Part 3
“Selamat pagi
nek..” sapa Hye In pada nenek yang sedang duduk ditaman panti.
“Hye In, selamat
pagi.” Balas nenek.
“Ini untuk
nenek.” Hye In memberikan secangkir teh untuk nenek. “Nenek, apa yang sedang
nenek pikirkan?” tanya Hye In sambil menggigit sepotong biscuit.
“Jae Eun. Pasti
perjalanannya baru dimulai. Aku harap ia berhasil.” Nenek tersenyum, juga Hye
In.
*****
Segera Jae Eun
meletakan foto itu kembali ke atas meja, dan berbalik menghadap kearah
datangnya suara.
“Selamat pagi
tuan. Maaf saya pelayan baru dirumah ini. Saya akan mengurus anak anda.” Ucap
Jae Eun. Pria itu hanya melihat Jae Eun dengan dingin, dan Jae Eun memandang
tuannya.
Masih muda & tampan, tapi sudah punya
anak. Apa begini kehidupan pria kaya?. Jae Eun membatin dalam hati.
Hanya dengan
isyarat tangan, pria itu menyuruh Jae Eun keluar dari kamar. Jae Eun segera
tanggap dan keluar dari kamar yang telah ia bereskan.
*****
“Apa yang kau
lakukan disini Jae Eun?” tanya kepala pelayan Kim.
“Oh..nyonya
kim.” Jae Eun berhenti mengelap meja. “Aku sudah membereskan kamar yang nyonya
suruh.” Jae Eun tersenyum.
“Apa kau sudah
bertemu dengan orang yang akan kau urus?” tanya nyonya Kim sedikit ragu pada
Jae Eun.
“Aku sudah
melihat fotonya nyonya, dia begitu manis.”
“Manis???”
“A….oya nyonya,
aku tadi bertemu dengan ayahnya. Tapi aku belum bertemu dengan anak yang nyonya
maksud.”
Tanpa menanggapi
Jae Eun, nyonya Kim langsung pergi meninggalkan Jae Eun yang masih
terheran-heran karena nyonya Kim berlalu begitu saja.
*****
“Sekretaris
Yoon.” Panggil nyonya Kim pada orang paruh baya.
“Ya, nyonya Kim,
ada yang bisa saya Bantu?” sekretaris Yoon menawarkan bantuan.
“Apakah tuan
muda sudah pulang?” sekretaris Yoon mengangguk. “Apakah ia sudah berada
dikamarnya?” sekretaris Yoon kembali mengangguk dan juga mulai penasaran pada
nyonya Kim.
“Sebenarnya ada
apa nyonya Kim?”
*****
Nyonya Kim dan
sekretaris Yoon berjalan menuju kamar tuan muda. Sekretaris Yoon mulai
memberitahukan kalau nyonya Kim ingin bertemu. Nyonya Kim membuka pintu dan
masuk.
“Tuan muda apa
kabar?” sapa nyonya Kim.
“Nyonya Kim, ada
apa? Tidak biasanya kau menemuiku.” Tanya tuan muda.
“Tuan muda,
mungkin tuan muda sudah bertemu dengan pelayan yang baru saja membereskan kamar
ini.” Nyonya Kim menjelaskan, tuan muda itu mencoba mengingat.
“Selamat pagi tuan. Maaf saya pelayan baru
dirumah ini. Saya akan mengurus anak anda.”
Tuan muda itu
mulai teringat dengan ucapan pelayan yang membersihkan kamarnya tadi dan
menyapanya dengan kalimat yang aneh.
“Pelayan yang
mengatakan akan mengurus anakku…”
“Mungkin anda
belum tahu dan juga dia belum tahu.”
“Apa maksudmu
nyonya Kim?” tuan muda itu tak mengerti.
*****
Jae Eun sudah
berada diruangan dimana ia dihadapkan dengan tuan muda dari rumah mewah itu.
Jae Eun masih tak percaya akan pekerjaan yang harus ia jalankan mulai detik ini
dimana ia berdiri saat ini sampai waktu yang tak tahu kapan akan dikatakan
berhenti.
Yang benar saja? Masa aku harus mengurusnya?
Bukankah pekerjaanku adalah baby sister? Dimana bayinya? Atau anak balita?
Nyonya Kim benar-benar punya selera humor yang baik. Gerutu Jae Eun dalam
hati.
Begitu pula
dengan tuan muda yang terus mengawasi Jae Eun yang berdiri dihadapannya. Ia
juga tak percaya, tapi semua harus ia jalani juga.
Nyonya Kim benar-benar hebat. Apalagi
Pengurus Nam.
Benar-benar menghukumku. Gerutu tuan muda itu dalam hati.
“Senang bertemu
dengan anda tuan. Saya pelayan baru disini, saya sekarang akan mengurus
keperluan anda. Perkenalkan nama saya Jeon Jae Eun. Mohon bimbingannya.” Jae
Eun memberi salam.
“Kenapa nyonya
Kim menempatkanmu diposisi ini?” tanya tuan muda.
“E..saya tidak
tahu tuan, nyonya Kim hanya bilang kalau pekerjaan saya beda dengan yang lain
itu saja yang saya ingat. Dan saya akan berusaha sebaik mungkin.” Tuan muda itu
tersenyum tipis.
“Yah…berusahalah
sebaik yang kau bisa.” Ucap tuan muda itu tepat disebelah Jae Eun saat akan
berjalan keluar.
*****
Jae Eun sedang
melihat jadwal kegiatan yang harus ia kerjakan esok pagi, matanya melotot
hampir keluar serta mulutnya menganga lebar.
“Nyonya
Kim…apakah ini kegiatanku?” tanya Jae Eun.
“Kenapa? Kau
tidak sanggup dan akan menyerah?” nyonya Kim balik bertanya.
“Tidak..tidak…aku
tidak akan menyerah,,” Jae Eun menunjukkan semangatnya “ini smua demi nenek…”
suara Jae Eun agak lirih, tapi tetap tertangkap pula oleh nyonya Kim.
*****
Pagi-pagi Jae
Eun sudah memulai pekerjaannya, membersihkan ruang baca, membereskan ruang televisi
khusus dan hal-hal lain juga telah selesai dikerjakan. Jae Eun sangat cekatan
melakukan pekerjaannya, mungkin karena ia telah terbiasa melakukan pekerjaan
dipanti. Tugas selanjutnya, Jae Eun mulai ragu untuk melakukannya.
Apa? Aku harus melakukan hal yang satu ini?
Tanya Jae Eun ragu pada dirinya sendiri. Ia mulai mondar-mandir persis seperti
setrikaan. Kalau sekretaris Kim sudah
sampai sini brarti aku gagal donk…
Dengan penuh
tenaga Jae Eun mengumpulkan keberaniannya untuk melakukan tugasnya yang satu
ini. Ia mulai berjalan perlahan-lahan untuk melaksanakan tugasnya yang dianggap
berat dari semua tugas yang diberikan. Jae Eun menarik nafas dalam-dalam.
“Tuan…..bangun….ini
sudah pagi…” Jae Eun coba membujuk seseorang untuk bangun. Ternyata tugas yang
dianggap Jae Eun berat adalah masuk ke kamar majikan untuk membangunkannya. Jae
Eun menarik nafasnya lagi dalam-dalam. “Tuan….silahkan bangun…ini sudah pagi…”
Sudah hampir
sepuluh menit Jae Eun mencoba membangunkan dengan hanya mengucapkan kata-kata.
Jae Eun sempat berfikir untuk menggoyang-goyangkan badan majikannya, tapi itu
dirasa Jae Eun tidak sopan. Jae Eun hampir putus asa, dia mengingat orang-orang
dipanti tidak perlu dibangunkan dan merekapun tidak akan sulit untuk
dibangunkan.
Akhirnya Jae Eun
mulai memberanikan diri, diulurkannya tangannya perlahan-lahan sampai menyentuh
selimut yang menyelubungi tubuh majikannya. Pelan ia mulai menggoyang-goyang
tubuh majikannya. Karena terlalu lama dan Jae Eun sudah mulai kesal, ia melihat
telinga majikannya. Dengan masih menggoyang-goyangkan tubuh majikannya, Jae Eun
menunduk mencoba mendekatkan wajahnya ke telinga majikannya mencoba teknik baru
untuk membangunkan.
“Tu……” baru
mulai Jae Eun akan membisikan ditelinga majikannya, tuan muda itu sudah
berpaling tepat dihadap Jae Eun yang bibirnya masih sedikit monyong.
Alhasil keduanya
pun saling bertatap muka satu dengan yang lain.
bersambung...
hahaha lucu mb :D
BalasHapusbaru kepikiran buat yang lucu non,,,hehehe
BalasHapuskan q rodo koplak wonge..wkwkwkwk