Selasa, 22 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 4



Part 4

Kris masuk ke dalam kamarnya dan melihat amplop coklat berada di atas meja. Kris mendekat dan mengambil amplop itu kemudian membukanya. Kris melihat apa isinya dan kemudian tersenyum sinis.

“Dari mana ia mendapatkannya?” Kris bertanya sendiri kemudian melemparkan amplop coklat itu kembali di atas meja. Kris kemudian mengganti baju untuk segera beristirahat.

&&&&&

“Selamat pagi ayah!” suara Tia memenuhi ruang makan pagi ini. Presdir tersenyum dengan penuh kebahagiaan disambut seperti itu oleh Tia.

“Selamat pagi putriku…” Presdir balas menyapa Tia.

“Ayah, pagi ini aku membuatkan pancake untuk ayah.” Ucap Tia penuh semangat sambil menuang madu diatas pancake yang ia buat. “Ini.” Pancake yang sudah jadi disajikan didepan Presdir. “Ayah cobalah.” Pinta Tia.

“Baiklah, ayah akan mencobanya.” Presdir mulai mengambil sendok dan mengiris kecil pancake untuk dicoba. “Mmm….massita.”

“Jinja-yo?” Tia penasaran. “Jangan hanya untuk menyenangkanku ayah bilang enak ya…” Tia sedikit meragukan, mereka berdua tertawa dengan renyah.

“Hm.” Suara seseorang memudarkan tawa Tia dan Presdir.

“Yah! Dasar kau anak nakal. Tidak sopan mengganggu orang yang sedang berbicara.”

“Selamat pagi ayah.” Sapa orang itu dan sudah duduk dikursinya.

“Ayah ingin memperkenalkan mu pada Tia.” Presdir menunjuk wanita muda yang duduk di sampingnya. “Dia mirip dengan adikmu.” Presdir tersenyum pada Tia, tapi tidak orang yang duduk dihadapan Tia. Pandangannya benar-benar tidak suka pada Tia.

“Apakah ayah tidak keliru menyebutnya sama dengan adikku?” nadanya sinis.

“Kris.” Presdir memberi kode supaya putranya berkata sopan.

“Anyeonghaseyo oppa..” sapa Tia dengan senyum yang merekah. “Ayah, aku telah mendengar dari Pengurus Jang bahwa putra ayah dari luar negri tiba. Dan aku juga membuatkan sarapan untuk oppa.” Tia memberikan sepiring pancake yang sama seperti yang disuguhkan untuk Presdir.

“Kris. Cobalah ini lezat.” Ucap Presdir memberitahu Kris. Kris mulai mengambil sendok dan mulai mengiris pancake, kemudian mencobanya.

“Untuk perkenalan dan pertemuan kita pertama kali, seharusnya oppa akan menikmati pancake buatanku sampai habis.” Tia berucap penuh arti sambil memandang Kris. “Benar begitukan ayah…” tanya Tia sedikit manja pada Presdir.

“Kris, kau harus menghabiskannya…kau harus menghargai usaha Tia. Dia telah membuatkan sarapan dari tadi pagi untuk kita.” Ucap Presdir kemudian melanjutkan menikmati pancake buatan Tia.

Kris hanya diam saja memandang Tia sambil melotot, tapi Tia hanya tersenyum. Pancake Kris masih ada dalam mulut dan belum ditelan sama sekali.

Dasar! Wanita gila! Pancake apa yang kau beri untukku, hah?! Tanya Kris dalam hati sambil melihat kearah Tia.

Memang enak? Kau makan pancake dengan rasa asin. Dasar pria kasar! Rasakan kau! Ucap Tia dalam hati sambil tersenyum ke arah Kris penuh kemenangan.

&&&&&  

“Pengurus Jang,” panggil Kris. “Dimana wanita itu?”

“Wanita?” pengurus Jang sedikit bingung.

“Maksudku, orang yang ditolong oleh ayah.”

“Dari tadi pagi nona Tia sudah pergi. Dia berangkat bersama dengan Presdir. Ada apa tuan muda?”

“Ani. Tidak ada apa-apa.” Kris menggeleng pelan. “Pengurus Jang, aku akan keluar sebentar.”

“Baik. Silahkan tuan muda.”

&&&&&

“Huahahahaha!” suara tawa menggelegar. “Benarkah?!” tanya Xiu Min menyakinkan. Kris menceritakan sesuatu pada Xiu Min siang hari saat jam makan siang, dan membuat Xiu Min tertawa tiada henti. Saat itu mereka bertemu disebuah restoran dekat tempat kerja Xiu Min.

“Ya.” Kris menjawab dengan tidak bersemangat.

“Daebak!” Xiu Min secara spontan bertepuk tangan, membuat Kris memandang dengan aneh.

“Kenapa denganmu?” Kris bertanya tanpa ekspresi.

“Aku heran, kenapa bisa, wanita yang mencuri dompetmu malah tinggal di rumahmu? Dan ayahmu sangat menyukainya.”

“Aku sendiri juga tidak tahu.”

“Yah! Kris –ah, mungkin kalian berjodoh.”

“Akan ku tonjok mulutmu.” Ucap Kris dengan nada yang datar.

“O….hohohoho! Kenapa kau marah?” Xiu Min tetap tertawa. “Dan tadi pagi kau dibuatkan pancake olehnya. Bukankah dia wanita yang baik?”

“Bukan karena dia baik. Dia mengerjaiku, pancake-nya sangat asin sekali.”

“Wah hahahaha!” Xiu Min tambah meledak. “Kau sudah kalah langkah dengannya.”

“Kenapa kau  sangat menikmati ceritaku?” Kris mulai kesal dengan tanggapan Xiu Min.

“Kris, jika orang yang kau ceritakan tidak tertawa, itu tidak normal.”

“Sepertinya memang kau tidak normal Xiu Min –ah…” Kris beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Xiu Min yang masih menahan tawa.

“Kris! Oediya?” panggil Xiu Min.

“Tertawalah sampai kenyang, sebelum jam makan siangmu habis.” Jawab Kris yang sudah berjalan menjauh.

&&&&&

Tia membawa beberapa kantong plastic ditangannya, dan berjalan kembali menyusuri daerah yang padat dengan pemukiman. Tibalah Tia ditempat yang Tia tuju, seperti biasa Tia disambut oleh beberapa anak-anak yang terlihat sedang berada dihalaman.

“Melanie!!!” Tia memanggil seseorang.

“Tia!!!” orang yang dipanggilpun tak kalah keras menyebut nama Tia. Mereka pun kemudian berpelukan, seperti sudah lama tidak bertemu.

“Kenapa kau lama tidak mampir ke rumah?” tanya Melanie saat mereka sudah melepas pelukan.

“Beberapa hari yang lalu aku datang ke rumah, tapi saat kau tidak ada.” Tia menjelaskan.

“O! benarkah?”

“Benar, eonni, Tia eonni datang untuk menemui kita.” Sahut anak keci yang ada disamping mereka. Melanie tersenyum pada anak kecil itu dan dengan lembut menyentuh pipinya. “Soo Hee senang Tia eonni datang?” tanyanya pada anak kecil itu.

“Tentu saja Melanie eonni, karena Tia eonni baik dan selalu membawakan aku buku gambar dan pensil warna, sehingga aku bisa menggambar setiap hari.” Jawab Soo Hee polos. Tia dan Melanie tertawa bersama mendengar jawaban yang diucapkan Soo Hee.

Beberapa saat kemudian Tia dan Melanie sudah berada di halaman rumah itu. Mereka duduk dibangku ayunan yang ada di halaman, biasa digunakan untuk bermain anak-anak yang ada dirumah itu.
Di halaman itu ada beberapa permainan sederhana untuk anak-anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran kecil, bisa dikatakan mirip seperti taman bermain kanak-kanak.

“Apakah kau merasa tenang?” tanya Melanie.

“Aku tenang jika aku berada disini.” Jawab Tia kemudian menghela nafas.

“Wae? Apakah ada masalah denganmu?” Melanie bertanya pada temannya semasa kecil.

“Aku ingin kembali ke rumah ini tapi tidak bisa. Dan akupun tak nyaman tinggal di rumah ayah.” Raut muka Tia berubah sedih. “Jika aku bisa memilih, aku ingin tinggal di rumah ini bersama dengan kalian semua.”

“Tia…” Melanie memegang tangan teman kecilnya. “Kau harus bersyukur bahwa kau bisa berkumpul dengan keluargamu.” Melanie mencoba menguatkan.

“Noona!” seseorang berteriak ketika masuk ke halaman dengan gembira. Tia dan Melanie langsung menoleh ke arahnya, yang ternyata Jae Sook.
“Tia noona.” Orang itu telah mendekat pada Tia dan Melanie. “Noona, aku tadi bertemu dengan orang aneh.” Tia dan Melanie mereka sedikit terkejut dengan perkataan Jae Sook.

“Nugu?” tanya Melanie.

“Molayo. Orang itu mengamati kalian terus saat noona sedang berbincang. Saat aku tanya, ada yang bisa saya Bantu tuan. Orang itu hanya tersenyum dan menggeleng kemudian pergi.” Jae Sook menjelaskan dengan rinci. Membuat Tia dan Melanie saling berpandangan dan dengan kontak mata saling bertanya.

bersambung,,,

1 komentar:

  1. Selamat ulang tahun JO TWINS (YOUNG MIN KWANG MIN) 24 04 2014
    :-)

    BalasHapus