Pemain Utama :
Jeon Jae Eun (Puretty)
Jo Kwang Min (Boyfriend)
Pemain Pendukung :
Gyu Ri (Kara), Hye In (Puretty), Jeong Min (Boyfriend), So Yoo (Sistar), Dong Hyun (Boyfiriend), Hyo Jun (Ajax)
Romance
Part 17
Jae Eun segera
mengambil ponselnya, alisnya bertaut memandang nomor yang tidak ia kenal. Jae
Eun sedikit ragu-ragu untuk menerima panggilan telepon tersebut. Disana
terlihat Hyo Jun mengantisipasi keadaan, dan bersembunyi lagi dibelakang Hye
In. Jae Eun kemudian mengambil tempat agak jauh saat menerima panggilan
telepon.
“Yeoboseyo.” Jae
Eun mengangkat telepon.
“Mosi mosi…”
orang diseberang menyapa Jae Eun. Jae Eun teringat dengan suara lembut yang
menyapanya.
“O! Kotomi?” Jae
Eun sedikit terkejut.
“Onee –san. Apa
kabar?” tanya Kotomi.
“Kotomi, keadaan
kakak sehat. Kotomi, bagaimana dengan Kotomi?”
“Kotomi sangat
baik. Saat ini Kotomi sedang bersantai dan mencoba minuman baru dari teman.”
“Minuman baru?
Nani-o?”
“Air madu.”
Jawab Kotomi. Jae Eun menjadi teringat pada Kwang Min, biasa sepulang dari
kantor Jae Eun selalu menyiapkan air madu untuknya. Jae Eun dan Kotomi
berbincang selama sepuluh menit sebelum akhirnya sambungan telepon diputus.
*****
Hari ini adalah
hari dimana panti sibuk telah tiba, semua bahagia menyambut kesibukan itu. Jae
Eun mengantar orang-orang panti menuju bus yang sudah disediakan. Jae Eun
pelan-pelan menuntun orang tua-orang tua yang ada di panti sampai masuk dalam
bus.
Semua sudah
berkumpul, tak ada satupun yang tertinggal. Bus itu mulai melaju menuju tempat
berlangsungnya acara. Perjalanan cukup jauh dari panti, Jae Eun menemani
orang-orang panti dengan naik bus bersama. Jae Eun duduk dengan tenang dikursi
belakang.
RRRrrrr…..
Ponsel Jae Eun bergetar, Jae Eun melihat siapa yang menelponnya.
“Hye In eonni.”
Ucap Jae Eun ketika tahu yang menelponnya. “Yeoboseyo.”
“Jae Eun
–ah…sampai dimana?” tanya Hye In ketika teleponnya sudah tersambung.
“Kita hampir
sampai eonni. Ada
apa?”
“Kau jangan lupa
membawa cincin ibu kepala.” Hye In mengingatkan.
“Tenang eonni,
cincin itu ada bersamaku,,,” tangan Jae Eun merogoh tasnya. “O! dimana?”
“Jae Eun –ah.. Ada apa?”
“Eonni,
cincinnya….” Jae Eun panic.
*****
Cepat-cepat Jae
Eun berlari menuju kamarnya dan mencari benda yang tertinggal. Dan ternyata benar,
benda itu masih tergeletak rapi di atas meja dekat dengan ranjangnya. Jae Eun
segera mengambil dan memasukkannya kedalam tas.
Jae Eun segera
berlari lagi menuju jalan raya, karena dia turun sendirian dari bus untuk
mengambil cicin yang penting dalam acara itu. Busnya dibiarkan tetap berangkat
ke tempat acara. Langkah Jae Eun hampir sampai dekat jalan raya. Tapi tiba-tiba
saja ia menghentikan langkahnya.
“Adik kecil ada
apa?” tanya Jae Eun melihat anak kecil yang menangis.
“Aku tidak bisa
menemukan oppa….” Jawab anak kecil dalam tangisnya. Memang dasar Jae Eun,
disaat yang genting seperti itu ia masih sempat menolong orang lain. Jae Eun
menemani anak kecil itu mencari oppanya. Jae Eun sesekali juga melihat jam
tangannya, ia merasa masih ada waktu menemani anak kecil itu. Mereka sudah
berada di taman, tempat pertama kali anak kecil itu berada.
“Dimana kalian
tadi berpisah?” Jae Eun berjongkok dihadapan anak kecil itu.
“Aku lupa eonni,
tadi aku mengejar kupu-kupu…” anak itu menangis lagi. Jae Eun mencoba
menenangkan.
“So Min –ah!!”
teriak anak laki-laki yang baru saja datang ditemani seorang dewasa. Anak yang
dipanggil sangat bahagia karena oppanya telah menemukan dirinya. Anak laki-laki
itu berada di dekat Jae Eun dan adiknya.
“Eonni,
gamsahamnida…” ucap anak kecil itu sambil membungkukkan badan. “Aku sudah
bertemu dengan oppa, terima kasih telah menolongku.” Jae Eun tersenyum.
“Noona
gamsahamnida.” Kakak dari anak kecil itu juga mengucapkan terima kasih.
Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan Jae Eun, mereka juga berterima kasih
pada orang dewasa yang menemani anak laki-laki itu.
Jae Eun masih
dalam posisi duduk jongkok, Jae Eun terpaku melihat orang dewasa yang menemani
anak laki-laki itu. Orang itu mendekat pada Jae Eun, Jae Eun masih saja terpana.
Orang itu mengulurkan tangannya.
“Bisakah kau
menemaniku sebentar?” ucap orang itu, Jae Eun seperti dihypnotis menyambut
uluran tangannya. Jae Eun menggengam erat tangan orang tersebut tanpa sepatah
katapun keluar dari mulutnya. Mereka berjalan di jalan setapak taman, selama lima menit. Jae Eun
memandang punggung orang itu tak percaya. Orang itu berbalik ke arah Jae Eun.
“Gomawo. Kau
telah menemaniku.” Orang itu tersenyum kemudian berjalan meninggalkan Jae Eun
yang berdiri terpaku. Jae Eun menjadi teringat kejadian saat berada di bawah
pohon. Ketika Kwang Min memeluknya setelah memberikan kotak.
“Jika kita bertemu, kau harus memanggilku dengan
benar Jae Eun –ah…” bisik Kwang Min tepat ditelinga Jae Eun dan memeluk Jae Eun
dengan erat.
Jae Eun mengerti
perkataan itu sekarang. Hatinya bergejolak dan rasanya ingin teriak sekencang
mungkin. Jangan pergi. Jangan pergi lagi.
Oppa. Jae Eun ingin berteriak seperti yang ada dalam hatinya. Tak kuasa air
matanya mengalir, tak sadar Jae Eun mendapat kekuatan darimana ia berlari ke
arah orang itu dan memeluknya dari belakang.
“Oppa!” ucap Jae
Eun ketika ia sudah mendapatkan orang itu dalam pelukannya. “Gajima. Jebal
gajima.” Orang itu kemudian berbalik menghadap Jae Eun, menghapus air mata Jae
Eun sambil menghela nafas.
“Aku benar-benar
fustasi. Kenapa kau lama sekali memanggilku hah?!” Jae Eun senang mendengar
nada bicara itu. “Sekarang aku disini. Apa yang akan kau lakukan? Oppa mu sudah
disini.” Kwang Min benar-benar penasaran.
“Oppa. Mianhae,
karena aku meninggalkanmu di taman waktu itu.” Jawab Jae Eun.
“Hanya itu?”
alis Kwang Min bertaut, Jae Eun tersenyum, Kwang Min kecewa. “Aku menunggu satu
tahun lebih hanya untuk mendengar ini?” Jae Eun menggeleng. “Lalu apa?” Jae Eun
memegang wajah Kwang Min dengan kedua tangannya, sedikit berjinjit, ia mengecup
salah satu pipi Kwang Min. Kwang Min seperti membeku karena perbuatan Jae Eun,
pipi Jae Eun pun menjadi merah karena malu.
“Tapi Jae Eun
–ah..hari ini kau menjadi orang yang tidak adil.” Ucap Kwang Min tiba-tiba
membuat Jae Eun bingung. “Jika kau hanya mencium satu pipiku, bukankah yang
lain akan iri.” Kwang Min sudah membungkukkan badannya dan menyodorkan pipinya
yang lain pada Jae Eun. Jae Eun kemudian menuruti Kwang Min untuk memberikan
kecupan pada pipi yang lain.
Tapi saat Jae
Eun akan mengecup, tiba-tiba Kwang Min menoleh menghadap Jae Eun. Dan tepat
sekali bibirnya bertemu dengan bibir Jae Eun. Jae Eun sontak terkejut, tapi
dengan bahagia ia menerima ciuman Kwang Min.
“O!” ucap Jae
Eun tiba-tiba saat bibir Kwang Min masih menempel dibibirnya, Kwang Min juga
ikut terkejut. “Oppa, aku harus segera ke pernikahan ibu kepala. Aku harus
mengantar cincinnya…” Jae Eun segera menarik tangan Kwang Min dan berlari.
*****
Hampir saja Jae
Eun terlambat dan membuat kacau pernikahaan ibu kepala. Tapi itu tidak terjadi,
cincin itu sudah dikenakan oleh pasangan pengantin yang berbahagia. Upacara
berjalan dengan hikmat dan lancar. Tamu undangan memberi selamat kepada
mempelai pengantin yang berbahagia.
Jae Eun
celingukan mencari seseorang. Jae Eun berjalan di dalam aula gereja. Sosok yang
ia cari ada di depan mimbar.
“Oppa.”
Panggilnya setelah berada di dekat Kwang Min. “Kau sedang apa? Ayo kita ke
samping, semua sudah berada disana.” Jae Eun memberitahu. Kwang Min meraih
tangan Jae Eun dan berhadapan dengannya.
“Jae Eun –ah..
Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Suara Kwang Min terdengar serius, Jae Eun
memperhatikan dengan seksama. “Aku ingin kau selalu ada disampingku,
selamanya..” tatapan Kwang Min benar-benar serius dan dalam. “Aku ingin kita
bersama. Saling memperhatikan dan merawat. Aku ingin kau menjadi ibu dari
anak-anakku. Kita bersama dalam suka dan duka.” Mata Jae Eun berkaca-kaca
mendengar ucapan Kwang Min. “Maukah kau menikah denganku Jeon Jae Eun?” Air
mata Jae Eun tak bisa terbendung lagi. Jae Eun tersenyum dalam tangisnya,
tangis bahagia.
“Ya.” Jae Eun
mengangguk. “Aku ingin bersamamu oppa. Aku mau kita saling memperhatikan dan
merawat. Aku mau menikah denganmu, Kwang Min oppa.” jawab Jae Eun, membuat
Kwang Min lega dan sangat bahagia. Kwang Min merogoh saku celananya, menemukan suatu benda kemudiannya
memakaikannya dijari manis Jae Eun. Cincin telah melingkar dijari manis Jae
Eun.
Kwang Min
memeluk Jae Eun, Jae Eun merasa bahagia, ia tersenyum dipelukan Kwang Min.
Kwang Min mengecup ujung kepala Jae Eun.
“Aku mencintaimu
Jeon Jae Eun.” Bisik Kwang Min ditelinga Jae Eun dalam pelukan yang hangat.
“Na do oppa. Aku
juga mencintaimu Kwang Min oppa.” Balas Jae Eun yang juga mempererat
pelukannya.
^_~ The End ~_^

terima kasih Tuhan,,,akhirnya selesai juga imajinasi yang pertama.
BalasHapusmoga temen2 seneng membaca akhir cerita yang ku buat ini..hehehehe
pas dihari ini, hari ulang tahun ku...sebenarnya bukan disengaja, tapi emang jadwal nge-post hari minggu...hehehe
HAPPY BIRTH DAY!!!! martha ratna. god bless you and your family...
(maf penulis agak narsis. hahaha)
Happy birthday.....
BalasHapusSmoga tercapai semua angan dan cita-cita mu...,
makasih teh nia...tuhan memberkati...
Hapusgimana nih?? ending.e?? komen aja...hahahaha
Jjang akhirnya selesai ...
BalasHapusending yang memuaskan dan yg pasti happy ending nan romantis
emm cie yg ultah
Happy Birthday eonni!!
be better and GBU ....
makin banyak karya2 yg keren2 lagi ya....
bener nih puas??? makasih mb christina tina
Hapusmakasih juga doanya...
kalo emang critane agak bingungin, komen aja...oke! lagi nyari inspirasi lagi untuk berimajinasi. hehehehehe
yeee happy end :D
BalasHapuseonnie mianhabnida
sms.e ga tk bles
ga due plsa hehehehe
ga pa2 non...oya, kalo emang ada saran & kritik bilang aja...hehehe
Hapustunggu imajinasi selanjutnya ya...lagi nyari wangsit nih...wkwkwkwkwk
selamat ulang tahun YOUNG MIN & KWANG MIN... :-D
BalasHapushappy birth day Young Min Kwang Min 24042014 :-D
BalasHapus