Pemain
Utama : Tia (Chocolat)
Kris (Exo M)
Pemain
Pendukung : Xiu Min, Lay, Tao (Exo M)
Melanie , Min Soa, Juliane (Chocolat)
Hwang
Chan Sung (2PM)
Genre : romance, family
Part 2
Tia sudah berada di kamar
yang benar-benar feminim, terlihat jelas kalau yang memiliki adalah wanita yang
lembut. Dari pernak-pernik di dalam ruangan yang ditata rapi dan warna yang lembut,
juga ada meja rias. Tia memperhatikan dengan baik setiap detail ruangan yang ia
tempati sekarang. Ia merasa wanita yang berada di kamar ini benar-benar lady
dan anggun. Ia menjadi teringat kejadian sebelum dirinya menempati kamar itu.
Tia berjalan pelan dibelakang pria
paruh baya itu, mengikuti kemana kakinya melangkah. Pria itu berdiri di depan
sebuah pintu kamar.
“Kau bisa beristirahat disini.”
Ucapnya tetap sambil memandangi pintu.
“A! Ayah, aku tidak ingin
merepotkan seperti ini.” Tia menjadi tidak enak.
“Ini kamar putriku,,”
“Hah? Apa putri anda tidak akan
marah jika aku menggunakan kamarnya?”
“Putriku sedang dalam perjalanan
jauh.” Pria itu berkata dengan mata sedikit sayu. “Ayah akan senang jika kau mau tinggal disini,
pasti putriku juga senang.” Ia tersenyum pada Tia.
&&&&&
“Kau bisa tidur di kamarku
jika kau mau.” Ucap Xiu Min saat mereka tiba di apartemen.
“Thanks. Tapi aku akan
tidur disofa saja.” Kris sudah duduk di sofa.
“Jinja –yo?”
“Wae?”
“Kau tuan muda, masa kau
tidur disofa? Aku tidak mau membuat tuan muda sakit.” Ejek Xiu Min.
“Kau meremehkanku? Aku
masih perjaka, aku tidak mau tidur denganmu, nanti kesucianku kau renggut.”
“Wah…” Xiu Min menatap tak
percaya. “Memang aku mau dengan orang sepertimu, hah?! Levelku tinggi!”
“Xiu Min –ah… levelku
lebih tinggi darimu.” Kris sudah mendapatkan bantal dan selimut dari lemari, ia
sudah memposisikan diri untuk tidur. “Malam ini, sofa ini milikku.” Kris sudah
memejamkan mata.
“Ya…ya…ya… Aku mengerti
tuan muda.” Membungkukan badan seperti memberi hormat, kemudian berjalan dan
mematikan lampu. “Jika kau butuh sesuatu, ketuk saja pintu kamarku.” Ucap Xiu
Min sebelum masuk kamarnya.
“Hmm…”
&&&&&
“Selamat pagi Presdir.”
Sapa seorang pelayan wanita hampir sama usianya dengan Presdir, menghidangkan
sarapan.
“Selamat pagi pengurus
Jang.” Presdir sudah duduk dikursinya. “Bolehkah aku minta tolong padamu untuk
membangunkan nona muda yang tidur di kamar putriku.” Pinta Presdir.
“Presdir, nona itu sudah
bangun sejak tadi pagi. Nona juga membuatkan sarapan untuk anda.” Menyuguhkan
sepering roti panggang berisi selai pada Presdir.
“Benarkah dia yang
membuatnya?” pria itu bertanya sambil melihat roti yang sudah ada dihadapannya.
“Benar ini untukku?” Presdir tersenyum.
“Benar Presdir,” pengurus
Jang membenarkan “Anda sepertinya menyukai sarapan anda Presdir?”
“Bukankah ia mirip
putriku, pengurus Jang?”
“Ya tuan, tapi nona itu
sedikit lebih tomboy dari nona.” Pengurus Jang menjelaskan sambil tersenyum
mengingat. “Nona itu setelah membuatkan sarapan untuk anda, dia menyiram bunga
di depan, kemudian dia berangkat pergi.”
“Pergi?” tanya Presdir
dengan mata lebar. “Kemana?”
“Saya kurang tahu Presdir,
tapi nona itu berpesan, akan kembali lagi untuk menemui anda.” Pengurus Jang
menjelaskan, Presdir mengangguk-angguk.
&&&&&
Tia berjalan disebuah gang
kecil, tampak seperti pemukiman yang padat penduduk. Langkahnya terus menyusuri
jalan setapak daerah pemukiman. Tia terlihat hapal sekali dengan jalan yang ia
lewati.
“Tia noona!” teriak
seorang anak kecil yang melihat Tia, kemudian segera berlari mendapatkan Tia.
“Tia noona. Aku Bantu membawanya…” anak kecil itu sudah meraih barang yang
dibawa oleh Tia.
“Gomawo Jae Sook..” Tia
sedikit mengacak rambutnya. “Darimana kau?”
“Aku dari toko, Melanie
noona memintaku untuk membeli gula.” Anak itu menjelaskan.
“Apa rumah baik-baik
saja?”
“Iya noona, tapi kenapa
noona lama tidak datang?”
“Apa kau merindukan
noona?” tanya Tia menggoda anak kecil itu, ia hanya tersenyum dan mengangguk.
“Kami semua merindukan
noona.”
Mereka berjalan menuju
suatu rumah dengan halaman yang lumayan luas. Ada beberapa anak yang sedang bermain di
halaman. Mereka segera menyambut kedatangan Tia dan juga temannya, terlihat
sangat bahagia.
&&&&&
“Apa kau akan langsung
pulang ke rumah?” tanya Xiu Min ketika mereka sarapan bersama.
“Ani. Aku akan langsung ke
kantor saja menemui ayah.”
“Yah! Kris. Kalau aku
pikir-pikir kau ini anak yang durhaka.”
“Wae?” alis Kris bertaut.
“Karena yang kau temui
pertama kali saat kau pulang dari luar negeri, bukan ayahmu tapi temanmu.”
“Bukankah kalian yang
memaksa ingin bertemu?”
“Ha ha ha ha ha ha, kau
pikir kami apaan? Hah? Lebih baik aku menemui wanita cantik.”
“Sialan kau!”
&&&&&
“Selamat siang tuan muda
Kris. Selamat datang.” Sapanya sambil membungkukkan badan.
“Terima kasih Pengurus
Jang. Oraeganmani-e-yo. Mannaseo ban-gaweoyo.”
“Saya juga senang bertemu
dengan anda tuan muda.” Pengurus Jang tersenyum. “Anda terlihat masih sama,
tuan muda.”
“Kau juga pengurus Jang,
tidak ada yang berubah dari dirimu.”
“Apakah anda sudah bertemu
dengan Presdir, tuan muda?”
“Aku tadi coba menemuinya
di kantor tapi ayah sedang ada rapat, jadi aku pulang saja untuk beristirahat.”
“Kamar anda sudah siap
tuan muda. Silahkan anda beristirahat. Saya tidak akan mengganggu anda.”
“Terima kasih pengurus
Jang, kalau begitu aku akan ke kamar.”
“Silahkan tuan muda.”
Kemudian Kris menaiki
tangga menuju kamarnya, untuk kembali
beristirahat.
&&&&&
Tia datang bersama dengan
orang yang memberinya tumpangan tempat tinggal. Ia menepati janjinya untuk
datang lagi memui orang yang memintanya untuk memanggil ayah. Tia berjalan di
sampingnya, ia menemani langkah pelan orang tersebut sambil sekali-kali mereka
bercerita dengan canda tawa.
Tia sudah berada di
kamarnya yang feminim, Tia mencoba untuk merilekskan diri. Kemudian Tia bersiap
diri untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian beraktifitas. Sesaat setelah
Tia sudah membersihkan dirinya, Tia mencoba untuk duduk di kursi depan meja
rias yang ada di dalam kamarnya sekarang.
Tia sedikit melantunkan
lagu ketika ia berjalan menuju meja riasnya. Kepala Tia diselubunginya dengan
handuk untuk menjaga supaya air dari rambutnya tidak jatuh ke lantai.
Tia merasa ada yang aneh
di kamar yang ia tempati itu. Sepertinya ia sedang diperhatikan oleh sepasang
mata. Tia mencoba tidak peduli, tapi saat pandangannya mengarah ke cermin, betapa
terkejut dan tak percaya dirinya dengan bayangan yang ia lihat didalam cermin.
bersambung,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar