Part 7
“Benarkah?” Lay melotot
tak percaya dengan matanya yang memang dari kecil sudah sayu. “Kris Hyung mulai
bekerja hari ini?”
“Wae?” Xiu Min menoleh
heran pada Lay “Memang ada yang aneh jika Kris mulai mengurus perusahaannya?”
“Ani... hanya saja, aku
takut dia akan memulai rencananya.”
“Itu urusan pribadinya,
kita tidak usah ikut campur.” Xiu Min coba mengingatkan.
“Semoga itu tidak berjalan
terlalu jauh Hyung.”
“Kris tahu bagaimana ia
harus melangkah.” Lay hanya mengangguk-angguk mendengarkan Xiu Min.
&&&&&
Para staf dan pegawai
dikumpulkan, mereka akan mendengarkan suatu pengumuman. Sekretaris Choi sudah
memulai membuka acara, disana juga ada Presdir dan Kris. Sekretaris Choi mulai
memperkenalkan pada para staf dan pegawai, putra dari Presdir perusahaan mereka
yang akan bergabung mengurus perusahaan.
“Saya berharap kita semua
dapat bekerja dengan baik.” Itulah kata-kata yang diucapkan Kris setelah
mengucapkan beberapa kata sambutan.
Staf dan pegawai wanita
disana begitu terkagum dan terpesona melihat Kris berdiri dihadapan mereka.
Mereka seperti melihat malaikat surga turun.
“Aku akan betah bekerja
disini, hanya untuk melihat manager Kris.” Ucap lirih seorang pegawai wanita
pada teman disebelahnya.
“Hatiku sudah tertusuk
dalam.” Teman disebelahnya menanggapi.
&&&&&
“Melanie!!!” teriak Tia
memanggil teman kecilnya. Terlihat Melanie sedikit risih dengan teriakan itu.
“Gwaenchana?! Siapa yang menabrakmu hah?! Akan kupatahkan tangan dan kakinya.”
Tia kaget melihat lutut Melanie yang dibalut.
“Tia, aku baik-baik saja.
Tidak usah kwatir.” Melanie coba menenangkan Tia.
“Apakah orang itu kabur
begitu saja?”
“Ani. Orang itu tidak
kabur, ia bahkan membawaku ke klinik untuk mengobati lukaku.”
“Awas saja…” Tia terlihat
geram.
“Oya, kau membawa apa
saja?” tanya Melanie untuk mengalihkan perhatian.
“O! ini aku membawa
barang-barang keperluan rumah, dan juga aku membawa buku untuk anak-anak.” Tia
memperlihatkan barang bawaannya.
“Tia…” panggil Melanie,
Tia menoleh. “Aku takut…”
“Takut? Kenapa kau bisa
takut?”
“Aku takut kalau ada yang
tahu kau ke sini tiap hari,,” Melanie mencemaskan Tia. “Tiap hari kau muncul di
rumah, jika suatu hari kau kepergok. Mungkin kau akan ditangkap.” Tia terdiam
memandang temannya.
“Aku juga berfikir
begitu.” Tia menghela nafas. “Aku malah berfikir akan membahayakan orang-orang
rumah juga.”
“Aku ingin kau terus ada
disini, tapi ayahmu lebih membutuhkanmu pastinya.”
&&&&&
“Apakah kau kemarin pergi
menemui Chan Sung?”
“Ya ayah, memang kenapa?”
Soa balik bertanya.
“Kenapa kau menemui Chan
Sung? Bagaimana kalau bibi mu tahu?” ibu ikut bertanya dengan cemas.
“Ayah dan ibu tidak usah
kwatir, aku hanya menemui Chan Sung saja.” Soa terlihat cuek.
“Kita tidak usah berurusan
dengan bibi mu.” Ibu mencoba mengingatkan.
“Kau tidak usah mengatakan
yang tidak penting pada Chan Sung.” Ayah coba memberitahu.
“Kenapa ayah dan ibu
bersikap begitu?” Soa balik bertanya. “Mana mungkin aku membicarakan hal yang
tidak penting dengan Chan Sung. Aku hanya ingin meluruskan jalan saja.” Soa
tersenyum pada ayah dan ibunya.
“Soa –ah…” ibu menatap Soa
dengan raut muka kwatir.
&&&&&
Tia melangkah dengan
lemas, ia menunduk saja saat berjalan masuk ke halaman rumah. Terlihat tidak
bersemangat, Tia sudah masuk ke dalam rumah. Tia sudah menaruh tasnya di kamar
dan segera keluar lagi untuk membantu Pengurus Jang menyiapkan makan malam.
“Pengurus Jang, ada yang
bisa ku Bantu?” Tia mencoba memberikan senyum.
“Tia, tolong kau bersihkan
dulu ruang baca ya.. aku tadi belum sempat membersihkannya.” Pinta pengurus
Jang.
“Siap!” Tia dengan segera
pergi ke ruang baca dan mulai membersihkan ruang baca tersebut. Ruangan itu
biasa digunakan Presdir untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang mungkin
tertunda. Tia dengan cepat membersihkan ruangan itu, sesekali Tia juga sambil
berdendang. Tia merapikan barang-barang yang berserakan, tanpa sengaja Tia
menyenggol sebuah buku sehingga buku itu terjatuh.
Tia sedikit berlari-lari
menemui pengurus Jang, pengurus Jang heran dengan Tia yang berlari-lari ke
arahnya.
“Pengurus Jang.” Panggil
Tia, dan Tia menunjukkan sesuatu. “Aku ingin melakukan sesuatu.” Ucap Tia
sambil tersenyum pada pengurus Jang.
&&&&&
“Bagaimana manager Kris?”
tanya Xiu Min menggoda.
“Wae?” Kris bertanya, menanggapi
tanpa ekspresi.
“Bagaimana kerja
pertamamu?”
“Belum banyak yang terlalu
aku urus.”
“Apakah kau serius
mengurus perusahaanmu hyung?” Lay juga ikut bertanya.
“Apa maksudmu? Kenapa kau
bertanya aku serius atau tidak?” Kris binggung dengan pertanyaan Lay. “Apakah
kau meragukan kemampuanku?”
“Hehehehe. Ani. Hanya
saja, aku tidak percaya kau sekarang mulai mengurus bisnis.”
“Aku adalah satu-satunya
harapan ayah.” Kris mengucapkan kata-kata dengan serius.
“Kita berharap yang
terbaik untukmu hyung.” Ucap Lay.
“Oya, dimana Tao? Kenapa
ia belum datang?” tiba-tiba Xiu Min teringat pada Tao.
“Aku tidak tahu. Dia juga
tidak memberi kabar.” Jawab Lay.
“Apa mungkin Tao mampir ke
suatu tempat?” Kris mengira-ira.
“Kemana?” tanya Lay dan
Xiu Min bersamaan dan dijawab Kris dengan gerakan bahu terangkat, yang
menandakan Kris juga tidak tahu.
&&&&&
Melanie melangkahkan
kakinya dengan cepat dan terburu-buru. Tapi langkahnya kalah cepat dengan orang
yang ada dibelakangnya. Orang tersebut meraih tangan Melanie sehingga Melanie
terhenti.
Melanie didorong ke tembok
dan ia tidak bisa berkutik. Melanie tampak ketakutan pada dua orang dengan baju
hitam-hitam, sudah seperti rentenir yang menagih hutang.
Ke dua orang itu seperti
menanyakan sesuatu hal pada Melanie, dan Melanie hanya menggeleng-geleng
menjawab dua orang tersebut.
“Nona, kau harus membantu
kami.” Ucap salah seorang dari mereka.
“Aku tidak tahu.” Jawab
Melanie dengan muka pucat. “Kenapa kalian terus mencari kemari, dia tidak
pernah kemari lagi.”
“Tidak mungkin.”
Terlihat ada kesempatan,
Melanie mulai berlari dari dua orang tersebut. Dengan segera dua orang tadi
mengejar Melanie. Tapi tiba-tiba saja dua orang tadi dihadang oleh seseorang.
“Tidak jantan jika dua
orang laki-laki mengejar satu orang wanita yang lemah.” Kata orang yang
menghadang itu.
“Anda tidak tahu apa-apa.
Lebih baik anda menyingkir.” Kata salah satu orang yang berbaju hitam itu.
Karena penghadang itu tidak mau menyingkir, akhirnya terjadilah perkelahian.
Penghadang itu sangat gesit menghadapi dua orang berbaju hitam yang mengejar
Melanie. Tanpa mengunakan senjata penghadang itu bisa membuat dua orang itu
kewalahan.
Tiba-tiba salah satu dari
orang itu melemparkan tongkat ke arah penghadang itu, dan tak disangka
penghadang itu malah menangkap tongkat itu dengan satu tangannya. Penghadang
itu memainkan tongkat yang ditangkapnya tadi seperti toya, seperti ahli wushu.
Dengan sentuhan kecil pada tongkat yang dimainkannya, ia memukulkannya pada dua
orang berbaju hitam itu hingga mereka kesakitan dan akhirnya menyerah.
bersambung,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar