Rabu, 05 Maret 2014

(ori) MY BABY SISTER part 10



Part 10

Langkahnya dipercepat lagi, supaya sampai tujuan. Terdengar guruh yang besar dilangit, tapi tak dihiraukan dan lebih mempercepat langkahnya. Bukan, malahan ia berlari, Jae Eun dengan raut muka cemas dan penuh keringat.
Himbauan untuk orang-orang agar tidak keluar rumah ternyata benar-benar dijalankan dengan taat. Bahkan taxi pun tidak ada yang lewat, Jae Eun dengan segera berlari. Sekitar setengah jam Jae Eun sudah sampai ditempat yang ia tuju. Segera Jae Eun mencari sesuatu dijalan setapak taman dengan menggunakan lampu senter dari ponselnya.
 *****
 Ditelevisi diberitakan akan ada hujan disertai badai di kawasan danau Kawaguchiko. Orang-orang dihimbau untuk tidak keluar rumah.
Kwang Min berlari keluar dari restoran yang ada didalam hotel dengan tergesa-gesa.
Brruuukk!!!
Kwang Min menabrak seseorang, yang ternyata adalah petugas hotel yang membawakan tas mereka.

“Sumimasen deshita.” Ucap Kwang Min dan segera melanjutkan langkahnya.

“Tuan, anda mau kemana?” tanya petugas itu.

“Aku ingin mencari seseorang.”

“O..mungkin yang anda maksud nona yang bersama dengan anda itu tuan?” petugas itu mengingat-ingat.

“Benar.”

“Nona itu berlari keluar hotel dengan cepat ke arah danau. Apakah tuan akan menyusulnya?” Kwang Min mengangguk “Tapi tuan sebentar lagi akan ada badai, anda tidak seharusnya keluar.” Petugas itu memberitahu. Kwang Min tidak menghiraukan petugas itu dengan cepat ia melesat, lari mencari Jae Eun.
 *****
 Hujan sudah mulai turun, petir dan Guntur pun juga mengiringi turunnya hujan. Setelah lima menit hujan turun, disertai pula dengan angin, mula-mula pelan tapi bertenaga. Lama-lama angin menjadi lebih kencang, pohon-pohon disekitar bergoyang diterpa angin.
Kwang Min tetap berlari melawan kencangnya angin, langkahnya tergopoh-gopoh. Bajunya basah kuyup terkena air hujan, napasnya terengah-engah. Terkadang Kwang Min ingin berhenti, tapi diurungkan niatnya itu.
Kwang Min sudah sampai didepan restoran tempat pertemuan tadi siang. Kwang Min berjalan lebih jauh, pandangan matanya terbatas karena derasnya hujan yang turun serta angin. Kwang Min memelankan langkahnya.

“Jeu Eun –ah…” ucap Kwang Min ketika ia telah menemukan Jae Eun yang masih jongkok mencari sesuatu dibawah pohon. Kwang Min ikut jongkok didekat Jae Eun, Jae Eun berhenti mencari.

“Aku tidak menemukannya.” Suara Jae Eun lirih “Aku telah menghilangkannya.” Dari suaranya terdengar serak dan Jae Eun mulai menangis terisak seperti sangat sakit sekali. Pelan Kwang Min menepuk-nepuk kepala Jae Eun.

“Jae Eun –ah…Gwaenchana, yang penting aku sudah menemukanmu. Maaf, membuatmu lama menunggu dan mencari..” Kwang Min mendekap Jae Eun dalam pelukannya. Jae Eun masih menangis.

Mereka akhirnya masuk ke dalam salah satu restoran, yang untungnya pemiliknya baik memperbolehkan mereka yang basah kuyup untuk masuk. Bahkan pemilik restoran itu meminjami mereka handuk untuk mengeringkan diri serta membuatkan teh hangat.
Mereka tinggal disana sampai badai reda, sayangnya saat itu sudah tengah malam, juga Jae Eun sudah tertidur pulas. Mungkin Jae Eun lelah mencari dan menangis sampai terlihat matanya sembab. Esok harinya mereka baru kembali ke hotel dengan naik taxi. Didalam taxi pun Jae Eun tetap terlihat tidak bersemangat.
Mereka turun didepan pintu gerbang hotel, dan berjalan masuk area hotel. Saat itu ada sebuah mobil melintas berlawanan arah dengan mereka, kemudian berhenti.

“Mr. Jo.” Sapa seseorang yang keluar dari dalam mobil pada Kwang Min. Kwang Min menyuruh Jae Eun untuk berjalan lebih dulu. Jae Eun meninggalkan Kwang Min yang sedang membicarakan sesuatu dengan orang yang ada didalam mobil. Jae Eun terkadang menoleh ke arah tuannya berada, mencoba memperhatikan.

“Onee –san!” Teriaknya sambil berlari ke arah Jae Eun, sesampainya langsung ia memeluk Jae Eun. “Kakak…Kotomi ucapkan terima kasih pada kakak.”

“Um…sama-sama Kotomi.” Balas Jae Eun dengan senyuman “Kak Jae Eun senang bisa membantu Kotomi.”

“Domo Arigatogozaimashita nona Jae Eun.” Ucap ibu Kotomi sambil membungkukkan badan. Akhirnya Kotomi dan ibunya berpamitan pada Jae Eun dan melambaikan tangannya. Mereka berjalan ke arah mobil yang berhenti tadi, sesaat Kotomi menyapa Kwang Min juga, kemudian mereka masuk ke dalam mobil.
 *****
  Mereka telah selesai berkemas, wajah Jae Eun masih saja murung. Jae Eun berdiri diserambi samping kamar mereka. Tiba-tiba saja ia sedikit melonjak kaget, karena Kwang Min memeluknya dari belakang. Jae Eun yang tak bertenaga tidak kuasa untuk meronta.

“Gomawo Jae Eun –ah.” Ucap Kwang Min, membuat Jae Eun tak mengerti. “Aku bersyukur sekarang kau benar-benar bersamaku.” Kata-kata yang diucapkan Kwang Min terasa aneh bagi Jae Eun. Jae Eun membuka pelukan Kwang Min.

“Maaf, jika anda berbuat seperti ini. Ini akan membuat saya merasa lebih bersalah pada Oppa.”

“Oppa???” Kwang Min heran “Oppa? Dong Hyun sunbae?” Kwang Min mencoba mencari tahu.

“Ani. Dia Oppa yang menolong saya waktu kecil & saya telah menghilangkan satu-satunya benda yang dia berikan.” Jae Eun jadi sedih lagi mengingat itu.

“Jae Eun –ah…apa kau tahu? Aku telah mendapatkan kontrak.” Kwang Min mencoba mengalihkan perhatian Jae Eun.

“Ha…? Benarkah tuan? Tuan akhirnya mendapatkan kontrak itu?” benar perhatian Jae Eun mulai sedikit teralihkan.

“Itu semua karenamu.” Saat Kwang Min memberitahukan hal itu Jae Eun makin tidak mengerti. “Karena itu kau jangan sedih lagi. Ini.” Kwang Min menunjukkan sesuatu pada Jae Eun yang membuat Jae Eun bahagia.

“Wa…ini kalung yang saya cari tuan… Gamsahamnida. Julmang gamsahammida.” Jae Eun sangat bahagia karena benda yang ia cari semalam dalam hujan badai sudah ia dapatkan kembali. Kwang Min juga menjelaskan bahwa kalung itu menempel di baju Kotomi saat Jae Eun membantu Kotomi turun dari atas pohon.
 *****
 Dalam pesawat, Jae Eun yang duduk disebelah Kwang Min terus-menerus tersenyum sambil mengangkat kalungnya. Kwang Min yang ternyata memperhatikan tingkah Jae Eun mulai kesal, ia memakai kacamata hitamnya mencoba untuk tidur. Tapi kemudian ia melepas kacamatanya dan berbalik ke arah Jae Eun, dan membuat Jae Eun berhenti karena terkejut.

“Kenapa kau sangat menyukai kalung itu?” tanya Kwang Min yang penasaran.

“Em,,,karena ini adalah benda dari Oppa yang menolong saya waktu kecil.” Jawab Jae Eun sambil memandangi kalung yang ia pegang. “Saya harus terus menjaganya sampai nanti saya bertemu lagi dengan Oppa.”

“Jika kau tidak bertemu dengannya lagi bagaimana?”

“Andwe!” Jae Eun sedikit berteriak, dan hampir membuat Kwang Min malu. “Saya yakin, saya akan bertemu dengan Oppa-ku lagi.”

“Oppa-ku?” Kwang Min bergidik mendengar itu. “Apa dia akan mengenalimu, hah?”

“Dengan kalung ini saya yakin Oppa akan mengenali saya.”

“Jika, kau bertemu dengannya, apa yang akan kau lakukan?” tanya Kwang Min yang wajahnya hampir dekat dengan Jae Eun. Jae Eun membalas tatapan Kwang Min.

“Bimil.” Jawab Jae Eun singkat dan membuat Kwang Min kembali keposisi dimana dia akan tidur dan kembali mengenakan kacamata hitamnya.

“Asal kau tidak memandangi kalung itu sambil menghitung domba saja…karena itu membuatku risih.” Ucap Kwang Min dalam posisi tidurnya, ternyata dia menyindir Jae Eun yang waktu itu tidur mengigau menghitung domba.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar