Part 5
Jae Eun sudah
berada ditaman belakang rumah mewah. Jae Eun berusaha meregangkan otot-ototnya
yang kaku karena harus berlari-lari untuk mendapatkan barang yang diinginkan
tuan muda. Jae Eun duduk dibawah pohon yang rindang, ia menyandarkan tubuhnya
dibatang pohon itu. Mencoba mengatur nafasnya, merilekskan diri dengan udara
yang sejuk dibawah pohon.
Jae Eun
menepuk-nepuk kakinya, tanda bahwa otot-otot kakinya pegal. Ia merasa bisa
beristirahat, karena tuan muda sedang keluar dengan sekretaris Yoon untuk suatu
keperluan. Ia sambil membaca buku yang ditemukannya waktu membersihkan kamar
tuan muda. Buku cerita untuk anak-anak, Jae Eun juga masih suka membaca buku
seperti itu, tak masalah bagi Jae Eun karena sudah hampir satu bulan ia tidak
bisa keluar dari rumah mewah ini.
Buku itu cukup
menghibur untuk Jae Eun dan membuat Jae Eun merasa tidak kesepian, dan ia juga
bisa berfantasi seperti kanak-kanak. Ia membuka halaman pertama dan mulai
membaca.
*****
“Jae Eun tuan
muda sudah datang.” Salah seorang pelayan memberitahu Jae Eun.
“Benarkah?”
buru-buru Jae Eun pergi ke ruang kerja tuan muda dengan membawakan secangkir
minuman.
“Selamat malam
tuan. Ini minuman tuan.” Seperti biasa Jae Eun meletakan diatas meja.
“Aku ingin
biscuit.”
“Akan segera
saya bawakan. Mungkin ada yang tuan inginkan lagi selain biscuit?” Jae Eun
menawarkan bantuan yang lain.
“Tidak.” Tuan
muda masih membaca sesuatu diatas mejanya. Tak lama kemudian Jae Eun membawakan
biscuit yang diinginkan tuan muda. Kwang Min melihat biscuit yang sudah
diletakan tepat disebelah minumannya.
“Kenapa dengan
biscuit ini?”
“Apakah anda
tidak suka?” Jae Eun mencoba meneliti.
“Aku bertanya
padamu.”
“Maaf. Saya
dengar anda begitu sibuk dengan kegiatan anda tuan, jadi saya membawakan
biscuit gandum ini untuk tuan. Saya mendengar anda jarang makan siang. Saya
harap biscuit ini bisa melegakan lambung anda.” Jae Eun menjelaskan. “Saya
harap anda selalu sehat. Saya tidak akan menganggu tuan.” Jae Eun keluar dari
ruang kerja.
*****
“Kita akan lihat
tuan, siapa yang akan bertahan.” Jae Eun sudah terbaring diatas tempat
tidurnya. “Nenek, aku tidak akan mengecewakan nenek.” Jae Eun kemudian
memejamkan matanya.
*****
“Gyu Ri.”
“A…nenek. Untuk
apa nenek disini? Ini sudah malam nek..”
“Lalu bagaimana
dengan mu?” nenek balik bertanya dan duduk disebelah Gyu Ri.
“Apa nenek tidak
bisa tidur?”
“Nenek berusaha
untuk tidur.”
“Nenek benar-benar
seperti nenek (nenek Gyu Ri sendiri maksudnya)”
“Kita berdua
sudah kenal sangat lama dan akrab. Kebiasaan kami hampir sama. Sayang sekali
kita tidak bisa tinggal disini bersama. Apa kau lelah dengan tugas yang
diberikan nenekmu?”
“Tidak sama sekali
nek…ini smua ku jalani dengan senang hati.” Nenek memegang tangan Gyu Ri.
“Semoga Jae Eun
juga melakukannya dengan senang hati.”
“Itu pasti
nek..soal Jae Eun nenek tidak perlu kwatir. Jae Eun pasti mengakhirinya dengan
baik.”
*****
“Tuan. Mungkin
anda harus berhenti membuat Jae Eun melepas pekerjaannya.”
“Sekretaris
Yoon, apa yang kau bicarakan? Apa aku terlihat mengerjainya? Bukankah dia
pengurusku?”
“Sepertinya anda
tidak tahu yang anda lakukan tuan.”
“Aku tahu aku
tahu…” Kwang Min kemudian memandang keluar dari balik kaca jendela mobil.
*****
Jae Eun mulai
membuka mata dan mengerjap-ngerjap, sedikit ia mendengar ada keributan dalam
rumah. Jae Eun sontak kaget, ia bergegas bangun, ternyata sudah hampir satu jam
ia tertidur dibawah pohon. Ia merasa sangat lelah dan berusaha beristirahat
sejenak dibawah pohon, tapi tak disangka ia malah tertidur. Buru-buru Jae Eun berdiri
dan berlari masuk dalam rumah.
“Ada apa ini?” tanya Jae
Eun pada salah satu pembantu dirumah itu.
“Biasa…tuan muda
menghilang…”jawab orang itu dengan santai.
“Haaa?? Apa kau
bilang? Biasa?” Jae Eun sedikit terkejut dengan ungkapan itu.
“Kau anak baru
yang mengurus tuan muda. Kebiasaan tuan muda yang satu ini sudah lama tidak
muncul, dan mungkin ini akan kambuh lagi untuk beberapa waktu. Lebih baik kau
cepat-cepat menemukan tuan muda, karena kau adalah baby sisternya.”
*****
Sebenarnya dimana dia berada? Kenapa ia
harus menghilang? Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa dia lakukan? Jae Eun
berusaha mencari tuan muda Kwang Min. Dia sudah mengecek di ruang kerja, ruang
televisi, dan juga kamar, tapi tidak ada.
Jae Eun sudah
berjalan cukup jauh dari rumah, tapi masih berada dikawasan halaman rumah mewah
itu. Bagaimana tidak repot hanya mencari satu orang saja dengan rumah sebesar
itu dan halaman depan, belakang juga samping yang begitu luas.
Jae Eun melihat
ada sebuah rumah kecil dari kayu,terlihat seperti gudang. Jae Eun berjalan ke
rumah itu untuk sekedar beristirahat, belum pernah selama dua bulan ini Jae Eun
berkeliling halaman. Itu benar-benar membutuhkan tenaga ekstra. Jae Eun mulai
duduk diteras kecil rumah itu, meluruskan kakinya. Sesaat ia beristirahat, ia
mendengar ada suara aneh dari dalam rumah itu. Jae Eun mencoba memeriksa walau
ia pun sedikit takut, kalau-kalau itu hewan buas.
Jae Eun membuka
pintu rumah kayu itu, dan mulai masuk ke dalam pelan-pelan. Ia berusaha mencari
sumber suara dan ternyata…
*****
Huaaa…… Kwang
Min menguap.
“O!..kenapa
kau?” tak percaya.
“Apakah tidur
anda nyeyak?” Jae Eun tersenyum.
“Kenapa kau bisa
disini?”
“Kita semua
mencari tuan. Tapi ternyata…tuan dengan santai istirahat disini.” Ekspresi
sedikit kecewa.
“Apa kau
sendirian? Disana kau mengganggu disini kau juga..” Kwang Min mencoba mencari
sosok lain selain Jae Eun.
“Saya menemukan
tuan disini, apakah saya harus memberitahu yang lain? Sepertinya menyenangkan.”
Jae Eun menangkap raut wajah tuannya sedikit cemas. “Tenang….tuan, saya tidak
akan memberitahu siapa-siapa.” Kwang Min terlihat lega. “Asal tuan mau memenuhi
satu permintaanku.”
“Apa kau
mengancamku? Dan kau tidak akan berani melakukannya.”
“Darimana anda
tahu kalau saya tidak akan melakukannya?” tantang Jae Eun, Jae Eun menghadap
kea rah pintu. “Ha…hfff…..” dengan cepat Kwang Min membekap mulut Jae Eun dari
belakang, Jae Eun pun sedikit meronta. Tapi Kwang Min dengan kencang memegang
tubuh Jae Eun.
“Apa yang kau
inginkan?” bisik Kwang Min ditelinga Jae Eun.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar