Kamis, 17 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 2




Pemain Utama               :           Tia (Chocolat)
Kris (Exo M)

Pemain Pendukung         :           Xiu Min, Lay, Tao (Exo M)
                                                Melanie            , Min Soa, Juliane (Chocolat)
                                                Hwang Chan Sung (2PM)

Genre                           :           romance, family




Part 2

Tia sudah berada di kamar yang benar-benar feminim, terlihat jelas kalau yang memiliki adalah wanita yang lembut. Dari pernak-pernik di dalam ruangan yang ditata rapi dan warna yang lembut, juga ada meja rias. Tia memperhatikan dengan baik setiap detail ruangan yang ia tempati sekarang. Ia merasa wanita yang berada di kamar ini benar-benar lady dan anggun. Ia menjadi teringat kejadian sebelum dirinya menempati kamar itu.

Tia berjalan pelan dibelakang pria paruh baya itu, mengikuti kemana kakinya melangkah. Pria itu berdiri di depan sebuah pintu kamar.

“Kau bisa beristirahat disini.” Ucapnya tetap sambil memandangi pintu.

“A! Ayah, aku tidak ingin merepotkan seperti ini.” Tia menjadi tidak enak.

“Ini kamar putriku,,”

“Hah? Apa putri anda tidak akan marah jika aku menggunakan kamarnya?”

“Putriku sedang dalam perjalanan jauh.” Pria itu berkata dengan mata sedikit sayu.  “Ayah akan senang jika kau mau tinggal disini, pasti putriku juga senang.” Ia tersenyum pada Tia.

&&&&&

“Kau bisa tidur di kamarku jika kau mau.” Ucap Xiu Min saat mereka tiba di apartemen.

“Thanks. Tapi aku akan tidur disofa saja.” Kris sudah duduk di sofa.

“Jinja –yo?”

“Wae?”

“Kau tuan muda, masa kau tidur disofa? Aku tidak mau membuat tuan muda sakit.” Ejek Xiu Min.

“Kau meremehkanku? Aku masih perjaka, aku tidak mau tidur denganmu, nanti kesucianku kau renggut.”

“Wah…” Xiu Min menatap tak percaya. “Memang aku mau dengan orang sepertimu, hah?! Levelku tinggi!”

“Xiu Min –ah… levelku lebih tinggi darimu.” Kris sudah mendapatkan bantal dan selimut dari lemari, ia sudah memposisikan diri untuk tidur. “Malam ini, sofa ini milikku.” Kris sudah memejamkan mata.

“Ya…ya…ya… Aku mengerti tuan muda.” Membungkukan badan seperti memberi hormat, kemudian berjalan dan mematikan lampu. “Jika kau butuh sesuatu, ketuk saja pintu kamarku.” Ucap Xiu Min sebelum masuk kamarnya.

“Hmm…”

&&&&&

“Selamat pagi Presdir.” Sapa seorang pelayan wanita hampir sama usianya dengan Presdir, menghidangkan sarapan.

“Selamat pagi pengurus Jang.” Presdir sudah duduk dikursinya. “Bolehkah aku minta tolong padamu untuk membangunkan nona muda yang tidur di kamar putriku.” Pinta Presdir.

“Presdir, nona itu sudah bangun sejak tadi pagi. Nona juga membuatkan sarapan untuk anda.” Menyuguhkan sepering roti panggang berisi selai pada Presdir.

“Benarkah dia yang membuatnya?” pria itu bertanya sambil melihat roti yang sudah ada dihadapannya. “Benar ini untukku?” Presdir tersenyum.

“Benar Presdir,” pengurus Jang membenarkan “Anda sepertinya menyukai sarapan anda Presdir?”

“Bukankah ia mirip putriku, pengurus Jang?”

“Ya tuan, tapi nona itu sedikit lebih tomboy dari nona.” Pengurus Jang menjelaskan sambil tersenyum mengingat. “Nona itu setelah membuatkan sarapan untuk anda, dia menyiram bunga di depan, kemudian dia berangkat pergi.”

“Pergi?” tanya Presdir dengan mata lebar. “Kemana?”

“Saya kurang tahu Presdir, tapi nona itu berpesan, akan kembali lagi untuk menemui anda.” Pengurus Jang menjelaskan, Presdir mengangguk-angguk.

&&&&&

Tia berjalan disebuah gang kecil, tampak seperti pemukiman yang padat penduduk. Langkahnya terus menyusuri jalan setapak daerah pemukiman. Tia terlihat hapal sekali dengan jalan yang ia lewati.

“Tia noona!” teriak seorang anak kecil yang melihat Tia, kemudian segera berlari mendapatkan Tia. “Tia noona. Aku Bantu membawanya…” anak kecil itu sudah meraih barang yang dibawa oleh Tia.

“Gomawo Jae Sook..” Tia sedikit mengacak rambutnya. “Darimana kau?”

“Aku dari toko, Melanie noona memintaku untuk membeli gula.” Anak itu menjelaskan.

“Apa rumah baik-baik saja?”

“Iya noona, tapi kenapa noona lama tidak datang?”

“Apa kau merindukan noona?” tanya Tia menggoda anak kecil itu, ia hanya tersenyum dan mengangguk.

“Kami semua merindukan noona.”

Mereka berjalan menuju suatu rumah dengan halaman yang lumayan luas. Ada beberapa anak yang sedang bermain di halaman. Mereka segera menyambut kedatangan Tia dan juga temannya, terlihat sangat bahagia.

&&&&&

“Apa kau akan langsung pulang ke rumah?” tanya Xiu Min ketika mereka sarapan bersama.

“Ani. Aku akan langsung ke kantor saja menemui ayah.”

“Yah! Kris. Kalau aku pikir-pikir kau ini anak yang durhaka.”

“Wae?” alis Kris bertaut.

“Karena yang kau temui pertama kali saat kau pulang dari luar negeri, bukan ayahmu tapi temanmu.”

“Bukankah kalian yang memaksa ingin bertemu?”

“Ha ha ha ha ha ha, kau pikir kami apaan? Hah? Lebih baik aku menemui wanita cantik.”

“Sialan kau!”

&&&&&

“Selamat siang tuan muda Kris. Selamat datang.” Sapanya sambil membungkukkan badan.

“Terima kasih Pengurus Jang. Oraeganmani-e-yo. Mannaseo ban-gaweoyo.”

“Saya juga senang bertemu dengan anda tuan muda.” Pengurus Jang tersenyum. “Anda terlihat masih sama, tuan muda.”

“Kau juga pengurus Jang, tidak ada yang berubah dari dirimu.”

“Apakah anda sudah bertemu dengan Presdir, tuan muda?”

“Aku tadi coba menemuinya di kantor tapi ayah sedang ada rapat, jadi aku pulang saja untuk beristirahat.”

“Kamar anda sudah siap tuan muda. Silahkan anda beristirahat. Saya tidak akan mengganggu anda.”

“Terima kasih pengurus Jang, kalau begitu aku akan ke kamar.”

“Silahkan tuan muda.”

Kemudian Kris menaiki tangga menuju kamarnya, untuk  kembali beristirahat.

&&&&&

Tia datang bersama dengan orang yang memberinya tumpangan tempat tinggal. Ia menepati janjinya untuk datang lagi memui orang yang memintanya untuk memanggil ayah. Tia berjalan di sampingnya, ia menemani langkah pelan orang tersebut sambil sekali-kali mereka bercerita dengan canda tawa.
Tia sudah berada di kamarnya yang feminim, Tia mencoba untuk merilekskan diri. Kemudian Tia bersiap diri untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian beraktifitas. Sesaat setelah Tia sudah membersihkan dirinya, Tia mencoba untuk duduk di kursi depan meja rias yang ada di dalam kamarnya sekarang.
Tia sedikit melantunkan lagu ketika ia berjalan menuju meja riasnya. Kepala Tia diselubunginya dengan handuk untuk menjaga supaya air dari rambutnya tidak jatuh ke lantai.
Tia merasa ada yang aneh di kamar yang ia tempati itu. Sepertinya ia sedang diperhatikan oleh sepasang mata. Tia mencoba tidak peduli, tapi saat pandangannya mengarah ke cermin, betapa terkejut dan tak percaya dirinya dengan bayangan yang ia lihat didalam cermin.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar