Selasa, 22 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 3



Part 3

Kris sudah menaiki tangga menuju kamarnya untuk beristirahat. Saat ia akan sampai ke kamarnya, ia melihat ada keanehan pada ruangan tak jauh dari kamarnya. Kris mencoba masuk ruangan itu, ia memperhatikan dengan seksama ruangan itu. Alis Kris bertaut, ia menemukan hal aneh yang dulu tidak terdapat pada ruangan yang tak jauh dari kamarnya.
Kris kemudian turun lagi dan mencoba mencari penjelasan dari Pengurus Jang. Pengurus Jang adalah orang yang telah lama bekerja dengan keluarganya. Sehingga pengurus Jang tahu seluk beluk sejarah dari keluarga Kris.

“Permisi pengurus Jang,” panggil Kris pada pengurus Jang yang saat itu sedang melakukan suatu pekerjaan.

“Ya, tuan muda.”

“Ada apa dengan ruang sebelah kamarku? Aku melihat ada perubahan di dalamnya.” Kris yang penasaran mulai menanyakan.

“O…begini tuan muda, tentang ruangan itu. Kemarin Presdir menolong seorang nona, dan Presdir menyuruhnya untuk menempati ruangan itu.” Pengurus Jang mulai menjelaskan.

&&&&&

Tia menjadi beku di depan cermin, memang air yang dipakai untuk mandi saat itu dingin. Tapi Tia menjadi beku karena melihat sosok yang ada di dalam cermin. Tia pelan-pelan memutar tubuhnya untuk melihat bayangan itu nyata atau tidak.

“Anyeong.” Suara seseorang menyapa. Menandakan bahwa bayangan di cermin yang ia lihat itu nyata. Tia tersenyum, tapi tersenyum takut. “Kita bertemu.” Dia mendekat pada Tia yang saat itu sudah berdiri kaku.

“An…nyeong…” terbata Tia menjawab sapaannya. Dia tetap mendekat pada Tia sambil memperlihatkan suatu benda yang ada ditangannya. Benda yang dipegangnya sudah berada tepat lima sentimeter dimuka Tia.

“Ini. Kenapa bisa ada apamu?” tanyanya saat itu mendekatkan benda itu didepan muka Tia. “Hah! Seharusnya aku tidak bertanya begitu padamu. Aku tidak tahu kenapa domba bisa masuk ke dalam sarang singa yang sedang mengamuk kelaparan.” Tia berusaha untuk kabur dari kamar itu, tapi dengan cepat orang itu menarik rambut Tia. Tia berhenti berlari dan kesakitan.

“A!!” Tia mencoba untuk tidak menjauh. “Sakit!” ucap Tia kesakitan. Orang itu melepaskan rambut Tia, tapi dengan sigap dia sudah meraih tangan Tia dan memegangnya dengan kuat.

“Apa kau akan kabur? Hah?!” tanyanya lebih erat mengengam tangan Tia sehingga Tia mulai kesakitan.

“Ani. Aku tidak ingin kabur. Aku ingin ke kamar mandi.” Jawab Tia sambil menahan rasa sakit di tangannya. Orang itu tersenyum menyindir seperti tahu maksud Tia.

“Kamar mandi bukan disana pintunya, tapi disana.” Tia sudah mati kutu, karena niatnya sudah bisa tertebak.

&&&&&

“Presdir, silahkan minum vitamin anda.” Sekretaris Choi memberikan beberapa vitamin yang sudah disediakan untuk majikannya. Presdir menerima kemudian meminumnya segera.

“Hari ini aku akan mimpi indah.” Presdir mulai memposisikan dirinya untuk tidur.

“Setiap hari anda akan mimpi indah Presdir.”

“Tapi aku akan lebih mimpi indah lagi Sekretaris Choi. Karena ada anak perempuan di rumah ini. Putriku juga pasti senang melihatnya.”

“Ya, Presdir. Saya juga ingin memberitahu bahwa tuan muda sudah sampai di rumah.”

“Anak itu. Dia pulang dan langsung bersenang-senang dengan temannya. Kebiasaannya tidak berubah.”

“Tapi, tuan muda sudah berusaha menemui anda di kantor.”

“Ya. Aku tahu.” Presdir sudah memejamkan matanya.

“Baiklah kalau begitu, silahkan beristirahat Presdir.” Sekretaris Choi berpamitan dan keluar dari kamar presdir.

&&&&&

Tia sudah duduk dihadapan orang yang menarik rambutnya dan menggenggam tangannya dengan kuat. Suasana kamarnya seperti ruang persidangan, hanya ada tersangka dan hakim.

“Kau tidak usah kwatir, aku akan segera mengembalikan uangmu itu.” Tia menjelaskan sambil memegang tangannya yang sakit.

“Hah?! Darimana kau dapat uang sebanyak itu untuk mengembalikan uang yang telah kau curi?” dengan pandangan sinis.

“Apa kau tidak bisa berpikir?” Tia balik bertanya dan pertanyaan itu membuat orang dihadapannya sedikit kesal. “Aku kan bisa mencari pekerjaan.”

“Dengan mencuri di tempat lain?”

“Kau?!”

“Benarkan ucapanku?”

“Jangan meremehkanku. Lagian aku hanya mengambil beberapa lembar uang yang berada di dompetmu. Apa kau pikir kau kaya?”

“Apa kau buta? Sekarang kau tinggal dimana?”

“Ini rumah Presdir, bukan rumahmu.” Jawab Tia tak mau kalah.

“Kelak ini juga akan menjadi rumahku.”

“Itu urusan nanti.” Jawaban Tia lebih mengesalkan.

“Satu minggu. Dalam waktu satu minggu kau harus mengembalikan uangku.” Ucap orang itu tiba-tiba.

“Hah?!” Tia tersentak. “Ok! Kurang dari satu minggu aku akan kembalikan padamu.” Jawab Tia lebih mantap.

“Deal! Apa yang diucapkan tidak bisa ditarik lagi. Aku senang menunggu satu minggu ini, dan aku ingin berlalu dengan cepat. Lagian kau tidak bisa lari kemana-mana.” Orang itu berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar Tia.

&&&&&

Tia duduk dengan tenang dan meminum sebotol cola float with cream yang ia pesan. Seseorang datang menuju ke arah meja Tia.

“Eonni!” sapanya sambil melambaikan tangan. Wanita itu telah sampai dan duduk di depan Tia. Tia terlihat sangat senang melihat kedatangannya.

“Kenapa kau ingin bertemu denganku?” tanya wanita itu ketika sudah duduk.

“Eonni, kenapa kau tidak minum dulu, kau pasti lelahkan?” Tia mencoba menawarkan sesuatu untuk mengalihkan perhatian.

“Aku tahu segala gelagatmu. Apa ada apa?” wanita itu memandang Tia dengan penuh curiga. Tia sudah tertebak, dan tidak akan basa-basi lagi.

“Begini eonni, aku pinjam uangmu.” Ucap Tia lirih.

“Mwo?!”

“Hush…eonni, kenapa kau berteriak?” Tia menoleh ke sekitar sapa tahu saja ada yang terganggu dengan suara saudaranya.

“Untuk apa? Apa kau membuat masalah?” tanyanya cemas.

“Ani…ania… eonni tenang dulu. Aku pinjam karena ada temanku yang membutuhkan, eonni. Jadi tolong pinjami aku ya…. Jebal….”

“Tia, kenapa kau tidak pulang ke rumah saja. Dan berhenti membuat masalah lagi.” Wanita itu menasehati.

“Eonni, aku bertemu untuk meminta bantuanmu. Kenapa kau malah menasehatiku seperti itu? Jika tahu begini, aku tidak akan menemui eonni.” Tia sudah akan beranjak dari tempat duduknya.

“Tia, apakah begitu sikapmu terhadap eonni?” Tia tidak jadi pergi dan duduk kembali dengan muka cemberut.

“Eonni, sekarang jawabannya adalah eonni mau membantuku atau tidak?”

“Kapan aku tidak pernah membantumu?” Tia senang mendengar jawaban dari saudaranya.

“Gomawo eonni.” Tia tersenyum senang.

“Sekarang kau tinggal dimana?”

“Aku tinggal di rumah teman. Eonni tenang saja, dia baik padaku.”

“Apa kau tidak berniat pulang ke rumah? Ayahmu pasti merindukanmu.” Tia hanya tertunduk mendengar pertanyaan saudaranya. Tanpa Tia tahu dia harus menjawab apa pertanyaan itu. Tia juga merasa ingin pulang ke rumah, bertemu dengan ayahnya. Tapi Tia merasa belum ada waktu yang tepat untuk melakukannya.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar