Kamis, 13 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 5



Part 5

Jae Eun sudah berada ditaman belakang rumah mewah. Jae Eun berusaha meregangkan otot-ototnya yang kaku karena harus berlari-lari untuk mendapatkan barang yang diinginkan tuan muda. Jae Eun duduk dibawah pohon yang rindang, ia menyandarkan tubuhnya dibatang pohon itu. Mencoba mengatur nafasnya, merilekskan diri dengan udara yang sejuk dibawah pohon.
Jae Eun menepuk-nepuk kakinya, tanda bahwa otot-otot kakinya pegal. Ia merasa bisa beristirahat, karena tuan muda sedang keluar dengan sekretaris Yoon untuk suatu keperluan. Ia sambil membaca buku yang ditemukannya waktu membersihkan kamar tuan muda. Buku cerita untuk anak-anak, Jae Eun juga masih suka membaca buku seperti itu, tak masalah bagi Jae Eun karena sudah hampir satu bulan ia tidak bisa keluar dari rumah mewah ini.
Buku itu cukup menghibur untuk Jae Eun dan membuat Jae Eun merasa tidak kesepian, dan ia juga bisa berfantasi seperti kanak-kanak. Ia membuka halaman pertama dan mulai membaca.
 *****
 “Jae Eun tuan muda sudah datang.” Salah seorang pelayan memberitahu Jae Eun.

“Benarkah?” buru-buru Jae Eun pergi ke ruang kerja tuan muda dengan membawakan secangkir minuman.

“Selamat malam tuan. Ini minuman tuan.” Seperti biasa Jae Eun meletakan diatas meja.

“Aku ingin biscuit.”

“Akan segera saya bawakan. Mungkin ada yang tuan inginkan lagi selain biscuit?” Jae Eun menawarkan bantuan yang lain.

“Tidak.” Tuan muda masih membaca sesuatu diatas mejanya. Tak lama kemudian Jae Eun membawakan biscuit yang diinginkan tuan muda. Kwang Min melihat biscuit yang sudah diletakan tepat disebelah minumannya.
“Kenapa dengan biscuit ini?”

“Apakah anda tidak suka?” Jae Eun mencoba meneliti.

“Aku bertanya padamu.”

“Maaf. Saya dengar anda begitu sibuk dengan kegiatan anda tuan, jadi saya membawakan biscuit gandum ini untuk tuan. Saya mendengar anda jarang makan siang. Saya harap biscuit ini bisa melegakan lambung anda.” Jae Eun menjelaskan. “Saya harap anda selalu sehat. Saya tidak akan menganggu tuan.” Jae Eun keluar dari ruang kerja.
 *****
 “Kita akan lihat tuan, siapa yang akan bertahan.” Jae Eun sudah terbaring diatas tempat tidurnya. “Nenek, aku tidak akan mengecewakan nenek.” Jae Eun kemudian memejamkan matanya.
 *****
 “Gyu Ri.”

“A…nenek. Untuk apa nenek disini? Ini sudah malam nek..”

“Lalu bagaimana dengan mu?” nenek balik bertanya dan duduk disebelah Gyu Ri.

“Apa nenek tidak bisa tidur?”

“Nenek berusaha untuk tidur.”

“Nenek benar-benar seperti nenek (nenek Gyu Ri sendiri maksudnya)”

“Kita berdua sudah kenal sangat lama dan akrab. Kebiasaan kami hampir sama. Sayang sekali kita tidak bisa tinggal disini bersama. Apa kau lelah dengan tugas yang diberikan nenekmu?”

“Tidak sama sekali nek…ini smua ku jalani dengan senang hati.” Nenek memegang tangan Gyu Ri.

“Semoga Jae Eun juga melakukannya dengan senang hati.”

“Itu pasti nek..soal Jae Eun nenek tidak perlu kwatir. Jae Eun pasti mengakhirinya dengan baik.”
 *****
 “Tuan. Mungkin anda harus berhenti membuat Jae Eun melepas pekerjaannya.”

“Sekretaris Yoon, apa yang kau bicarakan? Apa aku terlihat mengerjainya? Bukankah dia pengurusku?”

“Sepertinya anda tidak tahu yang anda lakukan tuan.”

“Aku tahu aku tahu…” Kwang Min kemudian memandang keluar dari balik kaca jendela mobil.
 *****
 Jae Eun mulai membuka mata dan mengerjap-ngerjap, sedikit ia mendengar ada keributan dalam rumah. Jae Eun sontak kaget, ia bergegas bangun, ternyata sudah hampir satu jam ia tertidur dibawah pohon. Ia merasa sangat lelah dan berusaha beristirahat sejenak dibawah pohon, tapi tak disangka ia malah tertidur. Buru-buru Jae Eun berdiri dan berlari masuk dalam rumah.

“Ada apa ini?” tanya Jae Eun pada salah satu pembantu dirumah itu.

“Biasa…tuan muda menghilang…”jawab orang itu dengan santai.

“Haaa?? Apa kau bilang? Biasa?” Jae Eun sedikit terkejut dengan ungkapan itu.

“Kau anak baru yang mengurus tuan muda. Kebiasaan tuan muda yang satu ini sudah lama tidak muncul, dan mungkin ini akan kambuh lagi untuk beberapa waktu. Lebih baik kau cepat-cepat menemukan tuan muda, karena kau adalah baby sisternya.”
 *****
 Sebenarnya dimana dia berada? Kenapa ia harus menghilang? Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa dia lakukan? Jae Eun berusaha mencari tuan muda Kwang Min. Dia sudah mengecek di ruang kerja, ruang televisi, dan juga kamar, tapi tidak ada.
Jae Eun sudah berjalan cukup jauh dari rumah, tapi masih berada dikawasan halaman rumah mewah itu. Bagaimana tidak repot hanya mencari satu orang saja dengan rumah sebesar itu dan halaman depan, belakang juga samping yang begitu luas.
Jae Eun melihat ada sebuah rumah kecil dari kayu,terlihat seperti gudang. Jae Eun berjalan ke rumah itu untuk sekedar beristirahat, belum pernah selama dua bulan ini Jae Eun berkeliling halaman. Itu benar-benar membutuhkan tenaga ekstra. Jae Eun mulai duduk diteras kecil rumah itu, meluruskan kakinya. Sesaat ia beristirahat, ia mendengar ada suara aneh dari dalam rumah itu. Jae Eun mencoba memeriksa walau ia pun sedikit takut, kalau-kalau itu hewan buas.
Jae Eun membuka pintu rumah kayu itu, dan mulai masuk ke dalam pelan-pelan. Ia berusaha mencari sumber suara dan ternyata…
 *****
 Huaaa…… Kwang Min menguap.

“O!..kenapa kau?” tak percaya.

“Apakah tidur anda nyeyak?” Jae Eun tersenyum.

“Kenapa kau bisa disini?”

“Kita semua mencari tuan. Tapi ternyata…tuan dengan santai istirahat disini.” Ekspresi sedikit kecewa.

“Apa kau sendirian? Disana kau mengganggu disini kau juga..” Kwang Min mencoba mencari sosok lain selain Jae Eun.

“Saya menemukan tuan disini, apakah saya harus memberitahu yang lain? Sepertinya menyenangkan.” Jae Eun menangkap raut wajah tuannya sedikit cemas. “Tenang….tuan, saya tidak akan memberitahu siapa-siapa.” Kwang Min terlihat lega. “Asal tuan mau memenuhi satu permintaanku.”

“Apa kau mengancamku? Dan kau tidak akan berani melakukannya.”

“Darimana anda tahu kalau saya tidak akan melakukannya?” tantang Jae Eun, Jae Eun menghadap kea rah pintu. “Ha…hfff…..” dengan cepat Kwang Min membekap mulut Jae Eun dari belakang, Jae Eun pun sedikit meronta. Tapi Kwang Min dengan kencang memegang tubuh Jae Eun.

“Apa yang kau inginkan?” bisik Kwang Min ditelinga Jae Eun.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar