Rabu, 30 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 6



Part 6

Tia berjalan di samping Presdir, siang hari di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka memasuki sebuah outlet pakaian, dan mulai memilih-milih baju.

“Ayah, apa yang ayah cari? Baju pria atau wanita?” tanya Tia memperhatikan Presdir yang sedang memilih-milih baju yang terpajang digantungan.

“Ayah hanya mencari t-shirt.” Jawab Presdir tetap sambil memilih.

“Tia akan carikan untuk ayah.”

“Tia, kau memilih untuk dirimu saja.” Kata Presdir pada Tia sambil tersenyum. “Ayah ingin membelikan baju untukmu.”

“Ayah, ayah tidak perlu membelikanku baju. Bajuku ini masih cukup bagus untuk dipakai.”

“Dilemari putriku hanya terdapat dress, style kalian berdua berbeda, pasti kau tidak akan nyaman memakai pakaian putriku. Jadi selama kau tinggal bersama ayah, kau harus tetap merasa nyaman.” Presdir menjelaskan dengan seksama membuat Tia merasa tak enak.

“Gamsahamnida aboji.” Tia hanya bisa mengucapkan terima kasih atas perhatian dari Presdir.

Setelah membeli beberapa style baju, Tia dan Presdir pun beranjak untuk makan malam di luar. Tia merekomendasikan masakan Jepang, yang biasa ia kunjungi.

“Aku suka tempat ini, maaf tempatnya tidak semewah yang ayah bayangkan. Tapi, di tempat ini masakannya tidak kalah enak dengan restoran-restoran, dan harganyapun terjangkau.” Tia memberi penjelasan tentang tempat yang ia rekomendasikan.

“Apa kau sering kesini?” tanya Presdir.

“Kalau ada uang lebih, biasa aku dan Melanie kesini.”

“Melanie? Siapa dia?”

“O.. iya, Melanie, dia adalah teman semasa aku kecil ayah.”

Tak berapa lama masakan Jepang yang dipesanpun datang, Tia dan Presdir menikmati makan malam mereka dengan suasana yang baik dan akrab.

“Ayah, bolehkah aku meminta sesuatu hal pada ayah?”

“Hal? Apa itu?”

&&&&&

“Tao –ah…!” Lay melambaikan tangannya. “Kenapa kau terlambat hah?!”

“Mian. Tadi aku ada urusan yang harus diselesaikan, hyung, aku kesini dengan tergesa-gesa. Untung tidak menghilangkan nyawa orang.”

“Mwo?” Lay bingung dengan ucapan Tao.

“Sudahlah. Lupakan saja.” Tao sudah bersandar dikursinya. “Aku pesan minuman biasanya saja hyung.”

“Oke!” Lay kemudian memanggil pelayan untuk menambah orderan.

&&&&&

Pagi hari ini Tia membuatkan sarapan special untuk Presdir, dibantu dengan Pengurus Jang. Pengurus Jang sudah terbiasa dengan bantuan dari Tia, pengurus Jang juga tetap mengerjakan pekerjaannya tanpa terganggu oleh Tia.

“Tia, apa lagi yang kau butuhkan?” tanya Pengurus Jang.

“Em…terima kasih pengurus Jang, kurasa cukup.” Tia melihat hasil dari buah tangannya. “Pengurus Jang ada yang belum selesai? Akan ku Bantu.” Tia balik bertanya.

Pengurus Jang dan Tia sudah terbiasa bekerja sama di rumah itu, mereka saling Bantu. Tia juga tak sungkan-sungkan untuk membersihkan halaman, walaupun sudah ada pengurusnya sendiri.

“Selamat pagi Presdir.” Sapa pengurus Jang.

“Selamat pagi pengurus Jang.” Seperti biasa Presdir akan membalas sapaan dari pengurus Jang dan mulai duduk dikursinya.

“Selamat pagi ayah…!” sapa Tia dengan semangat dan piring yang ia bawa. “Ini, aku membuatkan sarapan untuk ayah.” Tia sudah meletakkan piring itu didepan Presdir, Presdir menyambut dengan senyum yang merekah.

“Terima kasih.”

“Ayah cobalah dan berikan komentar.” Tia menunggu Presdir mencicipi masakannya. Presdir mulai menyendok dan mencoba masakan buatan Tia.

“Em…seperti biasa, massita. Walau hanya nasi goreng, tapi sangat enak karena dibuat oleh putriku.” Presdir tersenyum pada Tia.

“Jinjja? Gamsahamnida.” Tia merasa senang dipuji. “Kalau begitu. Mari kita makan!” Tia juga sudah menyediakan sepiring untuk dirinya sendiri.
Tak berapa lama Kris datang ke meja makan dan telah duduk ditempatnya. Ia melihat ayahnya dan Tia yang sedang menyantap sarapan. Kris tanpa berkata menunggu sarapannya, kemudian pengurus Jang melayani Kris. Dahi Kris berkerut karena sarapan yang disajikan oleh pengurus Jang berbeda dengan yang dinikmati oleh ayahnya dan Tia.

“Pengurus Jang, kenapa aku tidak mendapatkan seperti mereka?” tanya Kris pelan ketika pengurus Jang ada di dekat Kris.

“Saya tidak tahu Tuan, nona Tia yang memasak nasi goreng itu.” Jawab pengurus Jang.

“Hm..Hm..” Kris mencoba mencari perhatian.

“Anak nakal. Ada apa?” Presdir mengetahui arti dari suara Kris.

“Kenapa ayah bisa mendapatkan sepiring nasi goreng?”

“Ini buatan Tia. Ayah mendapatkannya dari Tia. Wae?” Presdir mencoba bertanya pada Kris. “Apakah kau juga mau?” kemudian Presdir menoleh pada Tia. “Tia, kenapa oppa mu tidak mendapat nasi goreng juga?”

“Karena aku tidak menjual tubuhku untuknya ayah, jadi kenapa aku harus memberikan pada oppa sepiring juga?” Tia menatap Kris dengan pandangan tajam, kemudian beralih pada Presdir dan tersenyum. Presdir sedikit tidak mengerti dengan jawaban Tia.

&&&&&

Terlihat Chan Sung sedang sarapan dengan seseorang di ruang makan. Mereka dengan tenang menikmati sarapan yang dihidangkan.

“Kemarin Soa mampir ke kantormu?” tanya orang tersebut.

“Hm.”

“Ada apa Soa menemuimu anakku?” terlihat Chan Sung tidak terlalu suka dengan pertanyaan yang diberikan.

“Hhfff. Ibu, apakah seorang saudara berkunjung harus ada alasan?”

“Ibu hanya bertanya, apakah ibu salah?”

“Tidak. Tapi dari pertanyaan ibu, ada kecurigaan.” Chan Sung sudah beranjak meninggalkan meja makan.

“Chan Sung –ah…tidak baik meninggalkan sarapanmu.” Ucap ibu Chan Sung.

“Aku akan melanjutkan sarapanku ditempat yang tenang.” Jawab Chan Sung kemudian berjalan meninggalkan ruang makan.

&&&&&

“Hari ini, tuan muda akan mulai membantu di perusahaan.” Ucap pengurus Jang ketika membereskan meja makan bersama dengan Tia.

“Ye? Pria itu?” Tia bertanya dengan nada tak percaya.

“Iya. Memang ada apa Tia?”

“Ani.” Tia menggeleng. “Aku takut ia akan mengacaukan perusahaan.”

“Kenapa kau berfikir begitu?” pengurus Jang terlihat geli dengan tanggapan Tia.

“Pengurus Jang, kalau pria itu ada di perusahaan, bukankah akan membuat takut para pegawai?”

“Kenapa tuan muda bisa membuat pegawai takut?” pengurus Jang agak berfikir tentang pertanyaan Tia.

“Pengurus Jang….lihat saja, pria itu tidak memiliki senyum…” Tia menarik bibirnya ke samping dengan ke dua tangannya membuat pengurus Jang tersenyum melihat ekspresi Tia. “Pasti akan membuat pegawai tidak betah bekerja.”

“Bukankah sikap itu keren? Anak-anak sekarang menyebut begitu.”

“Awalnya.” Tia masih focus pada pekerjaannya.

“Bukankah hari ini kau akan berangkat dengan Presdir, Tia?” Tia hanya mengangguk menanggapi.

Tia dan Presdir sudah berdiri di dekat mobil, karena mereka akan berangkat bersama-sama. Tapi mereka masih menunggu seseorang sebelum berangkat. Tak lama orang yang ditunggu muncul dengan setelan jas kantor, yang membuat Tia kagum dengan postur tubuh yang proporsional.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar