Klek!
Jae Eun menutup
pintu yang ada dibelakang punggungnya, ia sudah berada dikamarnya sendiri.
Berdiri terpaku, pandangannya kosong…kemudian berlari ke ranjang dan tengkurap
sambil bantal ditutupkan kekepala bagian belakang.
“Aaa…...!” Teriak
Jae Eun dengan muka dibenamkan keatas kasur, sehingga suaranya tidak kedengaran
dari luar. Kemudian ia membalikkan badannya, mencoba mengatur nafasnya.
Eoteokhe?? Apa yang aku lakukan? Jae Eun
mengoceh dalam hati sambil menyentuh bibirnya dengan ujung jarinya, terbayang
saat Kwang Min menciumnya dan ia hanya diam.
Babo! Babo! Babo! Jae Eun memukul-mukul
kepalanya dengan bantal.
“Ciuman
pertamakuuuu!!” Jae Eun berteriak, raut wajah Jae Eun seperti ingin menangis.
“Dasar! Orang
tidak sopan! Kenapa kau mencuri ciuman pertamaku?! Hah?!!” Jae Eun
memukul-mukul bantal dengan kedua kepalan tangannya seperti orang yang
bertanding tinju. “Apa yang akan ku katakan pada Oppa hah?! Jika aku bertemu
Oppa. Oppa mianhae!” ucap Jae Eun penuh penyesalan.
*****
Ingin tidak
peduli tapi tidak bisa, itulah Jae Eun. Jae Eun berjalan pelan-pelan dengan
membawa nampan yang berisi semangkuk bubur. Ia berjalan menuju ruang dapur
bagian depan, yang biasanya khusus digunakan untuk majikannya.
“O!
Anyeonghaseyo Jae Eun –si!” sapa Jeong Min dengan penuh semangat dan ceria.
“Ya!” Jae Eun
kaget melihat pria itu yang pagi-pagi begini sudah bertamu ke rumah orang.
“Anyeonghaseyo tuan Jeong Min.” Jae Eun meletakkan nampan yang ia bawa.
“Jae Eun –si,
apa itu? Buburkah?” Jeong Min bertanya sambil melongok melihat kearah nampa.
“Jae Eun
–ah..kemarin malam aku melihatmu menaiki tangga, sepertinya kearah kamar tuan
muda.” Cerita So Yoo pada Jae Eun, Jae Eun otomatis langsung kaget.
Kenapa So Yoo eonni tahu??? Batin Jae
Eun. “O! Ya.” Jae Eun tergagap saat menjawab.
“Noona, Kwang
Min memang sedang tidak enak badan, kemarin waktu aku menelponnya, bicaranya
seperti orang mengigau.” Jeong Min menjelaskan. “Biasanya bila sudah seperti
itu ia akan lama sembuh.” Jeong Min melanjutkan ceritanya, So Yoo mengangguk
membenarkan.
“Jae Eun
–ah..apakah kemarin malam kau mengecek keadaan tuan muda lagi? Dan kau tahu
tuan muda sakit, sehingga kau membuatkan bubur ini?” tanya So Yoo, Jae Eun
hanya balas dengan senyum. “Wa...daebak! Benar-benar baby sister..”
menggeleng-gelengkan kepala.
*****
Jae Eun berjalan
dengan membawa nampan yang berisi semangkuk bubur juga secangkir minuman
hangat. Dibelakang, Jeong Min dengan santai mengikuti langkah Jae Eun, sambil
sedikit berdendang. Jeong Min datang pagi-pagi karena ingin melihat keadaan
Kwang Min.
Jeong Min
membukakan pintu untuk Jae Eun, mereka berdua masuk ke kamar Kwang Min. Jae Eun
sedikit ragu dan takut karena harus membangunkan Kwang Min. Tapi saat mereka
berdua datang ternyata Kwang Min sudah bangun dan berusaha duduk bersandar.
“Kwang Min
–ah..bagaimana keadaanmu?” tanya Jeong Min yang sudah ada disamping Kwang Min.
Kwang Min hanya mengangguk, Jeong Min
menempelkan telapak tangannya kedahi Kwang Min.
“Wa! Kenapa dengan
panasmu?” kemudian Jeong Min melihat baskom kecil isi air juga handuk. Dengan
hanya melihat itu Jeong Min tahu siapa yang melakukkannya. Jeong Min sudah
duduk dengan tenang di seberang ranjang Kwang Min, tepat menghadap Kwang Min.
“Tuan, silahkan
makan dulu.” Jae Eun sudah duduk disamping menghadap Kwang Min. Jae Eun
menyuapkan bubur yang ia buat dengan hati-hati, baru beberapa suap Jeong Min
yang tenang mulai berbicara.
“Jae Eun
–ah..apa kau ingin Kwang Min cepat sembuh?” Jae Eun melihat Jeong Min dan
mengangguk, Kwang Min yang melihat Jae Eun mengangguk mengalihkan pandangannya
ke Jeong Min.
“Em…biasanya
dengan mentransfer panas tubuh itu bisa langsung sembuh.” Kata Jeong Min sambil
mengingat-ingat.
“Transfer?” Jae
Eun heran.
“Ya…jika kau
ingin baby-mu itu sembuh, kau harus menciumnya, supaya dia bisa mentransfer
panas tubuhnya…” Jeong Min menjelaskan dengan percaya diri dan tanpa dosa.
Mendengar itu Jae Eun kaget dan langsung tertunduk, Kwang Min dengan sedikit
kekuatan melemparkan bantal yang ada disampingnya pada Jeong Min.
“Hyung!” Kwang
Min emosi. Jae Eun masih tertunduk dan mengaduk-aduk bubur.
“Ya! Nega wae?”
Jeong Min tertawa. “Yah?! Kenapa muka kalian berdua merah? Hahahahaha” Jeong
Min tertawa lebih keras melihat Kwang Min dan Jae Eun yang menjadi canggung.
*****
“Yeoboseyo.”
Sekretaris Yoon mengangkat telepon, mendengarkan orang yang meneleponnya dengan
seksama.
“Ya. Baik. Saya mengerti”
jawab sekretaris Yoon mengakhiri percakapannya. Kemudian beranjak meninggalkan
ruang kerjanya.
*****
“Jae Eun
–ah..apa hari ini kau tidak membuat bekal lagi?” tanya So Yoo yang duduk
disamping Jae Eun, diruang dapur.
“Aku sendiri
belum tahu.”
“Sudah sekitar
satu minggu kau tidak membuat bekal. Tapi, Jae Eun –ah…” muka So Yoo sedikit
serius. “Setelah kalian pulang dari Jepang dan tuan muda telah sembuh dari
sakit, sikap tuan muda padamu juga berubah.”
“Ha? Benarkah?
Aku rasa, tuan muda sama saja seperti biasanya.”
“Hu…kau ini…aku
yang seperti ini saja bisa melihat perubahannya, tapi kau yang selalu
bersamanya tidak peka sama sekali.”
“Eonni, aku
memang tidak merasakan apapun..”
“Jae Eun.”
Panggil nyonya Kim.
“Anyeonghaseyo.”
Sapa So Yoo dan Jae Eun pada nyonya Kim.
“Ya, nyonya
Kim.”
“Kau nanti
berangkat ke kantor.” Nyonya Kim memberitahu.
“Apa yang harus
saya buat hari ini nyonya?”
“Eopsseo.”
*****
Jae Eun sudah
duduk tenang dikursinya, Kwang Min memesan menu makanan. Mereka berada di luar
kantor untuk makan siang.
“Tuan, kenapa
anda mengajak saya kesini?” Jae Eun penasaran.
“Karena aku
memang ingin makan disini. Wae? Apa kau tidak suka?”
“Ani. Bukan
begitu.”
“Apa kau
keenakan di rumah dan lupa tugasmu untuk mengurusku, hah?!”
So Yoo eonni bercanda…apanya yang berbeda?
Dia tetap tidak mengerti perasaan orang lain dan berkata seenak perutnya.
Batin Jae Eun.
Sesaat pelayan
datang membawa pesanan Kwang Min, daging iga sapi. Pelayan tersebut menyalakan
panggangan yang ada didepan mereka, sesaat kemudian meninggalkan mereka.
“Yah! Jae Eun
–ah..potong dagingnya..” suruh Kwang Min sambil menyodorkan gunting yang
disediakan khusus untuk memotong daging. Jae Eun memotong daging itu dan
meletakkannya diatas panggangan. Beberapa menit kemudian daging itu matang.
“Emm….masitta..galbinya
lezat.” ucap Jae Eun setelah mencicipi.
“Jae Eun –ah.”
Kwang Min menyodorkan bungkusan daun selada yang sudah diisi daging panggang.
Jae Eun menoleh kekanan dan kekiri.
“Tuan, apa yang
anda lakukan?” tanya Jae Eun pelan.
“Kenapa? Aku
tidak menyuruhmu untuk melakukan hal yang susah. Bukalah mulutmu.” Tangan Kwang
Min sudah ada didepan mulut Jae Eun. Jae Eun kemudian membuka mulutnya
menyambut suapan dari Kwang Min. Jae Eun merasa malu serta sungkan diperlakukan
seperti itu.
Rrrrrr….. Kwang
Min mengambil ponsel yang ada disaku celananya, kemudian menjawab telepon. Kwang
Min mendengar dengan seksama orang yang menelpon dirinya, terlihat serius.
bersambung...
haha lucu" eonni :p
BalasHapusmianhae bru spet bca :p :D :) :*
ga pa2 non sinta,,,,gomawo dah baca, pzt u sibuk liat serial yang u borong kemarin ya??? hahahaha
BalasHapusekspresine Jae Eun ckckck...
BalasHapusTerlucu adalah bagian transfer panas
wkwk......
keren kok isa kepikiran gitu ya .....daebak eonni!!!
mau tahu terinspirasi darimana???? q kasih bocorane...nieh...
BalasHapuskomik MAX LOVELY karya Erika Kurahashi
baca aja mb Christin Tina,,, hahaha, q baca berkali-kali g bosen. ada persewaan deket rumah, victori. hehe
post gambar jeong min & so yoo
BalasHapus20112015