Part 8
Tapi belum
sempat ia mengejar Jae Eun, sudah datang beberapa orang teman menyapa dan Kwang
Min tidak kuasa mencegah.
Jae Eun berjalan
keluar dari ruang pesta. Baru beberapa saat Kwang Min mulai bisa mengejar Jae
Eun.
“Kwang Min – ah!
Yah! Kwang Min!” teriak Jeong Min yang melihat Kwang Min berlari keluar dari
ruang pesta. “Kenapa dengan dia?” Jeong Min baru saja datang ke pesta itu.
“A… Dong Hyun
sunbae.” Sapa Jeong Min.
“Jeong Min – si.
Dimana pasanganmu?” tanya Dong Hyun.
“Aku seharusnya
menemukannya disini sunbae, karena pasanganku tak akan lari dariku. Hahaha.”
Jeong Min gombal banget…
*****
Kwang Min mulai
lelah mencari kemana Jae Eun pergi.
“Kemana dia?”
Kwang Min mulai berjalan perlahan dan tetap focus pada pandangannya, kemudian
ia melihat sesosok yang ia kenal duduk dibangku taman. Kwang Min berjalan mendekat
pada sosok yang sedang duduk itu.
“Kau akan sakit
jika disini.” Kwang Min memakaikan jasnya pada orang yang duduk, dan orang itu
tidak menanggapi. Kwang Min duduk disebelah orang itu yang ternyata benar Jae
Eun. “Apa benar kau ingin sakit?”
“Apa peduli anda
dengan wanita centil dan tidak bisa mengendalikan diri seperti saya?” masih
dengan nada kesal.
“Kenapa tidak
kita lupakan saja kejadian tadi?”
“Hah..benar-benar.
Bukan itu yang seharusnya anda katakana sekarang.” Jae Eun menatap kesal,
kemudian beranjak meninggalkan Kwang
Min.
“Yah! Yah! Kau
mau kemana?” Jae Eun tetap saja berjalan walau mendengar pertanyaan Kwang Min.
“Yah! Bisakah kau berhenti?!” Kwang Min menyusul dibelakang, Kwang Min meraih
tangan Jae Eun mecoba menghentikan langkah Jae Eun. Jae Eun menepis dan tetap
berjalan. “Jae Eun – si!!” langkah Jae Eun kemudian terhenti dan berbalik
menghadap Kwang Min.
“Anda tetap
tidak bisa menghargai orang lain. Anda tidak akan pernah bisa berubah.” Jae Eun
kemudian melanjutkan langkahnya. Dan tiba-tiba, tubuhnya sudah didekap Kwang
Min dari belakang. “We?! Tuan, apa yang tuan lakukan.” Jae Eun ingin
melepaskan, tapi ditahan oleh Kwang Min.
“Mian.” Kwang
Min berbisik ditelinga Jae Eun, yang membuat air mata Jae Eun menetes. “Maaf,
maafkan aku Jae Eun – si. Aku sedang tidak mengerti dengan pikiranku.” Kwang
Min sudah melonggarkan pelukannya, dan Jae Eun berbalik kearah Kwang Min.
“Anda
benar-benar sulit meminta maaf, anda juga harus mengerti perasaan orang lain.”
Mereka saling berpandangan. “Saya juga meminta maaf karena saya tidak sopan
pada anda, setidaknya anda sekarang belajar untuk memanggil nama saya.”
“Yah! Jae Eun –
si. Aku tidak ingi kau…cen…” Kwang Min menghentikan ucapannya. “Maksudku, Dong
Hyun sunbae itu playboy, bagaimana kalau kau dipermainkan olehnya?. Jadi kau
jangan dekat-dekat dengan dia.”
“Asal anda tahu
saja, Dong Hyun oppa sudah mengenal saya sejak masih kecil, dan kita selalu
bermain bersama, jadi anda tidak usah khawatir dengan hal itu.” Jae Eun
tersenyum mengejek dan puas karena Kwang Min merasa bersalah.
“Mwo??!”
*****
“Kemana kalian
semalam?” tanya So Yoo sambil memakan buah jeruk.
“Ke pesta.” Jae
Eun menjawab sambil membereskan bekal makan siang.
“Apa yang
dikatakannya padamu?”
“Hal yang
membuatku kesal.”
“Hei?!” So Yoo
terlihat bingung. “Trus…apa yang dilakukannya padamu malam itu?” So Yoo ingin
tahu lebih.
“Membuatku
menangis.”
“Hah? Dia
berbuat begitu sampai membuatmu menangis?” So Yoo membayangkan sesuatu hal yang
lebih. “Dia menarik tanganmu dengan paksa..lalu dia memepetmu mencoba…” So Yoo,
khayalan tingkat tinggi.
“Eonni, apa yang
kau pikirkan hah?” melemparkan kulit jeruk pada So Yoo.
“Bagaimana cara
dia membuatmu berhenti menangis?” So Yoo masih focus dengan jeruknya. Jae Eun
jadi teringat kejadian semalam dimana Kwang Min memeluknya dari belakang dan
meminta maaf. So Yoo memperhatikan Jae Eun yang malah melamun dan tidak
menjawab petanyaannya. “Yah! Jae Eun-ah, mengapa kau melamun?” Jae Eun hanya
tersenyum pada So Yoo.
*****
“Anyeonghaseyo
Sekretaris Yoon.” Sapa Jae Eun.
“Jae Eun,
kebetulan kau datang, aku ingin minta tolong padamu.” Sekretaris Yoon terlihat
tergesa-gesa.
“Ya.” Jae Eun
memperhatikan dengan seksama.
*****
“Ini pertemuan
penting kenapa sekretaris Yoon pergi begitu saja.”
“Sekretaris Yoon
sedang mengurus sesuatu dikeluarganya, tuan. Saya akan Bantu anda untuk
menjelaskannya sebelum anda berangkat.”
Mereka berdua
berjalan terburu-buru di area bandara. Jae Eun menunggu Kwang Min untuk
pengecekan tiket pesawatnya. Setelah selesai Kwang Min datang menghampiri Jae
Eun yang duduk menunggunya. Tak lama supir Kwang Min datang membawa koper dan
tas kecil.
“Ini bukan tas
milikku.” Kata Kwang Min pada supir tersebut.
“Ya. Benar tuan,
ini memang bukan milik anda, tapi ini milik Jae Eun.” Jawab supir itu.
“Ha?!!” otomatis
Kwang Min dan Jae Eun kaget bersamaan.
“Kenapa
denganku?” tanya Jae Eun tak mengerti.
“Ini perintah
dari kepala pelayan Kim, Jae Eun harus menemani anda dalam perjalanan kali ini.
Lagi pula sekretaris Yoon tadi sudah memberi pengarahan pada Jae Eun. Ini tiket
dan paspor mu Jae Eun.” Supir itu menyerahkan kedua barang itu pada Jae Eun
yang masih terbengong-bengong, dan menerimanya. “Kalau begitu saya pamit dulu.
Permisi.”
Kwang Min
memandang Jae Eun dengan penuh tanya. Jae Eun yang dipandang begitu hanya
menggelengkan kepala.
*****
Beberapa jam
kemudian mereka sudah berada di bandara Haneda, Jepang.. Kwang Min berada disuatu
sisi mencoba menghubungi seseorang.
“Ah…! Kenapa
tidak bisa.” Kwang Min mulai kesal.
“Apa tidak
tersambung?” tanya Jae Eun.
“Tidak
diangkat.” Mendengar itu Jae Eun menghela napas berat. Tiba-tiba ada seseorang
yang mendatangi mereka.
“Kon’niciwa.”
Sapa orang itu.
“Kon’niciwa.”
Balas Kwang Min.
“Mr. Jo, kami
menjemput anda. Silahkan ikut kami.” Kata orang itu, tentunya dalam bahasa
Jepang.
*****
Perjalanan yang
mereka tempuh lumayan, sekitar hampir dua jam lebih lamanya. Untung saja mobil
yang mereka naiki begitu nyaman, karena yang dijemput bukan orang sembarangan.
Mobil itu melaju menuju ke daerah hampir dekat pegunungan, tepatnya terletak
dibawah kaki gunung Fuji.
Pemandangannya pun masih sangat asri dan hawanya juga sejuk.
Jae Eun begitu
terpesona melihat pemandangan yang ada didepannya. Ia tak henti-hentinya
melihat kearah luar jendela. Mobil itu memasuki kawasan hotel dengan gaya tradisional Jepang, dan
kemudian berhenti. Kwang Min dan Jae Eun turun dari mobil, kemudian Kwang Min
melakukan reservasi direceptionis.
“Kon’niciwa. Ada yang bisa kami Bantu
tuan?”
“Konfirmasi
untuk kamar yang sudah dipesan atas nama tuan Yoon dari Korea.” Ucap Kwang Min pada petugas
receptionis.
“Baik. Kami akan
mengeceknya terlebih dahulu, mohon ditunggu sebentar.” Setelah beberapa menit.
“Terima kasih anda telah menunggu tuan. Ini kunci kamar anda.” Petugas itu
memberikan kunci kamar pada Kwang Min.
“Kenapa hanya
satu kunci yang anda berikan, bukankah seharusnya dua?” Kwang Min terlihat
heran.
“Memang awalnya dua tapi kemarin yang satu
dibatalkan.” Petugas itu menjelaskan kepada Kwang Min dengan ramah penuh
senyum. Kwang Min menoleh pada Jae Eun yang duduk menunggunya agak jauh
bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar