Rabu, 12 Maret 2014

(ori) MY BABY SISTER part 14





Part 14

“O! Mianhae. Mianhae.” Ucap Jae Eun saat ia sudah berdiri dan sedikit terhuyung karena ia tiba-tiba berdiri ketika ia bangun tidur.

“Gwaenchana.” Orang itu pun ikut berdiri.

“Maaf. Apa tuan sudah lama berada disini?” tanya Jae Eun penasaran.

“Sekitar sepuluh menit.” Jawab Kwang Min sambil melihat jam tangannya. “Cukup untuk melihatmu tidur dengan pulas.” Lanjut Kwang Min, Jae Eun merasa seperti orang bodoh.
Mereka berada ditaman belakang, tepat dibawah pohon tempat biasa Jae Eun merilekskan diri. Kwang Min memberikan sebuah kotak pada Jae Eun.

“Apa ini tuan?” tanya Jae Eun setelah menerima kotak tersebut. “Bukankah ini?” Jae Eun sepertinya pernah melihat benda yang ia pegang. Jae Eun teringat saat ia bekerja pertama kali, ketika ia membersihkan kamar Kwang Min dan akan menyentuh kotak itu, tapi Kwang Min melarang dan memarahinya.

“Bukalah jika kau teringat padaku.” Jawaban Kwang Min membuat Jae
Eun bingung. Kwang Min memandang Jae Eun dengan tatapan yang dalam. Jae Eun yang dilihat begitu menjadi salah tingkah, perlahan-lahan Kwang Min mendekat ke arah Jae Eun.

“Tuan anda tidak akan….?” Jae Eun bertanya ragu-ragu saat mengetahui pergerakan Kwang Min. Belum sempat selesai bertanya, apa yang dipikirkan Jae Eun benar terjadi. Kwang Min sudah menarik Jae Eun dalam pelukannya.

“Apa kau akan berkata bahwa oppa-mu akan marah?” ucap Kwang Min dalam pelukannya, seperti sudah tahu apa yang akan diucapkan Jae Eun padanya. “Jae Eun –ah..aku tidak takut pada oppa-mu itu. Berikan aku lima menit saja.” Jae Eun akhirnya membiarkan Kwang Min memeluknya.
 *****
 Jae Eun dengan senyum yang mengembang diwajahnya, duduk dengan santai sambil melihat pemandangan dari balik kaca bus yang ia naiki. Jae Eun mengeluarkan mp3-nya, mendengarkan musik lewat earphone yang sudah dipasang ditelinganya.
Jae Eun berharap-harap cemas supaya ia sampai di tempat tujuannya. Jae Eun jadi teringat saat ia mendapatkan ijin cuti.

“Jae Eun –ah…” panggil kepala pelayan Kim.

“Ya, nyonya Kim.”

“Sudah berapa lama kau bekerja disini?” tanya nyonya Kim.

“Em…kira-kira sudah tiga ratus hari. Ada apa nyonya?”

“Apa kau tidak merindukan keluargamu?”

“Keluarga.” Jae Eun kemudian terdiam sejenak. “Jika yang nyonya Kim maksud adalah orang tua, saya sudah tidak punya.” Jae Eun menjawab sambil tersenyum. Nyonya Kim merasa bersalah menanyakan hal itu pada Jae Eun.

“Mian, Jae Eun.”

“Gwaenchana nyonya Kim. Aku punya keluarga baru yang ada dipanti jompo. Jika bertanya padaku apakah aku merindukan keluargaku? Tentu saja. Aku sangat merindukan mereka. Bahkan dengan orang yang memberiku pekerjaan ini, lewat perantara nyonya Kim.” Cerita Jae Eun panjang lebar.

“Besok kau boleh menemui keluargamu Jae Eun.”

“Benarkah?” Jae Eun tak percaya. “Benar nyonya Kim? Aku boleh menemui mereka?” nyonya Kim mengangguk mantap menjawab Jae Eun. “Gamsahamnida nyonya Kim. Gamsahamnida.”
 *****
 Pelan-pelan Jae Eun melangkah, ia sangat berhati-hati, bahkan ia berjinjit supaya langkah kakinya tidak terdengar. Langkahnya mengarah pada seseorang di depannya. Jae Eun sudah berada satu meter dekat orang itu.

“Eonni!!!” teriak Jae Eun sambil memeluk Hye In yang sedang jongkok membereskan tanaman, dari arah belakang. Hye In benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan Jae Eun, tapi sekaligus juga bahagia.

“Jae Eun –ah!!!” Hye In menyambut Jae Eun dengan pelukan yang hangat. “Aku merindukanmu….”

“Na do eonni.”

“Kau pasti lelah bukan? Ayo kita masuk ke dalam dulu.”

“Ok! Lets go..”

Dengan semangat dan rasa bahagia Jae Eun dan Hye In menuju asrama. Saat berjalan pun mereka juga sambil bercanda. Jae Eun tak lupa menemui ibu kepala saat ia sampai di panti.

“Anyeonghaseyo ibu kepala.” Sapa Jae Eun saat berada di ruang ibu kepala.

“Jae Eun –ah..bagaimana keadaanmu?”

“Anda liatkan ibu kepala. Aku baik-baik saja.” Jae Eun menjawab dengan bangga.

“Aku senang kau menikmati pekerjaanmu. Sekarang kau ke kamar dulu dan beristirahat.” Gyu Ri menyuruh Jae Eun untuk melepas lelah dari perjalanan jauhnya.
 *****
 “Jae Eun –ah.. kau bilang kau bekerja sebagai baby sister. Aku ingin melihat foto anak yang kau urus.” Kata Hye In sambil membantu membereskan tempat tidur Jae Eun. Jae Eun membuka ponselnya dan menunjukkan gambar pada Hye In. Setelah ponsel Jae Eun berada ditangan Hye In, ia melihat gambar dengan teliti.

“Jae Eun –ah...aku memintamu untuk melihat anak yang kau urus.” Hye In sedikit kecewa. Dia berusaha mencari gambar lain yang ada diponsel. “Kenapa kau memberikan gambar ayahnya.”

“Eonni –a…” Jae Eun sudah duduk didekat Hye In, di atas tempat tidur. “Orang tadi adalah yang ku urus.” Jae Eun berkata pelan-pelan, Hye In berfikir sebentar.

“Mwo?!!” akhirnya Hye In mengerti. “Apa itu bisa disebut baby sister?” Hye In kembali memperhatikan gambar tadi.

“Tidak tahu. Tapi itulah pekerjaaanku disana.” Jae Eun sudah dalam posisi merebahkan tubuhnya. “Asal tahu saja eonni, dia orang yang semena-mena, egois, tidak tahu perasaan, juga suka meme...” Jae Eun memelankan suaranya ketika akan mengucapkan kata yang terakhir.

“Jae Eun –ah…kau dekat dengannya?” tanya Hye In tiba-tiba.

“Ani.”

“Dari ceritamu tadi sepertinya kau memperhatikannya dengan sangat baik. Tidakkah kau memiliki perasaan padanya?” Hye In mencoba menyelidiki.

“Eonni….apa yang kau bicarakan?”

“Lihatlah. Dia begitu tampan..” Menunjukkan gambar yang ada diponsel itu pada Jae Eun. “Jae Eun –ah…dari pada kau menunggu oppa-mu yang tidak jelas itu. Kenapa kau tidak mencoba menarik perhatian majikanmu saja?” Hye In menyarankan pada Jae Eun.

“Eonni!! Kenapa kau berkata kejam seperti itu? Hah?!!” Jae Eun kemudian berbalik membelakangi Hye In, dan tidak menghiraukan Hye In.

“Jae Eun –ah…aku hanya memberi saran padamu.” Ucap Hye In santai sambil bermain game yang ada diponsel Jae Eun. “Ya sudah kau istirahat saja.”
 *****
 “Tuan, saya sudah mendapatkannya kembali.” Ucap sekretaris Yoon di ruang kerja Kwang Mi, saat sekretaris Yoon sampai di rumah.

“Terima kasih sekretaris Yoon.” Ucap Kwang Min dengan pandangan yang menerawang jauh.

“Anda tidak akan berubah pikirankan tuan muda?” sekretaris Yoon mencoba mencari tahu yang difikirkan Kwang Min.

“Aku sudah mengambil keputusan untuk membantu mereka, sekretaris Yoon.” Ucap Kwang Min memandang sekretaris Yoon memberikan jawaban dengan yakin.

“Terima kasih atas pengertian anda tuan muda.” Sekretaris Yoon membungkukan badannya.

“Sekretaris Yoon, apa yang kau lakukan? Ini juga menjadi tagung jawabku.”

“Nanti kita segera berangkat, semua sudah siap. ” sekretaris Yoon menjelaskan.
 *****
 Jae Eun berjalan dengan langkah cepat, mencoba menemukan seseorang. Jae Eun seperti orang yang sedang kebingungan. Akhirnya dia bertemu dengan Hye In.

“Eonni!!” panggilnya. Hye In berhenti menunggu Jae Eun. “Eonni, aku baru saja dari kamar nenek. Tapi kenapa nenek tidak ada dan kamarnya juga tertata rapi.”

“Jae Eun, apa aku belum memberitahumu?”

“Eonni ada apa?” Jae Eun penasaran. Hye In mengajak Jae Eun untuk duduk dibangku tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Jae Eun, tadi pagi sebelum kau datang. Ada keluarga nenek yang menemui nenek disini. Mereka menjemput nenek untuk pulang bersama dengan mereka.” Hye In bercerita, wajah Jae Eun sedih, karena dia tidak bisa bertemu dengan nenek. Hye In memegang tangan Jae Eun, mencoba menguatkan.
 *****
 “So Yoo eonni, kenapa kita kumpul disini? Ada apa?” tanya Jae Eun yang sudah berdiri di samping So Yoo.

“Apa kau tidak tahu? Bahwa ada yang menggantikan posisi nyonya Kim untuk mengurus rumah ini?”

“Eonni, mana ku tahu. Aku kan baru saja pulang dari cuti.”

“O! Iya aku lupa.”

Mereka berbincang-bincang sambil sudah berbaris dengan rapi. Semua pegawai yang ada di rumah itu dikumpulkan, untuk memberitahu kepala pengurus yang baru.

“Anyeonghaseyo.” Sapa orang yang sudah berdiri dihadapan para pegawai. So Yoo dan Jae Eun membelalakan mata tak percaya.

bersambung...

1 komentar: