembantu rumah tangga. Jae Eun mengatur nafasnya, ia
seperti maling yang akan tertangkap. Saat ia akan menuangkan air minum dalam
gelas, ia dikagetkan dengan suara nyonya Kim.
“Jae Eun?”
“O…kapjagi.
Nyonya Kim, jangan mengagetkanku.” Kemudian meminum air yang telah dituangnya.
“Aku tidak
mengagetkanmu, hanya mungkin kau yang terlalu banyak melamun.”
“Nyonya Kim,
boleh kita bicara sesuatu.”
“Jika itu
tentang pekerjaan, aku beritahu bahwa aku tidak bisa membantu.” Nyoya Kim
seperti tahu arah pembicaraan Jae Eun, Jae Eun cemberut mendengar ucapan nyonya
Kim.
*****
“Apa kamu
berusaha keras Jae Eun? Kau harus tetap tulus,,” nenek memandangi foto Jae Eun.
“Nenek, apa
nenek merindukan Jae Eun?” tanya Gyu
Ri.
“Jae Eun, dia
anak yang pantang menyerah. Aku akan selalu menunggunya Gyu Ri.”
“Itu juga berkat
nenek.” Gyu Ri dan nenek tersenyum memandang foto Jae
Eun.
*****
Jae Eun memulai
pekerjaannya disore hari, dengan membersihkan ruang yang khusus untuk dia
bersihkan sendiri. Tak luput pula, kamar tuan muda juga harus ia bersihkan sore
ini.
Jae Eun terlihat
seperti akan mencuri sesuatu dengan gerakan yang ia lakukan. Ia mulai memasuki
kamar tuan muda dan membersihkannya.
Bug!!!
Sesuatu
terjatuh, ia mengambilnya dan ternyata itu sebuah buku, masih ada pita yang
membungkusnya, walau tidak terbungkus kertas kado. Terlihat sudah lama dan
usang, Jae Eun membuka tali pita itu dan ternyata buku itu adalah buku cerita
untuk anak-anak. Didalam buku itu ada tulisan, untuk Jo Kwang Min.
“Untuk Jo Kwang
Min. O…jadi nama tuan muda itu Jo Kwang Min.” ucapnya sambil membuka halaman
pertama dari buku cerita itu.
*****
“Sekretaris
Yoon. Kenapa tadi pagi bukan kau yang membangunkan aku?”
“Tuan muda,
maaf, sekarang itu bukan tugas saya lagi. Karena tuan sudah mempunyai pengurus
sendiri.”
“Apa dia punya
bukti kuat, bahwa dia memang dipekerjakan untuk itu?”
“Sangat. Sangat
jelas sekali tuan. Nyonya Kim juga terkejut waktu pertama kali mengetahui hal
ini.”
“Apa yang harus
aku lakukan?”
“Yang harus tuan
muda lakukan adalah menepati janji yang tuan sudah buat.” Sekretaris Yoon
mengingatkan, tuan muda menoleh pada sekretaris Yoon dengan pandangan tidak
suka.
*****
Tuan muda sudah
sampai di ruang kerja yang ada dalam rumah, kemudian Jae Eun datang membawakan
secangkir minuman dan meletakan diatas meja kerja.
“Ini tuan,
semoga tuan menyukai minuman ini.” Ucap Jae Eun setelah meletakkan secangkir
minuman.
“Apa ini?” tanya
tuan muda itu dengan nada dingin.
“Mungkin tuan
bisa mencicipinya terlebih dahulu, jika tuan tidak suka saya akan ganti dengan
yang anda inginkan. Saya permisi.” Jae Eun kemudian keluar dari ruang kerja
majikannya.
“Memang apa yang
kau buatkan untukku.” Kwang Min mencoba melihat isi cangkir, mengangkatnya
kemudian mencicipi yang disuguhkan pengurusnya. Kwang Min terkejut setelah
mencicipi minuman yang dibuat Jae Eun, ada perasaan yang familiar bagi Kwang
Min.
*****
Sudah satu
minggu berlalu, Jae Eun bekerja mengurus tuan muda. Memang semua tidak berat
untuk Jae Eun jika itu hanya menyapu, mengepel, menguras bak, memotong rumput,
menyiram tanaman, dan lainnya. Tapi jika ia disuruh untuk masuk kamar dimana ia
dulu mengerjakannya untuk pertama kali, ia terasa berat. Apalagi untuk
membangunkan tuan muda.
Pagi ini Jae Eun
seperti biasa akan membangunkan tuan muda, masih ragu Jae Eun untuk membuka
pintu kamar. Tapi ia tetap melakukannya, Jae Eun mulai masuk ke kamar
majikannya dengan langkah pelan ia menghampiri untuk membangunkan tuannya.
Saat Jae Eun
sudah hampir dekat untuk membangunkan ternyata ditempat tidur sudah tidak ada
orang. Jae Eun lega, karena ia tidak usah susah payah membangunkan majikannya.
Semoga hari ini hari keberuntungan. Jae
Eun berkata dalam hati. Jae Eun mulai merapikan tempat tidur. Selesai merapikan
tempat tidur Jae Eun pun akan keluar.
“Aa!!!” Jae Eun
berteriak kaget. “Maaf tuan, saya tidak tahu. Maaf saya akan segera keluar.
Maaf.” Jae Eun buru-buru akan keluar dari kamar majikannya.
“Bukankah kau
yang mengurusku sekarang?” langkah Jae Eun terhenti. “Seharusnya kau menyiapkan
pakaian ganti untukku. Aku harus segera berangkat.” Kata tuan muda itu
memerintahkan.
“Baik tuan.” Jae
Eun seakan tak percaya dengan perintah itu. Jae Eun mulai berjalan menuju
lemari besar yang ada dalam kamar itu dan mulai memilih beberapa setelan untuk
majikannya, tapi ia terhenti sejenak. “Maaf tuan…tapi saya tidak harus
menyiapkan yang bagian dalam juga untuk tuan kan?” tanya Jae Eun masih menghadap ke arah
pakaian dengan perasaan malu.
“Apa kau itu
istriku? Kau terlalu banyak berfikir.”
*****
Jae Eun masih
membayangkan kejadian pagi tadi di kamar majikannya. Jae Eun seperti penuh
penyesalan jika mengingat kejadian itu, ia merasa sangat konyol dan bodoh.
Mengapa ia begitu tidak peduli bahwa kita
berbeda?
Jae Eun teringat
saat merapikan tempat tidur majikannya, dan saat ia berbalik majikannya baru
saja selesai mandi dan terlihat memakai handuk baju, sedikit terlihat bagian
dada yang membentuk karena sering dilatih olahraga. Jae Eun teringat tubuh
majikannya, yang diakui Jae Eun benar-benar bisa membuat para wanita meneteskan
air liur.
Aaaaa…. Jae Eun
menepuk-nepuk pipinya sendiri supaya ia tersadar.
“Jae Eun, kau
tidak boleh begini, ini hanya ujian. Ampunilah aku Tuhan, aku melihat yang
seharusnya tidak boleh aku lihat.” Jae Eun mulai merebahkan kepalanya diatas
meja.
*****
“Nyonya Kim,”
panggil Jae Eun dan nyonya Kim berhenti “Nyonya Kim, apakah tugas baby sister
juga harus menyiapkan pakaian untuk tuan muda?” Jae Eun sedikit malu bertanya
seperti itu pada nyonya Kim.
“Bukankah kau
sudah melakukannya dihari pertamamu bekerja? Apakah catatan yang ku berikan
padamu hilang atau kau lupa?”
“A….tidak tidak
tidak, catatan itu masih ada nyonya Kim. Ya…masih…” senyum Jae Eun terpaksa.
“Kalau begitu
lakukanlah.” Kemudian nyonya Kim meneruskan jalannya lagi. Jae Eun lalu merogoh
kantong seragamnya, ia meneliti dengan seksama catatan yang dituliskan untuknya
dari nyonya Kim.
“Ah…nyonya Kim
bercanda. Ia lupa tidak menuliskan.” Muka Jae Eun sedikit masam.
Pekerjaan Jae
Eun masih belum berhenti, ternyata satu minggu pertama yang dijalani Jae Eun
itu belum awal. Inilah awal, Jae Eun saat ini sedang diuji oleh majikannya. Tak
henti-hentinya Jae Eun mendapat omelan dari tuan muda, Jae Eun juga disuruh ini
dan itu. Semua yang dikerjakan Jae Eun
terasa tidak berkenan bagi tuan muda.
“Aku bilang aku
tidak mau teokppogi itu terlalu merah. Cepat ganti dengan yang baru!”
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar