Part 3
Kris sudah menaiki tangga
menuju kamarnya untuk beristirahat. Saat ia akan sampai ke kamarnya, ia melihat
ada keanehan pada ruangan tak jauh dari kamarnya. Kris mencoba masuk ruangan
itu, ia memperhatikan dengan seksama ruangan itu. Alis Kris bertaut, ia
menemukan hal aneh yang dulu tidak terdapat pada ruangan yang tak jauh dari
kamarnya.
Kris kemudian turun lagi
dan mencoba mencari penjelasan dari Pengurus Jang. Pengurus Jang adalah orang
yang telah lama bekerja dengan keluarganya. Sehingga pengurus Jang tahu seluk
beluk sejarah dari keluarga Kris.
“Permisi pengurus Jang,”
panggil Kris pada pengurus Jang yang saat itu sedang melakukan suatu pekerjaan.
“Ya, tuan muda.”
“Ada apa dengan ruang sebelah kamarku? Aku
melihat ada perubahan di dalamnya.” Kris yang penasaran mulai menanyakan.
“O…begini tuan muda, tentang
ruangan itu. Kemarin Presdir menolong seorang nona, dan Presdir menyuruhnya
untuk menempati ruangan itu.” Pengurus Jang mulai menjelaskan.
&&&&&
Tia menjadi beku di depan
cermin, memang air yang dipakai untuk mandi saat itu dingin. Tapi Tia menjadi
beku karena melihat sosok yang ada di dalam cermin. Tia pelan-pelan memutar
tubuhnya untuk melihat bayangan itu nyata atau tidak.
“Anyeong.” Suara seseorang
menyapa. Menandakan bahwa bayangan di cermin yang ia lihat itu nyata. Tia
tersenyum, tapi tersenyum takut. “Kita bertemu.” Dia mendekat pada Tia yang
saat itu sudah berdiri kaku.
“An…nyeong…” terbata Tia
menjawab sapaannya. Dia tetap mendekat pada Tia sambil memperlihatkan suatu
benda yang ada ditangannya. Benda yang dipegangnya sudah berada tepat lima sentimeter dimuka
Tia.
“Ini. Kenapa bisa ada
apamu?” tanyanya saat itu mendekatkan benda itu didepan muka Tia. “Hah!
Seharusnya aku tidak bertanya begitu padamu. Aku tidak tahu kenapa domba bisa
masuk ke dalam sarang singa yang sedang mengamuk kelaparan.” Tia berusaha untuk
kabur dari kamar itu, tapi dengan cepat orang itu menarik rambut Tia. Tia
berhenti berlari dan kesakitan.
“A!!” Tia mencoba untuk
tidak menjauh. “Sakit!” ucap Tia kesakitan. Orang itu melepaskan rambut Tia,
tapi dengan sigap dia sudah meraih tangan Tia dan memegangnya dengan kuat.
“Apa kau akan kabur?
Hah?!” tanyanya lebih erat mengengam tangan Tia sehingga Tia mulai kesakitan.
“Ani. Aku tidak ingin
kabur. Aku ingin ke kamar mandi.” Jawab Tia sambil menahan rasa sakit di
tangannya. Orang itu tersenyum menyindir seperti tahu maksud Tia.
“Kamar mandi bukan disana
pintunya, tapi disana.” Tia sudah mati kutu, karena niatnya sudah bisa
tertebak.
&&&&&
“Presdir, silahkan minum
vitamin anda.” Sekretaris Choi memberikan beberapa vitamin yang sudah
disediakan untuk majikannya. Presdir menerima kemudian meminumnya segera.
“Hari ini aku akan mimpi
indah.” Presdir mulai memposisikan dirinya untuk tidur.
“Setiap hari anda akan
mimpi indah Presdir.”
“Tapi aku akan lebih mimpi
indah lagi Sekretaris Choi. Karena ada anak perempuan di rumah ini. Putriku
juga pasti senang melihatnya.”
“Ya, Presdir. Saya juga
ingin memberitahu bahwa tuan muda sudah sampai di rumah.”
“Anak itu. Dia pulang dan
langsung bersenang-senang dengan temannya. Kebiasaannya tidak berubah.”
“Tapi, tuan muda sudah
berusaha menemui anda di kantor.”
“Ya. Aku tahu.” Presdir
sudah memejamkan matanya.
“Baiklah kalau begitu,
silahkan beristirahat Presdir.” Sekretaris Choi berpamitan dan keluar dari
kamar presdir.
&&&&&
Tia sudah duduk dihadapan
orang yang menarik rambutnya dan menggenggam tangannya dengan kuat. Suasana
kamarnya seperti ruang persidangan, hanya ada tersangka dan hakim.
“Kau tidak usah kwatir,
aku akan segera mengembalikan uangmu itu.” Tia menjelaskan sambil memegang
tangannya yang sakit.
“Hah?! Darimana kau dapat
uang sebanyak itu untuk mengembalikan uang yang telah kau curi?” dengan
pandangan sinis.
“Apa kau tidak bisa
berpikir?” Tia balik bertanya dan pertanyaan itu membuat orang dihadapannya
sedikit kesal. “Aku kan
bisa mencari pekerjaan.”
“Dengan mencuri di tempat
lain?”
“Kau?!”
“Benarkan ucapanku?”
“Jangan meremehkanku.
Lagian aku hanya mengambil beberapa lembar uang yang berada di dompetmu. Apa
kau pikir kau kaya?”
“Apa kau buta? Sekarang
kau tinggal dimana?”
“Ini rumah Presdir, bukan
rumahmu.” Jawab Tia tak mau kalah.
“Kelak ini juga akan
menjadi rumahku.”
“Itu urusan nanti.”
Jawaban Tia lebih mengesalkan.
“Satu minggu. Dalam waktu
satu minggu kau harus mengembalikan uangku.” Ucap orang itu tiba-tiba.
“Hah?!” Tia tersentak.
“Ok! Kurang dari satu minggu aku akan kembalikan padamu.” Jawab Tia lebih
mantap.
“Deal! Apa yang diucapkan
tidak bisa ditarik lagi. Aku senang menunggu satu minggu ini, dan aku ingin
berlalu dengan cepat. Lagian kau tidak bisa lari kemana-mana.” Orang itu
berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar Tia.
&&&&&
Tia duduk dengan tenang
dan meminum sebotol cola float with cream yang ia pesan. Seseorang datang
menuju ke arah meja Tia.
“Eonni!” sapanya sambil
melambaikan tangan. Wanita itu telah sampai dan duduk di depan Tia. Tia
terlihat sangat senang melihat kedatangannya.
“Kenapa kau ingin bertemu
denganku?” tanya wanita itu ketika sudah duduk.
“Eonni, kenapa kau tidak
minum dulu, kau pasti lelahkan?” Tia mencoba menawarkan sesuatu untuk mengalihkan
perhatian.
“Aku tahu segala
gelagatmu. Apa ada apa?” wanita itu memandang Tia dengan penuh curiga. Tia
sudah tertebak, dan tidak akan basa-basi lagi.
“Begini eonni, aku pinjam
uangmu.” Ucap Tia lirih.
“Mwo?!”
“Hush…eonni, kenapa kau
berteriak?” Tia menoleh ke sekitar sapa tahu saja ada yang terganggu dengan
suara saudaranya.
“Untuk apa? Apa kau
membuat masalah?” tanyanya cemas.
“Ani…ania… eonni tenang
dulu. Aku pinjam karena ada temanku yang membutuhkan, eonni. Jadi tolong
pinjami aku ya…. Jebal….”
“Tia, kenapa kau tidak
pulang ke rumah saja. Dan berhenti membuat masalah lagi.” Wanita itu
menasehati.
“Eonni, aku bertemu untuk
meminta bantuanmu. Kenapa kau malah menasehatiku seperti itu? Jika tahu begini,
aku tidak akan menemui eonni.” Tia sudah akan beranjak dari tempat duduknya.
“Tia, apakah begitu
sikapmu terhadap eonni?” Tia tidak jadi pergi dan duduk kembali dengan muka
cemberut.
“Eonni, sekarang
jawabannya adalah eonni mau membantuku atau tidak?”
“Kapan aku tidak pernah
membantumu?” Tia senang mendengar jawaban dari saudaranya.
“Gomawo eonni.” Tia
tersenyum senang.
“Sekarang kau tinggal
dimana?”
“Aku tinggal di rumah
teman. Eonni tenang saja, dia baik padaku.”
“Apa kau tidak berniat
pulang ke rumah? Ayahmu pasti merindukanmu.” Tia hanya tertunduk mendengar
pertanyaan saudaranya. Tanpa Tia tahu dia harus menjawab apa pertanyaan itu.
Tia juga merasa ingin pulang ke rumah, bertemu dengan ayahnya. Tapi Tia merasa
belum ada waktu yang tepat untuk melakukannya.
bersambung,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar