Sabtu, 03 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 7



Part 7

“Benarkah?” Lay melotot tak percaya dengan matanya yang memang dari kecil sudah sayu. “Kris Hyung mulai bekerja hari ini?”

“Wae?” Xiu Min menoleh heran pada Lay “Memang ada yang aneh jika Kris mulai mengurus perusahaannya?”

“Ani... hanya saja, aku takut dia akan memulai rencananya.”

“Itu urusan pribadinya, kita tidak usah ikut campur.” Xiu Min coba mengingatkan.

“Semoga itu tidak berjalan terlalu jauh Hyung.”

“Kris tahu bagaimana ia harus melangkah.” Lay hanya mengangguk-angguk mendengarkan Xiu Min.

&&&&&

Para staf dan pegawai dikumpulkan, mereka akan mendengarkan suatu pengumuman. Sekretaris Choi sudah memulai membuka acara, disana juga ada Presdir dan Kris. Sekretaris Choi mulai memperkenalkan pada para staf dan pegawai, putra dari Presdir perusahaan mereka yang akan bergabung mengurus perusahaan.

“Saya berharap kita semua dapat bekerja dengan baik.” Itulah kata-kata yang diucapkan Kris setelah mengucapkan beberapa kata sambutan.

Staf dan pegawai wanita disana begitu terkagum dan terpesona melihat Kris berdiri dihadapan mereka. Mereka seperti melihat malaikat surga turun.

“Aku akan betah bekerja disini, hanya untuk melihat manager Kris.” Ucap lirih seorang pegawai wanita pada teman disebelahnya.

“Hatiku sudah tertusuk dalam.” Teman disebelahnya menanggapi.

&&&&&

“Melanie!!!” teriak Tia memanggil teman kecilnya. Terlihat Melanie sedikit risih dengan teriakan itu. “Gwaenchana?! Siapa yang menabrakmu hah?! Akan kupatahkan tangan dan kakinya.” Tia kaget melihat lutut Melanie yang dibalut.

“Tia, aku baik-baik saja. Tidak usah kwatir.” Melanie coba menenangkan Tia.

“Apakah orang itu kabur begitu saja?”

“Ani. Orang itu tidak kabur, ia bahkan membawaku ke klinik untuk mengobati lukaku.”

“Awas saja…” Tia terlihat geram.

“Oya, kau membawa apa saja?” tanya Melanie untuk mengalihkan perhatian.

“O! ini aku membawa barang-barang keperluan rumah, dan juga aku membawa buku untuk anak-anak.” Tia memperlihatkan barang bawaannya.

“Tia…” panggil Melanie, Tia menoleh. “Aku takut…”

“Takut? Kenapa kau bisa takut?”

“Aku takut kalau ada yang tahu kau ke sini tiap hari,,” Melanie mencemaskan Tia. “Tiap hari kau muncul di rumah, jika suatu hari kau kepergok. Mungkin kau akan ditangkap.” Tia terdiam memandang temannya.

“Aku juga berfikir begitu.” Tia menghela nafas. “Aku malah berfikir akan membahayakan orang-orang rumah juga.”

“Aku ingin kau terus ada disini, tapi ayahmu lebih membutuhkanmu pastinya.”

&&&&&

“Apakah kau kemarin pergi menemui Chan Sung?”

“Ya ayah, memang kenapa?” Soa balik bertanya.

“Kenapa kau menemui Chan Sung? Bagaimana kalau bibi mu tahu?” ibu ikut bertanya dengan cemas.

“Ayah dan ibu tidak usah kwatir, aku hanya menemui Chan Sung saja.” Soa terlihat cuek.

“Kita tidak usah berurusan dengan bibi mu.” Ibu mencoba mengingatkan.

“Kau tidak usah mengatakan yang tidak penting pada Chan Sung.” Ayah coba memberitahu.

“Kenapa ayah dan ibu bersikap begitu?” Soa balik bertanya. “Mana mungkin aku membicarakan hal yang tidak penting dengan Chan Sung. Aku hanya ingin meluruskan jalan saja.” Soa tersenyum pada ayah dan ibunya.

“Soa –ah…” ibu menatap Soa dengan raut muka kwatir.

&&&&&

Tia melangkah dengan lemas, ia menunduk saja saat berjalan masuk ke halaman rumah. Terlihat tidak bersemangat, Tia sudah masuk ke dalam rumah. Tia sudah menaruh tasnya di kamar dan segera keluar lagi untuk membantu Pengurus Jang menyiapkan makan malam.

“Pengurus Jang, ada yang bisa ku Bantu?” Tia mencoba memberikan senyum.

“Tia, tolong kau bersihkan dulu ruang baca ya.. aku tadi belum sempat membersihkannya.” Pinta pengurus Jang.

“Siap!” Tia dengan segera pergi ke ruang baca dan mulai membersihkan ruang baca tersebut. Ruangan itu biasa digunakan Presdir untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang mungkin tertunda. Tia dengan cepat membersihkan ruangan itu, sesekali Tia juga sambil berdendang. Tia merapikan barang-barang yang berserakan, tanpa sengaja Tia menyenggol sebuah buku sehingga buku itu terjatuh.
Tia sedikit berlari-lari menemui pengurus Jang, pengurus Jang heran dengan Tia yang berlari-lari ke arahnya.

“Pengurus Jang.” Panggil Tia, dan Tia menunjukkan sesuatu. “Aku ingin melakukan sesuatu.” Ucap Tia sambil tersenyum pada pengurus Jang.

&&&&&

“Bagaimana manager Kris?” tanya Xiu Min menggoda.

“Wae?” Kris bertanya, menanggapi tanpa ekspresi.

“Bagaimana kerja pertamamu?”

“Belum banyak yang terlalu aku urus.”

“Apakah kau serius mengurus perusahaanmu hyung?” Lay juga ikut bertanya.

“Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya aku serius atau tidak?” Kris binggung dengan pertanyaan Lay. “Apakah kau meragukan kemampuanku?”

“Hehehehe. Ani. Hanya saja, aku tidak percaya kau sekarang mulai mengurus bisnis.”

“Aku adalah satu-satunya harapan ayah.” Kris mengucapkan kata-kata dengan serius.

“Kita berharap yang terbaik untukmu hyung.” Ucap Lay.

“Oya, dimana Tao? Kenapa ia belum datang?” tiba-tiba Xiu Min teringat pada Tao.

“Aku tidak tahu. Dia juga tidak memberi kabar.” Jawab Lay.

“Apa mungkin Tao mampir ke suatu tempat?” Kris mengira-ira.

“Kemana?” tanya Lay dan Xiu Min bersamaan dan dijawab Kris dengan gerakan bahu terangkat, yang menandakan Kris juga tidak tahu.

&&&&&

Melanie melangkahkan kakinya dengan cepat dan terburu-buru. Tapi langkahnya kalah cepat dengan orang yang ada dibelakangnya. Orang tersebut meraih tangan Melanie sehingga Melanie terhenti.
Melanie didorong ke tembok dan ia tidak bisa berkutik. Melanie tampak ketakutan pada dua orang dengan baju hitam-hitam, sudah seperti rentenir yang menagih hutang.
Ke dua orang itu seperti menanyakan sesuatu hal pada Melanie, dan Melanie hanya menggeleng-geleng menjawab dua orang tersebut.

“Nona, kau harus membantu kami.” Ucap salah seorang dari mereka.

“Aku tidak tahu.” Jawab Melanie dengan muka pucat. “Kenapa kalian terus mencari kemari, dia tidak pernah kemari lagi.”

“Tidak mungkin.”

Terlihat ada kesempatan, Melanie mulai berlari dari dua orang tersebut. Dengan segera dua orang tadi mengejar Melanie. Tapi tiba-tiba saja dua orang tadi dihadang oleh seseorang.

“Tidak jantan jika dua orang laki-laki mengejar satu orang wanita yang lemah.” Kata orang yang menghadang itu.

“Anda tidak tahu apa-apa. Lebih baik anda menyingkir.” Kata salah satu orang yang berbaju hitam itu. Karena penghadang itu tidak mau menyingkir, akhirnya terjadilah perkelahian. Penghadang itu sangat gesit menghadapi dua orang berbaju hitam yang mengejar Melanie. Tanpa mengunakan senjata penghadang itu bisa membuat dua orang itu kewalahan.
Tiba-tiba salah satu dari orang itu melemparkan tongkat ke arah penghadang itu, dan tak disangka penghadang itu malah menangkap tongkat itu dengan satu tangannya. Penghadang itu memainkan tongkat yang ditangkapnya tadi seperti toya, seperti ahli wushu. Dengan sentuhan kecil pada tongkat yang dimainkannya, ia memukulkannya pada dua orang berbaju hitam itu hingga mereka kesakitan dan akhirnya menyerah.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar