Kamis, 13 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 4



Part 4

“Nyonya Kim.” Sapa sekretaris Yoon.

“Sekretaris Yoon, selamat pagi. Sekretaris Yoon mau minum apa? Mungkin hari ini sedikit lama untuk menunggu.”

“Mungkin secangkir kopi saja nyonya Kim.”

“Tunggu sebentar.” Kemudian nyonya Kim pergi untuk membuatkan secangkir kopi.

“Terima kasih nyonya Kim.” Ucap sekretaris Yoon saat nyonya Kim meletakan secangkir kopi. “Mungkin ini agak berat untuk gadis muda itu nyonya Kim.” Kata sekretaris setelah menyeruput kopi.

“Kita harus melihatnya dulu sekretaris Yoon, aku rasa Jae Eun bukan tipe seperti itu, aku bisa melihatnya, tak mungkin pengurus Nam memilih sembarangan orang.”
 *****
 Jae Eun cepat-cepat menarik tubuhnya dan berdiri tegak disamping tempat tidur, dan tuan muda itu juga segera bangun dan terduduk ditempat tidurnya.

“Tuan segeralah bangun dan bersiap. Sekretaris Yoon sudah menunggu anda. Maaf membangunkan anda dengan tidak sopan, lain kali saya tidak akan mengulanginya lagi. Tapi…tolong segeralah bangun dengan cepat, saya permisi dulu.” Jae Eun segera keluar dari kamar majikannya.

Cepat-cepat Jae Eun berjalan, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa dirinya berpapasan dengan sekretaris Yoon. Sekretaris Yoon yang tadinya ingin menyapa tidak jadi karena tingkah Jae Eun yang aneh. Sekretaris Yoon melanjutkan langkahnya untuk segera menuju kamar tuan muda.

Jae Eun sampai didapur khusus untuk para pembantu rumah tangga. Jae Eun mengatur nafasnya, ia seperti maling yang akan tertangkap. Saat ia akan menuangkan air minum dalam gelas, ia dikagetkan dengan suara nyonya Kim.

“Jae Eun?”

“O…kapjagi. Nyonya Kim, jangan mengagetkanku.” Kemudian meminum air yang telah dituangnya.

“Aku tidak mengagetkanmu, hanya mungkin kau yang terlalu banyak melamun.”

“Nyonya Kim, boleh kita bicara sesuatu.”

“Jika itu tentang pekerjaan, aku beritahu bahwa aku tidak bisa membantu.” Nyoya Kim seperti tahu arah pembicaraan Jae Eun, Jae Eun cemberut mendengar ucapan nyonya Kim.
*****
“Apa kamu berusaha keras Jae Eun? Kau harus tetap tulus,,” nenek memandangi foto Jae Eun.

“Nenek, apa nenek merindukan Jae Eun?” tanya Gyu Ri.

“Jae Eun, dia anak yang pantang menyerah. Aku akan selalu menunggunya Gyu Ri.”

“Itu juga berkat nenek.” Gyu Ri dan nenek tersenyum memandang foto Jae Eun.
*****
Jae Eun memulai pekerjaannya disore hari, dengan membersihkan ruang yang khusus untuk dia bersihkan sendiri. Tak luput pula, kamar tuan muda juga harus ia bersihkan sore ini.
Jae Eun terlihat seperti akan mencuri sesuatu dengan gerakan yang ia lakukan. Ia mulai memasuki kamar tuan muda dan membersihkannya.
Bug!!!
Sesuatu terjatuh, ia mengambilnya dan ternyata itu sebuah buku, masih ada pita yang membungkusnya, walau tidak terbungkus kertas kado. Terlihat sudah lama dan usang, Jae Eun membuka tali pita itu dan ternyata buku itu adalah buku cerita untuk anak-anak. Didalam buku itu ada tulisan, untuk Jo Kwang Min.

“Untuk Jo Kwang Min. O…jadi nama tuan muda itu Jo Kwang Min.” ucapnya sambil membuka halaman pertama dari buku cerita itu.
*****
“Sekretaris Yoon. Kenapa tadi pagi bukan kau yang membangunkan aku?”

“Tuan muda, maaf, sekarang itu bukan tugas saya lagi. Karena tuan sudah mempunyai pengurus sendiri.”

“Apa dia punya bukti kuat, bahwa dia memang dipekerjakan untuk itu?”

“Sangat. Sangat jelas sekali tuan. Nyonya Kim juga terkejut waktu pertama kali mengetahui hal ini.”

“Apa yang harus aku lakukan?”

“Yang harus tuan muda lakukan adalah menepati janji yang tuan sudah buat.” Sekretaris Yoon mengingatkan, tuan muda menoleh pada sekretaris Yoon dengan pandangan tidak suka.
*****
Tuan muda sudah sampai di ruang kerja yang ada dalam rumah, kemudian Jae Eun datang membawakan secangkir minuman dan meletakan diatas meja kerja.

“Ini tuan, semoga tuan menyukai minuman ini.” Ucap Jae Eun setelah meletakkan secangkir minuman.

“Apa ini?” tanya tuan muda itu dengan nada dingin.

“Mungkin tuan bisa mencicipinya terlebih dahulu, jika tuan tidak suka saya akan ganti dengan yang anda inginkan. Saya permisi.” Jae Eun kemudian keluar dari ruang kerja majikannya.

“Memang apa yang kau buatkan untukku.” Kwang Min mencoba melihat isi cangkir, mengangkatnya kemudian mencicipi yang disuguhkan pengurusnya. Kwang Min terkejut setelah mencicipi minuman yang dibuat Jae Eun, ada perasaan yang familiar bagi Kwang Min.
*****
Sudah satu minggu berlalu, Jae Eun bekerja mengurus tuan muda. Memang semua tidak berat untuk Jae Eun jika itu hanya menyapu, mengepel, menguras bak, memotong rumput, menyiram tanaman, dan lainnya. Tapi jika ia disuruh untuk masuk kamar dimana ia dulu mengerjakannya untuk pertama kali, ia terasa berat. Apalagi untuk membangunkan tuan muda.
Pagi ini Jae Eun seperti biasa akan membangunkan tuan muda, masih ragu Jae Eun untuk membuka pintu kamar. Tapi ia tetap melakukannya, Jae Eun mulai masuk ke kamar majikannya dengan langkah pelan ia menghampiri untuk membangunkan tuannya.
Saat Jae Eun sudah hampir dekat untuk membangunkan ternyata ditempat tidur sudah tidak ada orang. Jae Eun lega, karena ia tidak usah susah payah membangunkan majikannya.
Semoga hari ini hari keberuntungan. Jae Eun berkata dalam hati. Jae Eun mulai merapikan tempat tidur. Selesai merapikan tempat tidur Jae Eun pun akan keluar.
“Aa!!!” Jae Eun berteriak kaget. “Maaf tuan, saya tidak tahu. Maaf saya akan segera keluar. Maaf.” Jae Eun buru-buru akan keluar dari kamar majikannya.

“Bukankah kau yang mengurusku sekarang?” langkah Jae Eun terhenti. “Seharusnya kau menyiapkan pakaian ganti untukku. Aku harus segera berangkat.” Kata tuan muda itu memerintahkan.

“Baik tuan.” Jae Eun seakan tak percaya dengan perintah itu. Jae Eun mulai berjalan menuju lemari besar yang ada dalam kamar itu dan mulai memilih beberapa setelan untuk majikannya, tapi ia terhenti sejenak. “Maaf tuan…tapi saya tidak harus menyiapkan yang bagian dalam juga untuk tuan kan?” tanya Jae Eun masih menghadap ke arah pakaian dengan perasaan malu.

“Apa kau itu istriku? Kau terlalu banyak berfikir.”
*****
Jae Eun masih membayangkan kejadian pagi tadi di kamar majikannya. Jae Eun seperti penuh penyesalan jika mengingat kejadian itu, ia merasa sangat konyol dan bodoh.
Mengapa ia begitu tidak peduli bahwa kita berbeda?
Jae Eun teringat saat merapikan tempat tidur majikannya, dan saat ia berbalik majikannya baru saja selesai mandi dan terlihat memakai handuk baju, sedikit terlihat bagian dada yang membentuk karena sering dilatih olahraga. Jae Eun teringat tubuh majikannya, yang diakui Jae Eun benar-benar bisa membuat para wanita meneteskan air liur.
Aaaaa…. Jae Eun menepuk-nepuk pipinya sendiri supaya ia tersadar.
“Jae Eun, kau tidak boleh begini, ini hanya ujian. Ampunilah aku Tuhan, aku melihat yang seharusnya tidak boleh aku lihat.” Jae Eun mulai merebahkan kepalanya diatas meja.
*****
“Nyonya Kim,” panggil Jae Eun dan nyonya Kim berhenti “Nyonya Kim, apakah tugas baby sister juga harus menyiapkan pakaian untuk tuan muda?” Jae Eun sedikit malu bertanya seperti itu pada nyonya Kim.

“Bukankah kau sudah melakukannya dihari pertamamu bekerja? Apakah catatan yang ku berikan padamu hilang atau kau lupa?”

“A….tidak tidak tidak, catatan itu masih ada nyonya Kim. Ya…masih…” senyum Jae Eun terpaksa.

“Kalau begitu lakukanlah.” Kemudian nyonya Kim meneruskan jalannya lagi. Jae Eun lalu merogoh kantong seragamnya, ia meneliti dengan seksama catatan yang dituliskan untuknya dari nyonya Kim.

“Ah…nyonya Kim bercanda. Ia lupa tidak menuliskan.” Muka Jae Eun sedikit masam.

Pekerjaan Jae Eun masih belum berhenti, ternyata satu minggu pertama yang dijalani Jae Eun itu belum awal. Inilah awal, Jae Eun saat ini sedang diuji oleh majikannya. Tak henti-hentinya Jae Eun mendapat omelan dari tuan muda, Jae Eun juga disuruh ini dan itu.  Semua yang dikerjakan Jae Eun terasa tidak berkenan bagi tuan muda.

“Aku bilang aku tidak mau teokppogi itu terlalu merah. Cepat ganti dengan yang baru!”

“Kenapa kaus kaki ku yang ini masih kotor? Lima menit lagi aku ingin memakainya. Cepat cuci dan keringkan!”

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar