Selasa, 11 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 2

Pemain Utama : 
Jeon Jae Eun (Puretty)
Jo Kwang Min (Boyfriend)
Romance

Part 2 

“Jae Eun, kau harus segera mencari pekerjaan dan berusaha hidup diluar sana, kau juga harus mengenal dunia luar.”Gyu Ri memberitahu Jae Eun.

“Ibu kepala, bolehkah aku bekerja disini saja? Aku rela tidak digaji, hanya tolong beri aku sesuap nasi saja.” Memohon dengan nada imut.

“Jae Eun, itu sama sekali tidak lucu,”raut wajah Gyu Ri berubah serius “Apa gunanya kau disekolahkan sampai tingkat atas? Bahkan kau tidak meneruskan ke perguruan pun aku diam saja.”Gyu Ri terdiam “Aku tidak mau tahu kau harus segera mendapat pekerjaan. Sudah kau boleh lanjutkan kegiatanmu.”

Jae Eun berjalan keluar dari ruangan ibu kepala dengan sedikit lunglai. Ia sudah ada di dekat pintu gerbang. 

“Nona Jae Eun! Ada paket untuk Panti.” Teriak tukang pos yang biasa mengantar surat ataupun paket. Jae Eun bergegas menemui tukang pos itu dan menerima paket.

“Terima kasih pak…”ucap Jae Eun sambil tersenyum.

“Sudah nona, jangan dipaksakan senyummu itu.” Kata tukang pos menanggapi Jae Eun.

“O…apa terlihat pak?” tanya Jae Eun yang tak menyangka bahwa tukang pos itu mengenalnya dengan baik. “Aku mengenal nona sudah 10tahun. Lebih baik segera cari solusinya nona. Aku pergi.” Tukang pos itu segera meninggalkan Jae Eun karena tugasnya telah selesai.
*****
“Selamat sore.”sapa Jae Eun sebelum masuk ke kamar nenek, tak ada jawaban. Jae Eun berjalan masuk ke kamar nenek dan terkejut melihat nenek yang tergeletak dilantai.

“Halmoni!”teriak Jae Eun, ia langsung menolong nenek dan membaringkannya ditempat tidur.“Nek…aku akan panggilkan ibu kepala.” Sebelum Jae Eun sempat pergi, tangannya sudah dipegang oleh nenek, tanda bahwa nenek tidak memperbolehkan Jae Eun untuk memberitahu siapa pun.

“Jae Eun, nenek baik-baik saja…” ucap nenek lirih.

“Nek…bagaimana nenek bilang ini baik-baik saja, bagaimana kalau ada yang luka parah.” Jae Eun gusar. 

“Jae Eun, percaya pada nenek.” Nenek coba menenangkan. “Jae Eun…nenek haus.” Segera Jae Eun memberikan minum pada nenek, nenek sudah duduk bersandar dibantal. “Jae Eun, bisakah nenek minta tolong padamu..?” tanya nenek memohon.

“Jae Eun akan lakukan apapun permintaan nenek.” Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
*****
Pagi-pagi Jae Eun sudah menemui ibu kepala diruangannya.

“Ibu kepala, aku akan pergi mendapatkan pekerjaan.” Kata Jae Eun pada ibu kepala yang seraya membuat Gyu Ri heran. “Jadi ibu kepala doakan aku supaya aku berhasil.”

Itulah kata-kata yang diucapkan Jae Eun pada ibu kepala. Jae Eun kemudian pergi menuju halte bus dan berangkat ke suatu tempat. Sudah sekitar 7 (tujuh) jam perjalanan Jae Eun. Jae Eun kemudian turun dan mulai mencari alamat yang dimaksud.
Jae Eun terus berjalan perlahan dan mencari dengan teliti, maklum ia lumayan tegang selama perjalanan. Jae Eun berhenti didepan rumah mewah bahkan sangat elit, Jae Eun seperti orang udik saat berada didepan gerbang. Jae Eun masih tak percaya dan mulai bertanya pada penjaga pintu gerbang rumah itu.

“Pak, maaf, apakah benar ini alamat dari rumah ini?” tanya Jae Eun pada penjaga gerbang atau bisa disebut security.

“Benar nona, ada perlu apa?”

“Aku ingin bertemu dengan kepala pelayan Kim. Bisakah?” Jae Eun ragu. Tapi ternyata security itu orang yang baik, tak berapa lama kemudian keluar seseorang dengan pakaian yang rapi, menemui Jae Eun. Mereka masih berada diantara pintu gerbang. Jae Eun langsung menyodorkan kartu kecil seukuran kartu nama, orang itu sedikit terkejut ketika kartu itu sudah berada ditangannya.

“Penjaga. Orang ini adalah pencuri, jangan biarkan dia masuk.” Ucap orang itu tiba-tiba. Sontak Jae Eun kaget tak percaya dengan ucapan orang tersebut yang menuduh Jae Eun pencuri.

“Tunggu!! Tunggu!!” tangan Jae Eun sudah meraih-raih dari balik pintu gerbang. “Tunggu!! Aku bukan pencuri nyonya.”teriak Jae Eun. “Aku bisa buktikan itu nyonya!”

“Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa kau bukan pencuri, aku akan benar-benar memasukanmu dalam penjara.” Ancam orang itu.

“Aku bisa buktikan nyonya. Setidaknya tolong berikan aku sedikit minum..” Jae Eun tersenyum malu dan canggung.
*****
Jae Eun sudah berada dan masuk di dalam rumah mewah yang ia cari. Kepala pelayan itu memberikan segelas air minum untuk Jae Eun. Jae Eun mengucapkan terima kasih dan mulai meminum sampai habis. Kepala pelayan itu tersenyum tipis melihat tingkah polos Jae Eun.

“Maaf jika nyonya tak percaya padaku, tapi saat aku memberikan kartu itu pada nyonya tampaknya nyonya mengetahui pemilik kartu itu.” Jae Eun langsung menegaskan.

“Kemudian? Apa yang harus aku lakukan jika aku mengetahui siapa pemilik kartu ini?”

“Em…..setidaknya, jika nyonya tahu siapa pemilik kartu ini. Tolong berikan aku perkerjaan.”

“Pekerjaan?”

“Ya.”

“Untukmu?”

“Ya nyonya. Kata pemilik kartu ini, nyonya bisa memberiku pekerjaan.” Mata Jae Eun memohon.

“Jika ternyata aku tidak bisa. Bagaimana?”

“Kalau begitu aku gagal melakukan permintaan nenek…”ucap Jae Eun pelan tapi terdengar juga oleh nyonya itu. “Kalau begitu aku akan pulang dan meminta maaf pada pemilik kartu ini nyonya. Bolehkah aku mengambilnya kembali?” kartu itu masih dipegang oleh kepala pelayan.

“Jika aku tidak memberikannya padamu lagi apa yang akan terjadi?”

“Nyonya, ne.. pemilik kartu itu akan semakin sedih dan mengira aku tidak kemari menemui anda.” Jae Eun sedikit putus asa.
*****
Jae Eun berjalan pelan keluar dari rumah mewah itu, langkahnya sudah hampir sampai dipintu gerbang. 

“Hei!!” Jae Eun menoleh. “Bisakah kita bicara sekali lagi.” Pinta kepala pelayan pada Jae Eun.
*****
Malam tadi Jae Eun tidur ditempat yang nyaman, pagi-pagi benar ia sudah bangun, walaupun masih terasa lelah tapi ia semangat untuk menghadapi harinya yang baru.

“Kau bilang ingin mendapatkan pekerjaan dirumah ini. Karena kartu ini kau akan mendapat pekerjaan yang berbeda dari yang lain.” Ucap kepala pelayan Kim sambil membawa kartu yang diberikan oleh Jae Eun kemarin, sampai pagi ini kartu itu masih dibawa oleh kepala pelayan Kim.

“Jadi aku akan bekerja dibagian mana nyonya? Mana yang aku harus bersihkan? Kolam ikan, taman, tempat parkir, apapun itu aku siap.” tanya Jae Eun polos. Kepala pelayan Kim hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jae Eun.

“Tenang kau akan segera menghadapinya.”
*****
Menjadi baby sister??? Apa dirumah mewah ini ada nyonya muda yang baru saja melahirkan bayi kecil? Aku belum pernah mendapatkan kursus mengurus bayi, lagi pula nyonya kepala dengan tenang menyerahkan pekerjaan ini padaku. Batin Jae Eun dalam hati sambil berjalan menuju ruangan yang sudah diberitahukan kepala pelayan Kim padanya.

Oh…mungkin ini ruangan yang dimaksud nyonya kepala. Jae Eun mencoba membuka pintu ruangan itu, ternyata tidak terkunci. Jae Eun mulai masuk ke dalam dan ternyata ruangan itu adalah sebuah kamar yang besar dan mewah.

“Yang pertama harus dilakukan adalah membersihkan kamar ini.” Jae Eun bersiap membersihkan kamar, dengan penuh semangat Jae Eun melakukan pekerjaannya.

Ketika semua hampir selesai dikerjakan, Jae Eun merasakan ada sedikit keanehan. Tugasnya sebagai baby sister, tapi tak ada ranjang bayi sama sekali yang ia bereskan, bahkan ranjang untuk anak balita. Tapi dasar Jae Eun, ia kemudian tak menghiraukannya lagi.

Sekitar satu jam lamanya Jae Eun membereskan kamar itu, dan ia mulai membersihkan ornament yang terpajang di dinding dan meja. Disana Jae Eun melihat foto yang terpajang, seorang anak kecil dengan senyum yang manis.

Wa,,,,lucu sekali anak ini, mungkin dia yang akan aku urus. Jae Eun tersenyum sendiri.

“Um…betapa manisnya dirimu..aku ingin menciummu…kau begitu menggemaskan, jangan nakal pada noona ya…noona akan merawatmu dengan baik.” Ucap Jae Eun pada foto yang ia pegang.

“Siapa yang ingin kau cium? Siapa yang akan kau rawat?”

Jae Eun kaget mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan suara yang besar dan berat seperti laki-laki dewasa.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar