Kamis, 13 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 6



Part 6

“Kalian melihat Jae Eun?” tanya nyonya Kim pada semua pembantu diruangan itu.

“Jae Eun juga ikut mencari tuan muda nyonya, tapi saya tidak tahu ke arah mana Jae Eun pergi.” Jawab seorang pembantu.

“Baik kalau begitu.”
 *****
 Kwang Min sudah berada di kamarnya dan berbaring diatas tempat tidurnya, memandang langit-langit. Dan mengingat lagi kejadian dirumah gudang.

“Apa yang kau inginkan?”

“Saya tidak berharap banyak dari tuan. Saya hanya ingin anda menghargai saya sebagai pengurus anda. Jangan mencoba membuat saya meninggalkan pekerjaan ini, karena saya ingin menyelesaikannya dengan baik untuk orang yang saya sayangi.”

Kwang Min teringat kata-kata Jae Eun saat ia ditemukan. Perasaan Kwang Min menjadi aneh mengingat yang diucapkan Jae Eun. Ternyata selama ini Jae Eun mengetahui niatnya untuk membuat Jae Eun menyerah. Kwang Min tak menyangka bahwa Jae Eun dengan berani mengungkapkannya secara langsung.
 *****
 “Jae Eun, apakah kau bisa membuatkan makan siang?” tanya kepala pelayan Kim.

“Apa yang bisa aku buatkan nyonya Kim?”

“Apa saja yang bisa kau buat.”
 *****
 Jae Eun berjalan menuju receptionist, tapi sesaat ia akan sampai ia melihat sekretaris Yoon.

“Sekretaris Yoon!” panggil Jae Eun, sekretaris Yoon menoleh.

“Jae Eun, ada apa?”

“Nyonya Kim menyuruhku untuk ini.” Jae Eun menunjukan sesuatu yang ia bawa.

“O…aku akan mengantarmu.”
 *****
 Jae Eun mulai membuka apa yang ia bawa dengan baik.dan hati-hati supaya tidak tumpah, juga menatanya dengan rapi.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“O…saya disuruh nyonya Kim membuat makan siang. Ternyata saya disuruh mengantarnya ke sini.”

Kwang Min melihat bekal yang sudah ditata rapi diatas meja. Jae Eun berusaha melihat ekpresi tuan muda, apakah ia menyukainya atau tidak.

“Ini yang kau buat?”

“Nyoya Kim tidak memintaku untuk membuat sesuatu yang sulit, ini yang saya bisa tuan.” Jae Eun terdiam sejenak “Apa tuan mau mencobanya? Ini sudah hampir lewat jam makan siang.”

“Mungkin aku akan mencobanya nanti.” Jawab Kwang Min kemudian kembali menuju meja kerjanya. Jae Eun sedikit kesal karena usahanya tidak dihargai. Jae Eun akan beranjak pergi meninggalkan ruang kerja Kwang Min, tapi diurungkan dan berbalik lagi.

“Bukankah anda sudah sepakat waktu kita ada rumah gudang tuan?” Jae Eun mengingatkan, Kwang Min mengarahkan pandangannya pada Jae Eun yang sudah berdiri disampingnya.

“Aku banyak pekerjaan.” Jawab Kwang Min dingin.

“Walau begitu tuan juga harus memikirkan diri anda juga bukan hanya pekerjaan, sekarang aaa……” Jae Eun menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi juga sayur yang ia buat. Kwang Min terkejut dengan tindakan Jae Eun.

“Aku bukan anak kecil.”

“Saya tahu tuan. Tapi dengan begini anda juga masih bisa melanjutkan pekerjaan tuan. Tuan juga harus membantuku, jika tidak saya akan….” Ada nada ancaman dari Jae Eun.

“A…a…!! Aku tahu.”

“Jadi bukalah mulut tuan, dan tuan masih bisa mengerjakan pekerjaan tuan.”

Walau sedikit terpaksa, Kwang Min pun membuka mulutnya. Jae Eun segera menyuapinya, sambil tuannya masih melanjutkan pekerjaan yang ia kerjakan. Jae Eun pun terkadang mengingatkan Kwang Min untuk tidak lupa mengunyah makanan. Beberapa menit kemudian Jae Eun selesai mengurus tuannya.

“Selesai.” Ucap Jae Eun gembira setelah menyuapkan sendok nasi terakhir. “Terima kasih atas kerja sama tuan.” Jae Eun tersenyum kepada Kwang Min. Jae Eun mulai berbenah-benah dan beranjak pulang ke rumah.

“Oya, jika tuan ingin makan sesuatu, saya akan buatkan untuk tuan. Saya permisi dulu.” Jae Eun berpamitan, ada sedikit senyum dari bibir Kwang Min.
 *****
  “Tadi tuan muda makan dengan baik nyonya Kim.” Sekretaris Yoon bercerita pada nyonya Kim.

“Benarkah? Sampai saat ini aku belum bertemu dengan Jae Eun.”

“Jae Eun mengurus tuan muda dengan sangat baik.” Mereka berdua tersenyum. “Aku tidak menyangka Jae Eun bisa melakukannya. Apakah Jae Eun punya mantra khusus?”

“Sekretaris Yoon…kau ini, Jae Eun punya ketulusan & kegigihan. Kita akan lihat apa lagi yang akan dilakukan Jae Eun.”

“Aku juga menunggu hal itu nyonya Kim.”
 *****
 Satu minggu berlalu dan setiap makan siang Jae Eun akan berangkat menuju kantor dimana Kwang Min bekerja, untuk mengurus majikannya tersebut. Mereka sudah terbiasa berdua didalam ruang kerja bersama-sama. Jae Eun juga terkadang memperhatikan pekerjaan tuannya, terkadang selesai mengurus Kwang Min, Jae Eun juga membantu membereskan dan menyiapkan bahan-bahan untuk dikerjakan selanjutnya.

“Kwang Min-ie….!!” Teriak seseorang yang masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Kwang Min, saat itu Jae Eun juga sedang menyuapkan nasi pada Kwang Min, mereka terkejut. Terlebih lagi orang yang berteriak tersebut.
“O!! Kwang Min-ah,,,”

Jae Eun lalu memberi salam pada orang tersebut dan meletakkan mangkuk serta sendok makan keatas meja Kwang Min.
“Tolong tuan teruskan sendiri.” Pinta Jae Eun, kemudian segera keluar.

“Hyung, ada apa?” tanya Kwang Min sambil menyendok nasinya.

“Kwang Min, siapa wanita itu? Kenapa dia menyuapimu? Apa kau sakit? Apa dia pacarmu?”

“Hyung, aku harus menjawab yang mana dulu?” Kwang Min telihat risih.

“Hahahaha, maaf. Aku tahu kau jarang makan siang, tapi aku lebih tidak tahu lagi kalau ternyata kau lebih ingin disuapi.” Goda pria itu.

“Jeong Min hyung, jika kau tidak ada kerjaan..lebih baik keluar dari sini.” Wajah Kwang Min sudah masam, dan ia juga sudah menyelesaikan makan siangnya.
Jeong Min sudah duduk dikursi tamu yang ada diruangan Kwang Min dan melihat beberapa masakan yang ada dimeja yang belum sempat diberesi oleh Jae Eun. Dasar..Jeong Min, dia mulai mengambil sumpit dan mencicipi masakan Jae Eun.
“Um…..masitta.” kata Jeong Min sambil mengangguk-anggukan kepala. “Bolehkah aku makan siang disini?”

“Hyung??!”

“A….aku tahu, pasti kau tidak ingin masakan wanita itu dicicipi pria lain selain dirimu kan?” Jeong Min mencoba menggoda dengan spekulasinya. “Baiklah….”

“Terserah kau saja hyung.” Kwang Min menyerah.

“Hehehe. Kalau begitu itu lebih baik.” Jeong Min mulai bersiap menyantap masakan Jae Eun.

bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar