Part 9
Jae Eun
mengikuti Kwang Min dari belakang, dan petugas hotel membawakan barang-barang
yang mereka bawa. Mereka sudah berhenti dibelakang pintu kamar, setelah dibuka
mereka berdua masuk. Petugas itu menaruh barang yang mereka bawa dengan rapi
serta menjelaskan sesuatu sedikit.
“Jika tuan dan
nona ada sesuatu silahkan hubungi bagian receptionist segera. Semoga anda
berdua nyaman menginap dihotel kami. Arigatogozaimashita. Saya permisi.”
Begitulah petugas itu menjelaskan kemudian meninggalkan Kwang Min dan Jae Eun
dikamar.
“Arigato.” Balas
Kwang Min.
“Kau duduk dulu
saja.” Kata Kwang Min pada Jae Eun. Jae Eun begitu menurut dan duduk pada sofa
yang ada dikamar itu.
Sampai kapan aku harus disini?? Aku sudah
mengantuk…. Jae Eun memandang sekeliling kamar, dilihatnya ada dua ranjang.
Jae Eun mulai menguap. Jae Eun mencoba
menahan matanya supaya tetap terbuka, tapi apa daya dia menunggu tuannya
memberikan kunci kamar untuknya. Jae Eun menyandarkan tubuhnya disofa mencoba
untuk rileks. Tapi ternyata malahan Jae
Eun benar-benar tertidur.
*****
“Mwo?!!” Jae Eun
terkejut, dengan penjelasan Kwang Min. “Mungkin aku belum bangun dari
tidur…bagaimana kalau aku tidur lagi…” Jae Eun duduk gelisah dan mulai dalam
posisi tidur lagi.
“Kau tidak
bermimpi…apa perlu aku mencubitmu untuk membuktikannya, hah?”
“Sekretaris Yoon
benar-benar…” Jae Eun gemas. “Kenapa sekretaris Yoon tidak memberitahu kalau
kamar yang dibooking Cuma satu..”
“Aku sendiri
juga tidak tahu. Sudah, kau tidak usah memusingkan hal itu, lagi pula ranjangnya
juga ada dua. Sekarang kau Bantu aku menyiapkan bahan untuk besok.”
“Iya tuan.” Jae
Eun beranjak dari tempatnya duduk.
“Yah! Sebaiknya
kau mandi dulu sana.”
Kwang Min memerintah.
“Hah??!” Jae Eun
kembali terkejut. “Saya tuan?”
“Memang siapa?
Apa kau tidak mencium bau tubuhmu?” Kwang Min berkata dengan cuek sambil
membuka laptop diatas meja. Jae Eun kemudian mencium bajunya sendiri.
*****
Kwang Min telah
menyelesaikan bahan untuk besok, karena dia akan bertemu dengan calon mitra
bisnis. Jae Eun membantu mengemasi barang-barang yang akan dipakai untuk besok.
”Ah….”
Meregangkan otot tangannya keatas. “Akhirnya bisa selesai,,”
“Apakah besok
saya harus menemani tuan?” tanya Jae Eun sembari membereskan map-map dan buku-buku.
“Ku rasa tidak
perlu. Lagi pula penjelasan yang diberikan sekretaris Yoon melalui dirimu sudah
cukup aku mengerti, semoga saja orang itu tidak mempersulit lagi.” Mata Kwang
Min menerawang jauh. “Ah…” Kwang Min berdiri dari tempat duduk “Aku mau ganti
baju dan istirahat.”
“Hah?!!” Jae Eun
yang telah selesai membereskan terkejut.
“Kenapa dengan
mu?” Kwang Min menoleh. Jae Eun hanya tersenyum kaku. “Oya, kau tidak punya
kebiasaan tidur sambil berjalankan?”
“Em...sepertinya
saya tidak pernah mengalami hal itu tuan sampai sekarang..” jawab Jae Eun polos
sambil mengingat-ingat.
“Joa. Brarti
tidak ada alasan untuk mu pindah ke ranjangku.” Kwang Min dengan percaya diri
menjelaskan.
Hah?? Memang siapa yang akan pindah ke
ranjang mu? Kenapa kau percaya diri sekali… Jae Eun tersenyum kecut.
*****
Jae Eun mencoba
memejamkan matanya, ia sudah berbaring ditempat tidurnya. Terkadang ia juga
menoleh ke samping dimana Kwang Min tidur, dan hanya bisa melihat punggung
Kwang Min.
Kenapa mata ini tidak bisa terpejam..??? Apa
yang harus ku lakukan? Seharusnya, yang harus bilang jangan pindah ke ranjangku
itu aku, bukan kau. Seenaknya saja memeluk orang, tidak sopan. Kalau oppa
mengetahui hal ini pasti dia akan kecewa padaku. Jae Eun menggerutu dan mengeluh sendiri dalam hati.
Jae Eun berada
di padang
rumput, dan disana banyak kawanan domba dengan bulu putih bersih. Jae Eun
membawa kaleng berisi cat dan kuas. Jae Eun menghitung domba itu satu persatu
dengan menandainya dengan cat.
“Satu domba…dua domba…tiga domba…dua puluh
domba…empat puluh lima
domba…” Wah…ternyata dombanya sangat banyak.
*****
Kwang Min
sedikit kesal karena teman yang tidur diranjang sebelah tidak bangun-bangun. Padahal Kwang Min sudah melakukan senam
kecil-kecilan diserambi sebelah kamarnya. Kwang Min hanya bisa mondar-mandir
didepan ranjang Jae Eun. Terlihat Kwang Min menghela napas, dengan kakinya ia
menggoyang-goyang ranjang Jae Eun.
“Mungkin dia
keturunan kerbau.” Kata Kwang Min sambil kedua tangannya memegang pinggang.
Kwang Min mencoba untuk membuka selimut yang menyelubungi Jae Eun. Pelan-pelan
ia mengangkat selimut yang menyelubungi Jae Eun.
“Ha???!” Kwang
Min heran. “Apa ini? Kemana dia?” Ternyata Jae Eun tidak ada diranjangnya.
“Ohayo….” Sapa
Jae Eun yang tiba-tiba muncul dari belakang dan membuat Kwang Min sedikit
melonjak karena terkejut. “O…ada apa tuan?” Jae Eun bertanya dengan tak
berdosa.
Kwang Min tak
menanggapi karena kesal dan terkejut, ia langsung duduk disofa.
“Ini tuan, saya
bawakan kopi untuk tuan.” Menaruh secangkir kopi panas dimeja. “Atau jika tuan
tidak suka ini ada juga teh.” Ucap Jae Eun sambil tersenyum.
“Yah! Jae Eun,
darimana saja kau?” Kwang Min bertanya dengan sedikit kesal.
“Tadi saya
bangun tapi tuan belum, saya ingin berpamitan pada tuan, tapi takut menganggu
tidur anda.”
“Huff….” Kwang
Min menghela nafas kemudian meraih secangkir kopi yang disediakan Jae Eun.
*****
Jae Eun menemani
tuannya pergi ke tempat pertemuan perjalanan kira-kira dari hotel sekitar
sepuluh sampai lima
belas menit. Pertemuan yang diadakan hampir dekat dengan Oishi Park, disekitar danau Kawaguchi.
“Saya akan
menunggu disekitar sini tuan. Jika tuan telah selesai anda bisa menghubungi
saya.” Ucap Jae Eun ketika mereka sampai didepan restoran untuk mengadakan
pertemuan. Kwang Min hanya mengangguk, dan mulai berjalan masuk. “Oya tuan.”
Langkah Kwang Min terhenti dan ia menoleh pada Jae Eun. “Semangat!” Jae Eun
mengangkat tangannya membentuk kepalan dan tak lupa dengan senyuman yang cerah.
Kwang Min membalasnya dengan senyuman yang sedikit dan cool, terlihat tulus.
*****
Jae Eun
berjalan-jalan disekitar daerah itu, Jae Eun bisa sedikit berbahasa Jepang.
Sudah hampir tiga jam Jae Eun menunggu tuannya untuk mengadakan pertemuan.
Perjalanan Jae Eun pun juga sudah sedikit jauh dari restoran. Jae Eun bersantai
didaerah taman dengan pohon-pohon yang sangat rindang dan sejuk. Jae Eun
mencoba merilekskan diri dan memakan takoyaki yang telah ia beli.
Tapi sayup-sayup
Jae Eun mendengar sesuatu, ia mencoba mendengarnya dengan seksama. Walau
sedikit merinding tapi rasa penasaran Jae Eun mengalahkan merindingnya, lagi
pula jam masih menunjukan pukul tiga sore. Jae Eun berusaha mendekat ke arah
sumber suara. Dan semakin dekat dari asal suara dan semakin jelas.
“O! Adik kecil,
kau tidak apa-apa?” tanya Jae Eun tentunya juga menggunakan bahasa Jepang,
pandangan Jae Eun mengarah keatas pohon.
“Hiks hiks
hiks…aku takut…” jawab anak kecil itu sambil menangis. Ternyata suara itu
berasal dari anak kecil yang berada diatas pohon.
“Jangan menangis,
kakak akan menurunkanmu.” Jae Eun mencoba menenangkan. Jae Eun segera memanjat
pohon itu segera menolong anak kecil itu. Setelah beberapa saat Jae Eun bisa
menurunkan anak kecil itu.
*****
Jae Eun yang
memang baik hati mengantarkan anak kecil itu menuju tempat yang dimaksud anak
kecil itu. Jae Eun mengandeng tangan anak kecil itu yang sedang memakan
takoyaki yang Jae Eun beli untuknya dengan tangan yang lain.
“Kotomi!” teriak
seorang wanita, yang dengan segera berlari kearah Jae Eun. “Kotomi, kau kemana
saja? Ibu mencarimu kemana-mana.” Wanita itu memeluk anak kecil itu dengan
bahagia.
“Ibu….” Kotomi,
ternyata nama anak perempuan itu. “Onee -san ini yang menolongku dan membawaku
pulang.” Kotomi menjelaskan pada ibunya.
“Domo
arigatogozaimashita. Anda telah menolong Kotomi. Apa yang bisa kami balas untuk
mu nona?” tanya ibu Kotomi.
“Tidak. Saya
tidak perlu apa-apa nyonya.” Jae Eun berjongkok didepan Kotomi. “Kotomi,
berjanji pada kakak, Kotomi tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat ibu
sedih ya..?”
“Ya, onee -san.
Kotomi janji.” Kotomi tersenyum gembira dan memeluk Jae Eun. Setelah
mengucapkan terima kasih lagi ibu dan Kotomi masuk ke dalam restoran, restoran
yang sama dimana tuannya mengadakan pertemuan.
*****
Kwang Min keluar
restoran dengan wajah yang tak menyenangkan. Jae Eun tidak bertanya apapun pada
majikannya hingga tiba di hotel. Pulang dari pertemuan sampai di kamar hotel,
Kwang Min duduk disofa dengan lembar-lembar laporan yang ia teliti, bahkan ia
lupa untuk mengganti baju.
“Tuan, lebih
baik anda mengganti pakaian anda lebih dulu.” Terkadang Jae Eun mengingatkan.
Tapi tetap saja Kwang Min kembali lagi duduk untuk meneliti laporan setelah
berganti pakaian. Jae Eun hanya diam memperhatikan tuannya. Hingga tiba-tiba
Jae Eun menutup paksa laporan yang diteliti Kwang Min.
“Tuan, sekarang
anda harus ganti mengurus diri anda.”
Ekspresi Kwang Min terlihat kurang senang, tapi ia juga merasa lelah dan
akhirnya menuruti Jae Eun untuk makan malam.
*****
Kwang Min sudah
selesai dengan makan malamnya, ia menunggu Jae Eun yang tak kembali dari
toilet. Akhirnya Kwang Min memutuskan untuk kembali ke kamar lebih dulu.
“Onii – san!”
seseorang memegang lengan baju Kwang Min, ia menoleh dan ternyata seorang anak
perempuan kecil.
“Nani? Do shita
no?” tanya Kwang Min lembut dan sudah berjongkok didepan anak itu.
“Kotomi lihat onii
–san dan kakak cantik yang menolongku tadi bersama-sama. Aku hanya ingin
mengembalikan ini pada kakak cantik.” Kotomi memberikan Sesuatu ditangan Kwang
Min.
“Tolong berikan
ini pada kakak cantik pacar onii –san. Arigatogozaimashita.” Kemudian Kotomi
berlari kecil menuju kearah ibunya yang menunggunya tak jauh, sang ibu menyapa
Kwang Min dengan senyum hangat.
Kwang Min
membuka telapak tangannya, dilihatnya benda yang diberikan Kotomi padanya. Mata
Kwang Min terbelalak lebar melihat benda.
bersambung...