Kamis, 27 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 9



Part 9

Jae Eun mengikuti Kwang Min dari belakang, dan petugas hotel membawakan barang-barang yang mereka bawa. Mereka sudah berhenti dibelakang pintu kamar, setelah dibuka mereka berdua masuk. Petugas itu menaruh barang yang mereka bawa dengan rapi serta menjelaskan sesuatu sedikit.

“Jika tuan dan nona ada sesuatu silahkan hubungi bagian receptionist segera. Semoga anda berdua nyaman menginap dihotel kami. Arigatogozaimashita. Saya permisi.” Begitulah petugas itu menjelaskan kemudian meninggalkan Kwang Min dan Jae Eun dikamar.

“Arigato.” Balas Kwang Min.

“Kau duduk dulu saja.” Kata Kwang Min pada Jae Eun. Jae Eun begitu menurut dan duduk pada sofa yang ada dikamar itu.

Sampai kapan aku harus disini?? Aku sudah mengantuk…. Jae Eun memandang sekeliling kamar, dilihatnya ada dua ranjang. Jae Eun  mulai menguap. Jae Eun mencoba menahan matanya supaya tetap terbuka, tapi apa daya dia menunggu tuannya memberikan kunci kamar untuknya. Jae Eun menyandarkan tubuhnya disofa mencoba untuk rileks. Tapi ternyata  malahan Jae Eun benar-benar tertidur.
 *****
 “Mwo?!!” Jae Eun terkejut, dengan penjelasan Kwang Min. “Mungkin aku belum bangun dari tidur…bagaimana kalau aku tidur lagi…” Jae Eun duduk gelisah dan mulai dalam posisi tidur lagi.

“Kau tidak bermimpi…apa perlu aku mencubitmu untuk membuktikannya, hah?”

“Sekretaris Yoon benar-benar…” Jae Eun gemas. “Kenapa sekretaris Yoon tidak memberitahu kalau kamar yang dibooking Cuma satu..”

“Aku sendiri juga tidak tahu. Sudah, kau tidak usah memusingkan hal itu, lagi pula ranjangnya juga ada dua. Sekarang kau Bantu aku menyiapkan bahan untuk besok.”

“Iya tuan.” Jae Eun beranjak dari tempatnya duduk.

“Yah! Sebaiknya kau mandi dulu sana.” Kwang Min memerintah.

“Hah??!” Jae Eun kembali terkejut. “Saya tuan?”

“Memang siapa? Apa kau tidak mencium bau tubuhmu?” Kwang Min berkata dengan cuek sambil membuka laptop diatas meja. Jae Eun kemudian mencium bajunya sendiri.
 *****
 Kwang Min telah menyelesaikan bahan untuk besok, karena dia akan bertemu dengan calon mitra bisnis. Jae Eun membantu mengemasi barang-barang yang akan dipakai untuk besok.

”Ah….” Meregangkan otot tangannya keatas. “Akhirnya bisa selesai,,”

“Apakah besok saya harus menemani tuan?” tanya Jae Eun sembari membereskan map-map dan buku-buku.

“Ku rasa tidak perlu. Lagi pula penjelasan yang diberikan sekretaris Yoon melalui dirimu sudah cukup aku mengerti, semoga saja orang itu tidak mempersulit lagi.” Mata Kwang Min menerawang jauh. “Ah…” Kwang Min berdiri dari tempat duduk “Aku mau ganti baju dan istirahat.”

“Hah?!!” Jae Eun yang telah selesai membereskan terkejut.

“Kenapa dengan mu?” Kwang Min menoleh. Jae Eun hanya tersenyum kaku. “Oya, kau tidak punya kebiasaan tidur sambil berjalankan?”

“Em...sepertinya saya tidak pernah mengalami hal itu tuan sampai sekarang..” jawab Jae Eun polos sambil mengingat-ingat.

“Joa. Brarti tidak ada alasan untuk mu pindah ke ranjangku.” Kwang Min dengan percaya diri menjelaskan.

Hah?? Memang siapa yang akan pindah ke ranjang mu? Kenapa kau percaya diri sekali… Jae Eun tersenyum kecut.
 *****
 Jae Eun mencoba memejamkan matanya, ia sudah berbaring ditempat tidurnya. Terkadang ia juga menoleh ke samping dimana Kwang Min tidur, dan hanya bisa melihat punggung Kwang Min.

Kenapa mata ini tidak bisa terpejam..??? Apa yang harus ku lakukan? Seharusnya, yang harus bilang jangan pindah ke ranjangku itu aku, bukan kau. Seenaknya saja memeluk orang, tidak sopan. Kalau oppa mengetahui hal ini pasti dia akan kecewa padaku.  Jae Eun menggerutu dan mengeluh sendiri dalam hati.
Jae Eun berada di padang rumput, dan disana banyak kawanan domba dengan bulu putih bersih. Jae Eun membawa kaleng berisi cat dan kuas. Jae Eun menghitung domba itu satu persatu dengan menandainya dengan cat.
“Satu domba…dua domba…tiga domba…dua puluh domba…empat puluh lima domba…” Wah…ternyata dombanya sangat banyak.
 *****
 Kwang Min sedikit kesal karena teman yang tidur diranjang sebelah tidak bangun-bangun.  Padahal Kwang Min sudah melakukan senam kecil-kecilan diserambi sebelah kamarnya. Kwang Min hanya bisa mondar-mandir didepan ranjang Jae Eun. Terlihat Kwang Min menghela napas, dengan kakinya ia menggoyang-goyang ranjang Jae Eun.

“Mungkin dia keturunan kerbau.” Kata Kwang Min sambil kedua tangannya memegang pinggang. Kwang Min mencoba untuk membuka selimut yang menyelubungi Jae Eun. Pelan-pelan ia mengangkat selimut yang menyelubungi Jae Eun.
“Ha???!” Kwang Min heran. “Apa ini? Kemana dia?” Ternyata Jae Eun tidak ada diranjangnya.

“Ohayo….” Sapa Jae Eun yang tiba-tiba muncul dari belakang dan membuat Kwang Min sedikit melonjak karena terkejut. “O…ada apa tuan?” Jae Eun bertanya dengan tak berdosa.
Kwang Min tak menanggapi karena kesal dan terkejut, ia langsung duduk disofa.

“Ini tuan, saya bawakan kopi untuk tuan.” Menaruh secangkir kopi panas dimeja. “Atau jika tuan tidak suka ini ada juga teh.” Ucap Jae Eun sambil tersenyum.

“Yah! Jae Eun, darimana saja kau?” Kwang Min bertanya dengan sedikit kesal.

“Tadi saya bangun tapi tuan belum, saya ingin berpamitan pada tuan, tapi takut menganggu tidur anda.”

“Huff….” Kwang Min menghela nafas kemudian meraih secangkir kopi yang disediakan Jae Eun.
 *****
 Jae Eun menemani tuannya pergi ke tempat pertemuan  perjalanan kira-kira dari hotel sekitar sepuluh sampai lima belas menit. Pertemuan yang diadakan hampir dekat dengan Oishi Park, disekitar danau Kawaguchi.

“Saya akan menunggu disekitar sini tuan. Jika tuan telah selesai anda bisa menghubungi saya.” Ucap Jae Eun ketika mereka sampai didepan restoran untuk mengadakan pertemuan. Kwang Min hanya mengangguk, dan mulai berjalan masuk. “Oya tuan.” Langkah Kwang Min terhenti dan ia menoleh pada Jae Eun. “Semangat!” Jae Eun mengangkat tangannya membentuk kepalan dan tak lupa dengan senyuman yang cerah. Kwang Min membalasnya dengan senyuman yang sedikit dan cool, terlihat tulus.
 *****
 Jae Eun berjalan-jalan disekitar daerah itu, Jae Eun bisa sedikit berbahasa Jepang. Sudah hampir tiga jam Jae Eun menunggu tuannya untuk mengadakan pertemuan. Perjalanan Jae Eun pun juga sudah sedikit jauh dari restoran. Jae Eun bersantai didaerah taman dengan pohon-pohon yang sangat rindang dan sejuk. Jae Eun mencoba merilekskan diri dan memakan takoyaki yang telah ia beli.
Tapi sayup-sayup Jae Eun mendengar sesuatu, ia mencoba mendengarnya dengan seksama. Walau sedikit merinding tapi rasa penasaran Jae Eun mengalahkan merindingnya, lagi pula jam masih menunjukan pukul tiga sore. Jae Eun berusaha mendekat ke arah sumber suara. Dan semakin dekat dari asal suara dan semakin jelas.

“O! Adik kecil, kau tidak apa-apa?” tanya Jae Eun tentunya juga menggunakan bahasa Jepang, pandangan Jae Eun mengarah keatas pohon.

“Hiks hiks hiks…aku takut…” jawab anak kecil itu sambil menangis. Ternyata suara itu berasal dari anak kecil yang berada diatas pohon.

“Jangan menangis, kakak akan menurunkanmu.” Jae Eun mencoba menenangkan. Jae Eun segera memanjat pohon itu segera menolong anak kecil itu. Setelah beberapa saat Jae Eun bisa menurunkan anak kecil itu.
 *****
 Jae Eun yang memang baik hati mengantarkan anak kecil itu menuju tempat yang dimaksud anak kecil itu. Jae Eun mengandeng tangan anak kecil itu yang sedang memakan takoyaki yang Jae Eun beli untuknya dengan tangan yang lain.

“Kotomi!” teriak seorang wanita, yang dengan segera berlari kearah Jae Eun. “Kotomi, kau kemana saja? Ibu mencarimu kemana-mana.” Wanita itu memeluk anak kecil itu dengan bahagia.

“Ibu….” Kotomi, ternyata nama anak perempuan itu. “Onee -san ini yang menolongku dan membawaku pulang.” Kotomi menjelaskan pada ibunya.

“Domo arigatogozaimashita. Anda telah menolong Kotomi. Apa yang bisa kami balas untuk mu nona?” tanya ibu Kotomi.

“Tidak. Saya tidak perlu apa-apa nyonya.” Jae Eun berjongkok didepan Kotomi. “Kotomi, berjanji pada kakak, Kotomi tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat ibu sedih ya..?”

“Ya, onee -san. Kotomi janji.” Kotomi tersenyum gembira dan memeluk Jae Eun. Setelah mengucapkan terima kasih lagi ibu dan Kotomi masuk ke dalam restoran, restoran yang sama dimana tuannya mengadakan pertemuan.
 *****
 Kwang Min keluar restoran dengan wajah yang tak menyenangkan. Jae Eun tidak bertanya apapun pada majikannya hingga tiba di hotel. Pulang dari pertemuan sampai di kamar hotel, Kwang Min duduk disofa dengan lembar-lembar laporan yang ia teliti, bahkan ia lupa untuk mengganti baju.

“Tuan, lebih baik anda mengganti pakaian anda lebih dulu.” Terkadang Jae Eun mengingatkan. Tapi tetap saja Kwang Min kembali lagi duduk untuk meneliti laporan setelah berganti pakaian. Jae Eun hanya diam memperhatikan tuannya. Hingga tiba-tiba Jae Eun menutup paksa laporan yang diteliti Kwang Min.

“Tuan, sekarang anda harus  ganti mengurus diri anda.” Ekspresi Kwang Min terlihat kurang senang, tapi ia juga merasa lelah dan akhirnya menuruti Jae Eun untuk makan malam.
 *****
 Kwang Min sudah selesai dengan makan malamnya, ia menunggu Jae Eun yang tak kembali dari toilet. Akhirnya Kwang Min memutuskan untuk kembali ke kamar lebih dulu.

“Onii – san!” seseorang memegang lengan baju Kwang Min, ia menoleh dan ternyata seorang anak perempuan kecil.

“Nani? Do shita no?” tanya Kwang Min lembut dan sudah berjongkok didepan anak itu.

“Kotomi lihat onii –san dan kakak cantik yang menolongku tadi bersama-sama. Aku hanya ingin mengembalikan ini pada kakak cantik.” Kotomi memberikan Sesuatu ditangan Kwang Min.
“Tolong berikan ini pada kakak cantik pacar onii –san. Arigatogozaimashita.” Kemudian Kotomi berlari kecil menuju kearah ibunya yang menunggunya tak jauh, sang ibu menyapa Kwang Min dengan senyum hangat.
Kwang Min membuka telapak tangannya, dilihatnya benda yang diberikan Kotomi padanya. Mata Kwang Min terbelalak lebar melihat benda.

bersambung...

3 komentar: