Kamis, 27 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 9



Part 9

Jae Eun mengikuti Kwang Min dari belakang, dan petugas hotel membawakan barang-barang yang mereka bawa. Mereka sudah berhenti dibelakang pintu kamar, setelah dibuka mereka berdua masuk. Petugas itu menaruh barang yang mereka bawa dengan rapi serta menjelaskan sesuatu sedikit.

“Jika tuan dan nona ada sesuatu silahkan hubungi bagian receptionist segera. Semoga anda berdua nyaman menginap dihotel kami. Arigatogozaimashita. Saya permisi.” Begitulah petugas itu menjelaskan kemudian meninggalkan Kwang Min dan Jae Eun dikamar.

“Arigato.” Balas Kwang Min.

“Kau duduk dulu saja.” Kata Kwang Min pada Jae Eun. Jae Eun begitu menurut dan duduk pada sofa yang ada dikamar itu.

Sampai kapan aku harus disini?? Aku sudah mengantuk…. Jae Eun memandang sekeliling kamar, dilihatnya ada dua ranjang. Jae Eun  mulai menguap. Jae Eun mencoba menahan matanya supaya tetap terbuka, tapi apa daya dia menunggu tuannya memberikan kunci kamar untuknya. Jae Eun menyandarkan tubuhnya disofa mencoba untuk rileks. Tapi ternyata  malahan Jae Eun benar-benar tertidur.
 *****
 “Mwo?!!” Jae Eun terkejut, dengan penjelasan Kwang Min. “Mungkin aku belum bangun dari tidur…bagaimana kalau aku tidur lagi…” Jae Eun duduk gelisah dan mulai dalam posisi tidur lagi.

“Kau tidak bermimpi…apa perlu aku mencubitmu untuk membuktikannya, hah?”

“Sekretaris Yoon benar-benar…” Jae Eun gemas. “Kenapa sekretaris Yoon tidak memberitahu kalau kamar yang dibooking Cuma satu..”

“Aku sendiri juga tidak tahu. Sudah, kau tidak usah memusingkan hal itu, lagi pula ranjangnya juga ada dua. Sekarang kau Bantu aku menyiapkan bahan untuk besok.”

“Iya tuan.” Jae Eun beranjak dari tempatnya duduk.

“Yah! Sebaiknya kau mandi dulu sana.” Kwang Min memerintah.

“Hah??!” Jae Eun kembali terkejut. “Saya tuan?”

“Memang siapa? Apa kau tidak mencium bau tubuhmu?” Kwang Min berkata dengan cuek sambil membuka laptop diatas meja. Jae Eun kemudian mencium bajunya sendiri.
 *****
 Kwang Min telah menyelesaikan bahan untuk besok, karena dia akan bertemu dengan calon mitra bisnis. Jae Eun membantu mengemasi barang-barang yang akan dipakai untuk besok.

”Ah….” Meregangkan otot tangannya keatas. “Akhirnya bisa selesai,,”

“Apakah besok saya harus menemani tuan?” tanya Jae Eun sembari membereskan map-map dan buku-buku.

“Ku rasa tidak perlu. Lagi pula penjelasan yang diberikan sekretaris Yoon melalui dirimu sudah cukup aku mengerti, semoga saja orang itu tidak mempersulit lagi.” Mata Kwang Min menerawang jauh. “Ah…” Kwang Min berdiri dari tempat duduk “Aku mau ganti baju dan istirahat.”

“Hah?!!” Jae Eun yang telah selesai membereskan terkejut.

“Kenapa dengan mu?” Kwang Min menoleh. Jae Eun hanya tersenyum kaku. “Oya, kau tidak punya kebiasaan tidur sambil berjalankan?”

“Em...sepertinya saya tidak pernah mengalami hal itu tuan sampai sekarang..” jawab Jae Eun polos sambil mengingat-ingat.

“Joa. Brarti tidak ada alasan untuk mu pindah ke ranjangku.” Kwang Min dengan percaya diri menjelaskan.

Hah?? Memang siapa yang akan pindah ke ranjang mu? Kenapa kau percaya diri sekali… Jae Eun tersenyum kecut.
 *****
 Jae Eun mencoba memejamkan matanya, ia sudah berbaring ditempat tidurnya. Terkadang ia juga menoleh ke samping dimana Kwang Min tidur, dan hanya bisa melihat punggung Kwang Min.

Kenapa mata ini tidak bisa terpejam..??? Apa yang harus ku lakukan? Seharusnya, yang harus bilang jangan pindah ke ranjangku itu aku, bukan kau. Seenaknya saja memeluk orang, tidak sopan. Kalau oppa mengetahui hal ini pasti dia akan kecewa padaku.  Jae Eun menggerutu dan mengeluh sendiri dalam hati.
Jae Eun berada di padang rumput, dan disana banyak kawanan domba dengan bulu putih bersih. Jae Eun membawa kaleng berisi cat dan kuas. Jae Eun menghitung domba itu satu persatu dengan menandainya dengan cat.
“Satu domba…dua domba…tiga domba…dua puluh domba…empat puluh lima domba…” Wah…ternyata dombanya sangat banyak.
 *****
 Kwang Min sedikit kesal karena teman yang tidur diranjang sebelah tidak bangun-bangun.  Padahal Kwang Min sudah melakukan senam kecil-kecilan diserambi sebelah kamarnya. Kwang Min hanya bisa mondar-mandir didepan ranjang Jae Eun. Terlihat Kwang Min menghela napas, dengan kakinya ia menggoyang-goyang ranjang Jae Eun.

“Mungkin dia keturunan kerbau.” Kata Kwang Min sambil kedua tangannya memegang pinggang. Kwang Min mencoba untuk membuka selimut yang menyelubungi Jae Eun. Pelan-pelan ia mengangkat selimut yang menyelubungi Jae Eun.
“Ha???!” Kwang Min heran. “Apa ini? Kemana dia?” Ternyata Jae Eun tidak ada diranjangnya.

“Ohayo….” Sapa Jae Eun yang tiba-tiba muncul dari belakang dan membuat Kwang Min sedikit melonjak karena terkejut. “O…ada apa tuan?” Jae Eun bertanya dengan tak berdosa.
Kwang Min tak menanggapi karena kesal dan terkejut, ia langsung duduk disofa.

“Ini tuan, saya bawakan kopi untuk tuan.” Menaruh secangkir kopi panas dimeja. “Atau jika tuan tidak suka ini ada juga teh.” Ucap Jae Eun sambil tersenyum.

“Yah! Jae Eun, darimana saja kau?” Kwang Min bertanya dengan sedikit kesal.

“Tadi saya bangun tapi tuan belum, saya ingin berpamitan pada tuan, tapi takut menganggu tidur anda.”

“Huff….” Kwang Min menghela nafas kemudian meraih secangkir kopi yang disediakan Jae Eun.
 *****
 Jae Eun menemani tuannya pergi ke tempat pertemuan  perjalanan kira-kira dari hotel sekitar sepuluh sampai lima belas menit. Pertemuan yang diadakan hampir dekat dengan Oishi Park, disekitar danau Kawaguchi.

“Saya akan menunggu disekitar sini tuan. Jika tuan telah selesai anda bisa menghubungi saya.” Ucap Jae Eun ketika mereka sampai didepan restoran untuk mengadakan pertemuan. Kwang Min hanya mengangguk, dan mulai berjalan masuk. “Oya tuan.” Langkah Kwang Min terhenti dan ia menoleh pada Jae Eun. “Semangat!” Jae Eun mengangkat tangannya membentuk kepalan dan tak lupa dengan senyuman yang cerah. Kwang Min membalasnya dengan senyuman yang sedikit dan cool, terlihat tulus.
 *****
 Jae Eun berjalan-jalan disekitar daerah itu, Jae Eun bisa sedikit berbahasa Jepang. Sudah hampir tiga jam Jae Eun menunggu tuannya untuk mengadakan pertemuan. Perjalanan Jae Eun pun juga sudah sedikit jauh dari restoran. Jae Eun bersantai didaerah taman dengan pohon-pohon yang sangat rindang dan sejuk. Jae Eun mencoba merilekskan diri dan memakan takoyaki yang telah ia beli.
Tapi sayup-sayup Jae Eun mendengar sesuatu, ia mencoba mendengarnya dengan seksama. Walau sedikit merinding tapi rasa penasaran Jae Eun mengalahkan merindingnya, lagi pula jam masih menunjukan pukul tiga sore. Jae Eun berusaha mendekat ke arah sumber suara. Dan semakin dekat dari asal suara dan semakin jelas.

“O! Adik kecil, kau tidak apa-apa?” tanya Jae Eun tentunya juga menggunakan bahasa Jepang, pandangan Jae Eun mengarah keatas pohon.

“Hiks hiks hiks…aku takut…” jawab anak kecil itu sambil menangis. Ternyata suara itu berasal dari anak kecil yang berada diatas pohon.

“Jangan menangis, kakak akan menurunkanmu.” Jae Eun mencoba menenangkan. Jae Eun segera memanjat pohon itu segera menolong anak kecil itu. Setelah beberapa saat Jae Eun bisa menurunkan anak kecil itu.
 *****
 Jae Eun yang memang baik hati mengantarkan anak kecil itu menuju tempat yang dimaksud anak kecil itu. Jae Eun mengandeng tangan anak kecil itu yang sedang memakan takoyaki yang Jae Eun beli untuknya dengan tangan yang lain.

“Kotomi!” teriak seorang wanita, yang dengan segera berlari kearah Jae Eun. “Kotomi, kau kemana saja? Ibu mencarimu kemana-mana.” Wanita itu memeluk anak kecil itu dengan bahagia.

“Ibu….” Kotomi, ternyata nama anak perempuan itu. “Onee -san ini yang menolongku dan membawaku pulang.” Kotomi menjelaskan pada ibunya.

“Domo arigatogozaimashita. Anda telah menolong Kotomi. Apa yang bisa kami balas untuk mu nona?” tanya ibu Kotomi.

“Tidak. Saya tidak perlu apa-apa nyonya.” Jae Eun berjongkok didepan Kotomi. “Kotomi, berjanji pada kakak, Kotomi tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat ibu sedih ya..?”

“Ya, onee -san. Kotomi janji.” Kotomi tersenyum gembira dan memeluk Jae Eun. Setelah mengucapkan terima kasih lagi ibu dan Kotomi masuk ke dalam restoran, restoran yang sama dimana tuannya mengadakan pertemuan.
 *****
 Kwang Min keluar restoran dengan wajah yang tak menyenangkan. Jae Eun tidak bertanya apapun pada majikannya hingga tiba di hotel. Pulang dari pertemuan sampai di kamar hotel, Kwang Min duduk disofa dengan lembar-lembar laporan yang ia teliti, bahkan ia lupa untuk mengganti baju.

“Tuan, lebih baik anda mengganti pakaian anda lebih dulu.” Terkadang Jae Eun mengingatkan. Tapi tetap saja Kwang Min kembali lagi duduk untuk meneliti laporan setelah berganti pakaian. Jae Eun hanya diam memperhatikan tuannya. Hingga tiba-tiba Jae Eun menutup paksa laporan yang diteliti Kwang Min.

“Tuan, sekarang anda harus  ganti mengurus diri anda.” Ekspresi Kwang Min terlihat kurang senang, tapi ia juga merasa lelah dan akhirnya menuruti Jae Eun untuk makan malam.
 *****
 Kwang Min sudah selesai dengan makan malamnya, ia menunggu Jae Eun yang tak kembali dari toilet. Akhirnya Kwang Min memutuskan untuk kembali ke kamar lebih dulu.

“Onii – san!” seseorang memegang lengan baju Kwang Min, ia menoleh dan ternyata seorang anak perempuan kecil.

“Nani? Do shita no?” tanya Kwang Min lembut dan sudah berjongkok didepan anak itu.

“Kotomi lihat onii –san dan kakak cantik yang menolongku tadi bersama-sama. Aku hanya ingin mengembalikan ini pada kakak cantik.” Kotomi memberikan Sesuatu ditangan Kwang Min.
“Tolong berikan ini pada kakak cantik pacar onii –san. Arigatogozaimashita.” Kemudian Kotomi berlari kecil menuju kearah ibunya yang menunggunya tak jauh, sang ibu menyapa Kwang Min dengan senyum hangat.
Kwang Min membuka telapak tangannya, dilihatnya benda yang diberikan Kotomi padanya. Mata Kwang Min terbelalak lebar melihat benda.

bersambung...

Selasa, 25 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 8



Part 8

Tapi belum sempat ia mengejar Jae Eun, sudah datang beberapa orang teman menyapa dan Kwang Min tidak kuasa mencegah.
Jae Eun berjalan keluar dari ruang pesta. Baru beberapa saat Kwang Min mulai bisa mengejar Jae Eun.

“Kwang Min – ah! Yah! Kwang Min!” teriak Jeong Min yang melihat Kwang Min berlari keluar dari ruang pesta. “Kenapa dengan dia?” Jeong Min baru saja datang ke pesta itu.

“A… Dong Hyun sunbae.” Sapa Jeong Min.

“Jeong Min – si. Dimana pasanganmu?” tanya Dong Hyun.

“Aku seharusnya menemukannya disini sunbae, karena pasanganku tak akan lari dariku. Hahaha.” Jeong Min gombal banget…
 *****
 Kwang Min mulai lelah mencari kemana Jae Eun pergi.

“Kemana dia?” Kwang Min mulai berjalan perlahan dan tetap focus pada pandangannya, kemudian ia melihat sesosok yang ia kenal duduk dibangku taman. Kwang Min berjalan mendekat pada sosok yang sedang duduk itu.

“Kau akan sakit jika disini.” Kwang Min memakaikan jasnya pada orang yang duduk, dan orang itu tidak menanggapi. Kwang Min duduk disebelah orang itu yang ternyata benar Jae Eun. “Apa benar kau ingin sakit?”

“Apa peduli anda dengan wanita centil dan tidak bisa mengendalikan diri seperti saya?” masih dengan nada kesal.

“Kenapa tidak kita lupakan saja kejadian tadi?”

“Hah..benar-benar. Bukan itu yang seharusnya anda katakana sekarang.” Jae Eun menatap kesal, kemudian beranjak meninggalkan Kwang  Min.

“Yah! Yah! Kau mau kemana?” Jae Eun tetap saja berjalan walau mendengar pertanyaan Kwang Min. “Yah! Bisakah kau berhenti?!” Kwang Min menyusul dibelakang, Kwang Min meraih tangan Jae Eun mecoba menghentikan langkah Jae Eun. Jae Eun menepis dan tetap berjalan. “Jae Eun – si!!” langkah Jae Eun kemudian terhenti dan berbalik menghadap Kwang Min.

“Anda tetap tidak bisa menghargai orang lain. Anda tidak akan pernah bisa berubah.” Jae Eun kemudian melanjutkan langkahnya. Dan tiba-tiba, tubuhnya sudah didekap Kwang Min dari belakang. “We?! Tuan, apa yang tuan lakukan.” Jae Eun ingin melepaskan, tapi ditahan oleh Kwang  Min.

“Mian.” Kwang Min berbisik ditelinga Jae Eun, yang membuat air mata Jae Eun menetes. “Maaf, maafkan aku Jae Eun – si. Aku sedang tidak mengerti dengan pikiranku.” Kwang Min sudah melonggarkan pelukannya, dan Jae Eun berbalik kearah Kwang Min.

“Anda benar-benar sulit meminta maaf, anda juga harus mengerti perasaan orang lain.” Mereka saling berpandangan. “Saya juga meminta maaf karena saya tidak sopan pada anda, setidaknya anda sekarang belajar untuk memanggil nama saya.”

“Yah! Jae Eun – si. Aku tidak ingi kau…cen…” Kwang Min menghentikan ucapannya. “Maksudku, Dong Hyun sunbae itu playboy, bagaimana kalau kau dipermainkan olehnya?. Jadi kau jangan dekat-dekat dengan dia.”

“Asal anda tahu saja, Dong Hyun oppa sudah mengenal saya sejak masih kecil, dan kita selalu bermain bersama, jadi anda tidak usah khawatir dengan hal itu.” Jae Eun tersenyum mengejek dan puas karena Kwang Min merasa bersalah.

“Mwo??!”
 *****
 “Kemana kalian semalam?” tanya So Yoo sambil memakan buah jeruk.

“Ke pesta.” Jae Eun menjawab sambil membereskan bekal makan siang.

“Apa yang dikatakannya padamu?”

“Hal yang membuatku kesal.”

“Hei?!” So Yoo terlihat bingung. “Trus…apa yang dilakukannya padamu malam itu?” So Yoo ingin tahu lebih.

“Membuatku menangis.”

“Hah? Dia berbuat begitu sampai membuatmu menangis?” So Yoo membayangkan sesuatu hal yang lebih. “Dia menarik tanganmu dengan paksa..lalu dia memepetmu mencoba…” So Yoo, khayalan tingkat tinggi.

“Eonni, apa yang kau pikirkan hah?” melemparkan kulit jeruk pada So Yoo.

“Bagaimana cara dia membuatmu berhenti menangis?” So Yoo masih focus dengan jeruknya. Jae Eun jadi teringat kejadian semalam dimana Kwang Min memeluknya dari belakang dan meminta maaf. So Yoo memperhatikan Jae Eun yang malah melamun dan tidak menjawab petanyaannya. “Yah! Jae Eun-ah, mengapa kau melamun?” Jae Eun hanya tersenyum pada So Yoo.
 *****
 “Anyeonghaseyo Sekretaris Yoon.” Sapa Jae Eun.

“Jae Eun, kebetulan kau datang, aku ingin minta tolong padamu.” Sekretaris Yoon terlihat tergesa-gesa.

“Ya.” Jae Eun memperhatikan dengan seksama.
 *****
 “Ini pertemuan penting kenapa sekretaris Yoon pergi begitu saja.”

“Sekretaris Yoon sedang mengurus sesuatu dikeluarganya, tuan. Saya akan Bantu anda untuk menjelaskannya sebelum anda berangkat.”

Mereka berdua berjalan terburu-buru di area bandara. Jae Eun menunggu Kwang Min untuk pengecekan tiket pesawatnya. Setelah selesai Kwang Min datang menghampiri Jae Eun yang duduk menunggunya. Tak lama supir Kwang Min datang membawa koper dan tas kecil.

“Ini bukan tas milikku.” Kata Kwang Min pada supir tersebut.

“Ya. Benar tuan, ini memang bukan milik anda, tapi ini milik Jae Eun.” Jawab supir itu.

“Ha?!!” otomatis Kwang Min dan Jae Eun kaget bersamaan.

“Kenapa denganku?” tanya Jae Eun tak mengerti.

“Ini perintah dari kepala pelayan Kim, Jae Eun harus menemani anda dalam perjalanan kali ini. Lagi pula sekretaris Yoon tadi sudah memberi pengarahan pada Jae Eun. Ini tiket dan paspor mu Jae Eun.” Supir itu menyerahkan kedua barang itu pada Jae Eun yang masih terbengong-bengong, dan menerimanya. “Kalau begitu saya pamit dulu. Permisi.”

Kwang Min memandang Jae Eun dengan penuh tanya. Jae Eun yang dipandang begitu hanya menggelengkan kepala.
 *****
 Beberapa jam kemudian mereka sudah berada di bandara Haneda, Jepang.. Kwang Min berada disuatu sisi mencoba menghubungi seseorang.

“Ah…! Kenapa tidak bisa.” Kwang Min mulai kesal.

“Apa tidak tersambung?” tanya Jae Eun.

“Tidak diangkat.” Mendengar itu Jae Eun menghela napas berat. Tiba-tiba ada seseorang yang mendatangi mereka.

“Kon’niciwa.” Sapa orang itu.

“Kon’niciwa.” Balas Kwang Min.

“Mr. Jo, kami menjemput anda. Silahkan ikut kami.” Kata orang itu, tentunya dalam bahasa Jepang.
 *****
 Perjalanan yang mereka tempuh lumayan, sekitar hampir dua jam lebih lamanya. Untung saja mobil yang mereka naiki begitu nyaman, karena yang dijemput bukan orang sembarangan. Mobil itu melaju menuju ke daerah hampir dekat pegunungan, tepatnya terletak dibawah kaki gunung Fuji. Pemandangannya pun masih sangat asri dan hawanya juga sejuk.
Jae Eun begitu terpesona melihat pemandangan yang ada didepannya. Ia tak henti-hentinya melihat kearah luar jendela. Mobil itu memasuki kawasan hotel dengan gaya tradisional Jepang, dan kemudian berhenti. Kwang Min dan Jae Eun turun dari mobil, kemudian Kwang Min melakukan reservasi direceptionis.

“Kon’niciwa. Ada yang bisa kami Bantu tuan?”

“Konfirmasi untuk kamar yang sudah dipesan atas nama tuan Yoon dari Korea.” Ucap Kwang Min pada petugas receptionis.

“Baik. Kami akan mengeceknya terlebih dahulu, mohon ditunggu sebentar.” Setelah beberapa menit. “Terima kasih anda telah menunggu tuan. Ini kunci kamar anda.” Petugas itu memberikan kunci kamar pada Kwang Min.

“Kenapa hanya satu kunci yang anda berikan, bukankah seharusnya dua?” Kwang Min terlihat heran.
  
“Memang awalnya dua tapi kemarin yang satu dibatalkan.” Petugas itu menjelaskan kepada Kwang Min dengan ramah penuh senyum. Kwang Min menoleh pada Jae Eun yang duduk menunggunya agak jauh


bersambung....

Minggu, 23 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 7



Part 7

Blukk!!
Sesuatu jatuh diatas meja kerja Kwang Min, selembar undangan.

“Undangan?” Kwang Min mengambilnya “dari siapa hyung?” sambil membolak-balik undangan.

“Kenapa kau tidak buka saja?” Jeong Min sudah duduk disofa. “Yah. Kwang Min-ah, dimana baby sistermu?” Jeong Min bertanya dengan cuek.

“Ada apa hyung mencarinya?” Kwang Min membaca isi undangan.

“Jangan cemburu begitu …hehehe” Jeong Min tertawa kecil. “Baca isi undangan dengan teliti.”

“Kenapa?” Kwang Min mulai mencari dengan teliti. “Hah?! Couple?!” Kwang Min terkejut. “Undangan macam apa ini hyung?”

“Jangan bertanya padaku.” Jeong Min menghampiri Kwang Min kemudian menyambar undangan yang ada ditangan Kwang Min. “Kwang Min-ah,,,maka dari itu aku mencari baby sistermu…” Jeong Min mengedipkan sebelah matanya pada Kwang Min.

“Hyung???” Kwang Min bertanya heran dan tahu maksud dari Jeong Min.
 *****
 Kwang Min terus memperhatikan Jae Eun yang saat itu sedang membereskan ruang kerja, dengan berkedok membaca buku. Sekali-kali Kwang Min juga menoleh pada jam yang menempel didinding ruang kerja.

“Yah! Ini masih sedikit kotor.” Teriak Kwang Min sambil menunjuk lantai dengan asal.

“Ya tuan.” Jae Eun kemudian mendatangi lantai yang ditunjuk Kwang Min, segera dibersihkannya, walau memang sebenarnya sudah bersih.

“Kau mau kemana?” tanya Kwang Min yang saat itu melihat Jae Eun akan beranjak pergi.

“Apakah ada yang belum bersih lagi tuan?” Jae Eun mulai merasa kesal. Kwang Min menunjuk Jae Eun, Jae Eun pun merasa aneh ditunjuk begitu.

“Saya???” Jae Eun melongo.

“Cepatlah ganti bajumu, kita akan keluar.” Ucap Kwang Min dengan cuek.
 *****
 Kwang Min mulai melajukan mobilnya, Jae Eun yang ada disampingnya juga diam saja. Jae Eun sedikit aneh, karena biasanya majikannya itu pergi dengan sekretaris Yoon. Tapi ini hanya mereka berdua ditambah lagi ini malam minggu. Kwang Min mulai memarkirkan mobilnya didepan sebuah toko.

“Ayo!” ajak Kwang Min yang kemudian keluar dari mobil disusul Jae Eun. Mereka masuk ke toko itu, yang ternyata sebuah boutique. Saat Kwang Min masuk, staf disana segera bergegas menyambutnya dan melayani dengan baik.

“O… Tuan Jo, apa kabar?” sapa salah satu pekerja yang ada ditoko itu. “Ada yang bisa saya Bantu?”

“James, aku akan pergi ke pesta. Tolong berikan sesuatu yang bagus.” Kwang Min memberitahu. “Juga untuk dia.” Kwang Min mengisyaratkan pada James, mata James tertuju pada Jae Eun yang saat itu sedang memilih-milih setelan untuk tuannya.

“Apakah tuan akan ke pesta? Ini mungkin akan cocok untuk tuan.” Jae Eun menghampiri dengan membawakan dua setel jas untuk Kwang Min. Kwang Min langsung menoleh pada James dengan nada bertanya, walau tanpa sepatah katapun, James yang tahu isyarat itu hanya tersenyum.

“Mungkin anda harus mencoba setelan itu tuan.” James secara tidak langsung memberitahu bahwa setelan yang dibawakan Jae Eun memang pas untuk Kwang Min.

“Oke.” Kwang Min mengambil kemudian mencobanya. Akhirnya dipilih salah satu dari setelan yang telah dicoba.

“Itu memang pas untuk tuan. Teman anda pintar memilih.” Pujian James ditujukan pada Jae Eun, yang saat itu James melihat setelan yang dikenakan Kwang Min.

“Mari nona, silahkan kesini.” Staf lain mengajak Jae Eun ke sisi lain boutique itu dan Jae Eun dengan santai mengikutinya.

Setelah beberapa saat, Jae Eun mulai benar-benar tak mengerti dengan staf yang ada disana, karena Jae Eun disuruh mencoba beberapa gaun.

“Maaf. Kenapa aku disuruh mencoba gaun-gaun ini?” tanyanya pada salah seorang staf.

“Bukankah anda akan ke pesta dengan tuan Jo?”

“Hah???!” Jae Eun terkejut.
 *****
 Jae Eun berjalan pelan-pelan menuruni anak tangga, dia sudah berubah. Kwang Min sedang menunggunya dibawah.

“Ah..teman anda sudah siap tuan.” James memberitahukan kedatangan Jae Eun. Kwang Min kemudian mengarahkan pandangannya pada Jae Eun yang saat itu menuruni anak tangga. Jae Eun dibalut gaun berwarna soft panjang diatas lutut, dengan rambut diurai dan dihiasi pita penjepit disisi kiri atas telingannya. Make up natural menghias wajah Jae Eun, juga sepatu indah menghiasi kakinya kira-kira lima centi tingginya.
Jae Eun sudah berada dibawah dan mulai berjalan menghampiri Kwang Min yang sudah menunggunya. Kwang Min spontan langsung berdiri dari tempat duduknya, dengan ekspresi terpesona pada Jae Eun. Jae Eun dengan canggung tersenyum pada Kwang Min.

“Anda cantik nona.” James memuji Jae Eun. Kwang Min berdehem.

“Kalau begitu kita berangkat James.” Kwang Min berpamitan.

“Baik tuan. Silahkan. Hati-hati dijalan. Jangan sampai anda melepas nona itu.” James berbisik pada Kwang Min, Kwang Min menyikut James.
 *****
 Didalam mobil mereka hanya diam saja, Kwang Min melalui kaca spion depan mencoba memperhatikan Jae Eun.

“Kenapa anda tidak bilang kalau akan mengajak saya ke pesta?” Jae Eun memecah suasana.

“Ini mendadak.” Jawab Kwang Min asal.

“Anda seharusnya bertanya dulu tuan, apakah saya bisa atau tidak.”

“Kenapa aku harus bertanya? Bukankah kau pengurusku?”

“Saya sudah ada janji tuan…” Jae Eun sedikit kesal “Anda seharusnya tidak begini…”

“Kenapa aku tidak boleh?!” Kwang Min menoleh ke arah Jae Eun dan keduanya saling bertatap mata, dengan cepat Kwang Min mengalihkan pandangannya kedepan kembali. “Apakah janjimu itu lebih penting daripada aku? Hah?”

“Apa maksud anda? Lebih penting daripada anda?” Jae Eun bertanya tak mengerti, Kwang Min merasa konyol dengan pertanyaan yang baru saja dikeluarkannya.

“Bukankah kau itu pengurusku? Kau kan bertanggung jawab atas diriku.” Kwang Min berspekulasi. “Sebenarnya dengan siapa kau janjian hah?!”

“Dengan So Yoo eonni. Kita janjian akan ke toko buku. Tapi kalau begini pasti So Yoo eonni akan mencariku karena aku belum berpamitan.” Jae Eun menjelaskan, Kwang Min tersenyum kecil karena merasa lega.
 *****
 “So Yoo…”

“Nyonya Kim.”

“Sedang apa kau disini?”

“Aku menunggu Jae Eun, karena kita berdua sudah janji akan ke toko buku bersama, tapi sampai saat ini Jae Eun tidak muncul juga.”

“O…Jae Eun. So Yoo, Jae Eun sedang mengurus tuan muda. Jadi kau jangan menyalahkan Jae Eun karena dia tidak muncul.”

“Oya nyonya Kim? Tidak biasanya Jae Eun tidak berpamitan.” So Yoo sedikit kecewa.

“Baru saja tuan muda memintaku untuk memberitahumu bahwa Jae Eun masih bersamanya.”

“Hah?? Tuan muda sendiri yang memberitahu nyonya Kim?!” So Yoo heran.

“Iya. Karena ponsel Jae Eun tertinggal.” Nyonya Kim tersenyum pada So Yoo.
 *****
 Sekitar setengah jam lamanya perjalanan Kwang Min dan Jae Eun, mereka tiba di hotel tempat pesta berlangsung. Karyawan hotel langsung memarkirkan mobil Kwang Min. Mereka berdua berjalan menuju ruangan tempat pesta berlangsung.
Tamu yang datang lumayan banyak, standing party, saat masuk ruangan Kwang Min sudah menyapa beberapa tamu yang ada disana. Jae Eun hanya bisa tersenyum dan menyapa saja disamping Kwang Min, Jae Eun juga hanya bisa menunggu disamping Kwang Min, saat Kwang Min berbicara dengan tamu lain. Jae Eun hanya tertunduk dengan ekspresi agak bosan karena tidak ada satupun yang ia kenal, kecuali majikannya itu.

“Bunny!!” sapa seseorang, Jae Eun kemudian menoleh kearah orang itu.

“O!! Oppa?” Jae Eun tersenyum lega dan gembira. “Apa yang oppa lakukan disini?”

“Seharusnya aku yang tanya padamu, kenapa kau bisa disini?” mereka berdua tertawa. “Kau sangat cantik Jae Eun..” puji laki-laki itu.

“Gamsahamnida…” Jae Eun tersenyum malu.

“Kau bersama siapa Jae Eun?”

“Jae Eun-ah..” Jae Eun langsung menoleh kearah suara, kemudian wajahnya berubah karena ia merasa sungkan.

“Ya..” jawab Jae Eun agak tergagap.

“O,, Kwang Min –si, kau bersama dengan Jae Eun?”

“Ya, Dong Hyun sunbae. Jae Eun adalah pasanganku.”

“Wa….seharusnya kau jadi pasanganku Jae Eun. Ckckckck.” Menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jae Eun-ah,,,sinja yeppeo…” Dong Hyun masih saja memuji Jae Eun, dan tidak menghiraukan Kwang Min yang ada disamping Jae Eun.

“Sunbae, maaf kami permisi dulu.” Kwang Min menarik tangan Jae Eun dan menuju tempat lain.

“Oppa, permisi.” Pamit Jae Eun.

“Yah! Odi ga?” Dong Hyun ingin mencegah mereka pergi, maksudnya Jae Eun, tapi ia sudah disapa oleh tamu yang lain.

Kwang Min sangat kencang memegang tangan Jae Eun, Jae Eun sedikit kesakitan dan mencoba menepis setelah mereka berada jauh dari kerumunan.

“Yah! Seharusnya kau tidak centil.” Ucap Kwang Min setelah melepas tangan Jae Eun, Jae Eun mengelus tangannya mencoba menghilangkan rasa sakit.

“Mwo?” Jae Eun terkejut dengan ucapan Kwang Min. “Apa anda tidak lihat kalau Dong Hyun oppa yang menyapa saya lebih dulu?”

“Tapi kau tidak usah begitu…” Kwang Min kehilangan kata-kata. “Seharusnya kau bisa mengendalikan dirimu.”

“Tuan, sebenarnya ada apa dengan tuan, hah?” mata Jae Eun mulai berkaca-kaca. “Siapa yang membuat saya berdandan seperti ini? Dan sekarang anda menyebut saya centil dan anda menasehatiku untuk mengendalikan diri?.” Air mata Jae Eun menetes, tapi Kwang Min hanya terpaku melihat Jae Eun. “Benar-benar.” Jae Eun kesal kemudian berbalik berlari meninggalkan Kwang Min, keluar dari ruang pesta.

bersambung...

Kamis, 13 Februari 2014

(ori) MY BABY SISTER part 6



Part 6

“Kalian melihat Jae Eun?” tanya nyonya Kim pada semua pembantu diruangan itu.

“Jae Eun juga ikut mencari tuan muda nyonya, tapi saya tidak tahu ke arah mana Jae Eun pergi.” Jawab seorang pembantu.

“Baik kalau begitu.”
 *****
 Kwang Min sudah berada di kamarnya dan berbaring diatas tempat tidurnya, memandang langit-langit. Dan mengingat lagi kejadian dirumah gudang.

“Apa yang kau inginkan?”

“Saya tidak berharap banyak dari tuan. Saya hanya ingin anda menghargai saya sebagai pengurus anda. Jangan mencoba membuat saya meninggalkan pekerjaan ini, karena saya ingin menyelesaikannya dengan baik untuk orang yang saya sayangi.”

Kwang Min teringat kata-kata Jae Eun saat ia ditemukan. Perasaan Kwang Min menjadi aneh mengingat yang diucapkan Jae Eun. Ternyata selama ini Jae Eun mengetahui niatnya untuk membuat Jae Eun menyerah. Kwang Min tak menyangka bahwa Jae Eun dengan berani mengungkapkannya secara langsung.
 *****
 “Jae Eun, apakah kau bisa membuatkan makan siang?” tanya kepala pelayan Kim.

“Apa yang bisa aku buatkan nyonya Kim?”

“Apa saja yang bisa kau buat.”
 *****
 Jae Eun berjalan menuju receptionist, tapi sesaat ia akan sampai ia melihat sekretaris Yoon.

“Sekretaris Yoon!” panggil Jae Eun, sekretaris Yoon menoleh.

“Jae Eun, ada apa?”

“Nyonya Kim menyuruhku untuk ini.” Jae Eun menunjukan sesuatu yang ia bawa.

“O…aku akan mengantarmu.”
 *****
 Jae Eun mulai membuka apa yang ia bawa dengan baik.dan hati-hati supaya tidak tumpah, juga menatanya dengan rapi.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“O…saya disuruh nyonya Kim membuat makan siang. Ternyata saya disuruh mengantarnya ke sini.”

Kwang Min melihat bekal yang sudah ditata rapi diatas meja. Jae Eun berusaha melihat ekpresi tuan muda, apakah ia menyukainya atau tidak.

“Ini yang kau buat?”

“Nyoya Kim tidak memintaku untuk membuat sesuatu yang sulit, ini yang saya bisa tuan.” Jae Eun terdiam sejenak “Apa tuan mau mencobanya? Ini sudah hampir lewat jam makan siang.”

“Mungkin aku akan mencobanya nanti.” Jawab Kwang Min kemudian kembali menuju meja kerjanya. Jae Eun sedikit kesal karena usahanya tidak dihargai. Jae Eun akan beranjak pergi meninggalkan ruang kerja Kwang Min, tapi diurungkan dan berbalik lagi.

“Bukankah anda sudah sepakat waktu kita ada rumah gudang tuan?” Jae Eun mengingatkan, Kwang Min mengarahkan pandangannya pada Jae Eun yang sudah berdiri disampingnya.

“Aku banyak pekerjaan.” Jawab Kwang Min dingin.

“Walau begitu tuan juga harus memikirkan diri anda juga bukan hanya pekerjaan, sekarang aaa……” Jae Eun menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi juga sayur yang ia buat. Kwang Min terkejut dengan tindakan Jae Eun.

“Aku bukan anak kecil.”

“Saya tahu tuan. Tapi dengan begini anda juga masih bisa melanjutkan pekerjaan tuan. Tuan juga harus membantuku, jika tidak saya akan….” Ada nada ancaman dari Jae Eun.

“A…a…!! Aku tahu.”

“Jadi bukalah mulut tuan, dan tuan masih bisa mengerjakan pekerjaan tuan.”

Walau sedikit terpaksa, Kwang Min pun membuka mulutnya. Jae Eun segera menyuapinya, sambil tuannya masih melanjutkan pekerjaan yang ia kerjakan. Jae Eun pun terkadang mengingatkan Kwang Min untuk tidak lupa mengunyah makanan. Beberapa menit kemudian Jae Eun selesai mengurus tuannya.

“Selesai.” Ucap Jae Eun gembira setelah menyuapkan sendok nasi terakhir. “Terima kasih atas kerja sama tuan.” Jae Eun tersenyum kepada Kwang Min. Jae Eun mulai berbenah-benah dan beranjak pulang ke rumah.

“Oya, jika tuan ingin makan sesuatu, saya akan buatkan untuk tuan. Saya permisi dulu.” Jae Eun berpamitan, ada sedikit senyum dari bibir Kwang Min.
 *****
  “Tadi tuan muda makan dengan baik nyonya Kim.” Sekretaris Yoon bercerita pada nyonya Kim.

“Benarkah? Sampai saat ini aku belum bertemu dengan Jae Eun.”

“Jae Eun mengurus tuan muda dengan sangat baik.” Mereka berdua tersenyum. “Aku tidak menyangka Jae Eun bisa melakukannya. Apakah Jae Eun punya mantra khusus?”

“Sekretaris Yoon…kau ini, Jae Eun punya ketulusan & kegigihan. Kita akan lihat apa lagi yang akan dilakukan Jae Eun.”

“Aku juga menunggu hal itu nyonya Kim.”
 *****
 Satu minggu berlalu dan setiap makan siang Jae Eun akan berangkat menuju kantor dimana Kwang Min bekerja, untuk mengurus majikannya tersebut. Mereka sudah terbiasa berdua didalam ruang kerja bersama-sama. Jae Eun juga terkadang memperhatikan pekerjaan tuannya, terkadang selesai mengurus Kwang Min, Jae Eun juga membantu membereskan dan menyiapkan bahan-bahan untuk dikerjakan selanjutnya.

“Kwang Min-ie….!!” Teriak seseorang yang masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Kwang Min, saat itu Jae Eun juga sedang menyuapkan nasi pada Kwang Min, mereka terkejut. Terlebih lagi orang yang berteriak tersebut.
“O!! Kwang Min-ah,,,”

Jae Eun lalu memberi salam pada orang tersebut dan meletakkan mangkuk serta sendok makan keatas meja Kwang Min.
“Tolong tuan teruskan sendiri.” Pinta Jae Eun, kemudian segera keluar.

“Hyung, ada apa?” tanya Kwang Min sambil menyendok nasinya.

“Kwang Min, siapa wanita itu? Kenapa dia menyuapimu? Apa kau sakit? Apa dia pacarmu?”

“Hyung, aku harus menjawab yang mana dulu?” Kwang Min telihat risih.

“Hahahaha, maaf. Aku tahu kau jarang makan siang, tapi aku lebih tidak tahu lagi kalau ternyata kau lebih ingin disuapi.” Goda pria itu.

“Jeong Min hyung, jika kau tidak ada kerjaan..lebih baik keluar dari sini.” Wajah Kwang Min sudah masam, dan ia juga sudah menyelesaikan makan siangnya.
Jeong Min sudah duduk dikursi tamu yang ada diruangan Kwang Min dan melihat beberapa masakan yang ada dimeja yang belum sempat diberesi oleh Jae Eun. Dasar..Jeong Min, dia mulai mengambil sumpit dan mencicipi masakan Jae Eun.
“Um…..masitta.” kata Jeong Min sambil mengangguk-anggukan kepala. “Bolehkah aku makan siang disini?”

“Hyung??!”

“A….aku tahu, pasti kau tidak ingin masakan wanita itu dicicipi pria lain selain dirimu kan?” Jeong Min mencoba menggoda dengan spekulasinya. “Baiklah….”

“Terserah kau saja hyung.” Kwang Min menyerah.

“Hehehe. Kalau begitu itu lebih baik.” Jeong Min mulai bersiap menyantap masakan Jae Eun.

bersambung....

(ori) MY BABY SISTER part 5



Part 5

Jae Eun sudah berada ditaman belakang rumah mewah. Jae Eun berusaha meregangkan otot-ototnya yang kaku karena harus berlari-lari untuk mendapatkan barang yang diinginkan tuan muda. Jae Eun duduk dibawah pohon yang rindang, ia menyandarkan tubuhnya dibatang pohon itu. Mencoba mengatur nafasnya, merilekskan diri dengan udara yang sejuk dibawah pohon.
Jae Eun menepuk-nepuk kakinya, tanda bahwa otot-otot kakinya pegal. Ia merasa bisa beristirahat, karena tuan muda sedang keluar dengan sekretaris Yoon untuk suatu keperluan. Ia sambil membaca buku yang ditemukannya waktu membersihkan kamar tuan muda. Buku cerita untuk anak-anak, Jae Eun juga masih suka membaca buku seperti itu, tak masalah bagi Jae Eun karena sudah hampir satu bulan ia tidak bisa keluar dari rumah mewah ini.
Buku itu cukup menghibur untuk Jae Eun dan membuat Jae Eun merasa tidak kesepian, dan ia juga bisa berfantasi seperti kanak-kanak. Ia membuka halaman pertama dan mulai membaca.
 *****
 “Jae Eun tuan muda sudah datang.” Salah seorang pelayan memberitahu Jae Eun.

“Benarkah?” buru-buru Jae Eun pergi ke ruang kerja tuan muda dengan membawakan secangkir minuman.

“Selamat malam tuan. Ini minuman tuan.” Seperti biasa Jae Eun meletakan diatas meja.

“Aku ingin biscuit.”

“Akan segera saya bawakan. Mungkin ada yang tuan inginkan lagi selain biscuit?” Jae Eun menawarkan bantuan yang lain.

“Tidak.” Tuan muda masih membaca sesuatu diatas mejanya. Tak lama kemudian Jae Eun membawakan biscuit yang diinginkan tuan muda. Kwang Min melihat biscuit yang sudah diletakan tepat disebelah minumannya.
“Kenapa dengan biscuit ini?”

“Apakah anda tidak suka?” Jae Eun mencoba meneliti.

“Aku bertanya padamu.”

“Maaf. Saya dengar anda begitu sibuk dengan kegiatan anda tuan, jadi saya membawakan biscuit gandum ini untuk tuan. Saya mendengar anda jarang makan siang. Saya harap biscuit ini bisa melegakan lambung anda.” Jae Eun menjelaskan. “Saya harap anda selalu sehat. Saya tidak akan menganggu tuan.” Jae Eun keluar dari ruang kerja.
 *****
 “Kita akan lihat tuan, siapa yang akan bertahan.” Jae Eun sudah terbaring diatas tempat tidurnya. “Nenek, aku tidak akan mengecewakan nenek.” Jae Eun kemudian memejamkan matanya.
 *****
 “Gyu Ri.”

“A…nenek. Untuk apa nenek disini? Ini sudah malam nek..”

“Lalu bagaimana dengan mu?” nenek balik bertanya dan duduk disebelah Gyu Ri.

“Apa nenek tidak bisa tidur?”

“Nenek berusaha untuk tidur.”

“Nenek benar-benar seperti nenek (nenek Gyu Ri sendiri maksudnya)”

“Kita berdua sudah kenal sangat lama dan akrab. Kebiasaan kami hampir sama. Sayang sekali kita tidak bisa tinggal disini bersama. Apa kau lelah dengan tugas yang diberikan nenekmu?”

“Tidak sama sekali nek…ini smua ku jalani dengan senang hati.” Nenek memegang tangan Gyu Ri.

“Semoga Jae Eun juga melakukannya dengan senang hati.”

“Itu pasti nek..soal Jae Eun nenek tidak perlu kwatir. Jae Eun pasti mengakhirinya dengan baik.”
 *****
 “Tuan. Mungkin anda harus berhenti membuat Jae Eun melepas pekerjaannya.”

“Sekretaris Yoon, apa yang kau bicarakan? Apa aku terlihat mengerjainya? Bukankah dia pengurusku?”

“Sepertinya anda tidak tahu yang anda lakukan tuan.”

“Aku tahu aku tahu…” Kwang Min kemudian memandang keluar dari balik kaca jendela mobil.
 *****
 Jae Eun mulai membuka mata dan mengerjap-ngerjap, sedikit ia mendengar ada keributan dalam rumah. Jae Eun sontak kaget, ia bergegas bangun, ternyata sudah hampir satu jam ia tertidur dibawah pohon. Ia merasa sangat lelah dan berusaha beristirahat sejenak dibawah pohon, tapi tak disangka ia malah tertidur. Buru-buru Jae Eun berdiri dan berlari masuk dalam rumah.

“Ada apa ini?” tanya Jae Eun pada salah satu pembantu dirumah itu.

“Biasa…tuan muda menghilang…”jawab orang itu dengan santai.

“Haaa?? Apa kau bilang? Biasa?” Jae Eun sedikit terkejut dengan ungkapan itu.

“Kau anak baru yang mengurus tuan muda. Kebiasaan tuan muda yang satu ini sudah lama tidak muncul, dan mungkin ini akan kambuh lagi untuk beberapa waktu. Lebih baik kau cepat-cepat menemukan tuan muda, karena kau adalah baby sisternya.”
 *****
 Sebenarnya dimana dia berada? Kenapa ia harus menghilang? Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa dia lakukan? Jae Eun berusaha mencari tuan muda Kwang Min. Dia sudah mengecek di ruang kerja, ruang televisi, dan juga kamar, tapi tidak ada.
Jae Eun sudah berjalan cukup jauh dari rumah, tapi masih berada dikawasan halaman rumah mewah itu. Bagaimana tidak repot hanya mencari satu orang saja dengan rumah sebesar itu dan halaman depan, belakang juga samping yang begitu luas.
Jae Eun melihat ada sebuah rumah kecil dari kayu,terlihat seperti gudang. Jae Eun berjalan ke rumah itu untuk sekedar beristirahat, belum pernah selama dua bulan ini Jae Eun berkeliling halaman. Itu benar-benar membutuhkan tenaga ekstra. Jae Eun mulai duduk diteras kecil rumah itu, meluruskan kakinya. Sesaat ia beristirahat, ia mendengar ada suara aneh dari dalam rumah itu. Jae Eun mencoba memeriksa walau ia pun sedikit takut, kalau-kalau itu hewan buas.
Jae Eun membuka pintu rumah kayu itu, dan mulai masuk ke dalam pelan-pelan. Ia berusaha mencari sumber suara dan ternyata…
 *****
 Huaaa…… Kwang Min menguap.

“O!..kenapa kau?” tak percaya.

“Apakah tidur anda nyeyak?” Jae Eun tersenyum.

“Kenapa kau bisa disini?”

“Kita semua mencari tuan. Tapi ternyata…tuan dengan santai istirahat disini.” Ekspresi sedikit kecewa.

“Apa kau sendirian? Disana kau mengganggu disini kau juga..” Kwang Min mencoba mencari sosok lain selain Jae Eun.

“Saya menemukan tuan disini, apakah saya harus memberitahu yang lain? Sepertinya menyenangkan.” Jae Eun menangkap raut wajah tuannya sedikit cemas. “Tenang….tuan, saya tidak akan memberitahu siapa-siapa.” Kwang Min terlihat lega. “Asal tuan mau memenuhi satu permintaanku.”

“Apa kau mengancamku? Dan kau tidak akan berani melakukannya.”

“Darimana anda tahu kalau saya tidak akan melakukannya?” tantang Jae Eun, Jae Eun menghadap kea rah pintu. “Ha…hfff…..” dengan cepat Kwang Min membekap mulut Jae Eun dari belakang, Jae Eun pun sedikit meronta. Tapi Kwang Min dengan kencang memegang tubuh Jae Eun.

“Apa yang kau inginkan?” bisik Kwang Min ditelinga Jae Eun.

bersambung...