Part 4
Kris masuk ke dalam
kamarnya dan melihat amplop coklat berada di atas meja. Kris mendekat dan
mengambil amplop itu kemudian membukanya. Kris melihat apa isinya dan kemudian
tersenyum sinis.
“Dari mana ia
mendapatkannya?” Kris bertanya sendiri kemudian melemparkan amplop coklat itu
kembali di atas meja. Kris kemudian mengganti baju untuk segera beristirahat.
&&&&&
“Selamat pagi ayah!” suara
Tia memenuhi ruang makan pagi ini. Presdir tersenyum dengan penuh kebahagiaan
disambut seperti itu oleh Tia.
“Selamat pagi putriku…”
Presdir balas menyapa Tia.
“Ayah, pagi ini aku
membuatkan pancake untuk ayah.” Ucap Tia penuh semangat sambil menuang madu
diatas pancake yang ia buat. “Ini.” Pancake yang sudah jadi disajikan didepan
Presdir. “Ayah cobalah.” Pinta Tia.
“Baiklah, ayah akan
mencobanya.” Presdir mulai mengambil sendok dan mengiris kecil pancake untuk
dicoba. “Mmm….massita.”
“Jinja-yo?” Tia penasaran.
“Jangan hanya untuk menyenangkanku ayah bilang enak ya…” Tia sedikit meragukan,
mereka berdua tertawa dengan renyah.
“Hm.” Suara seseorang
memudarkan tawa Tia dan Presdir.
“Yah! Dasar kau anak
nakal. Tidak sopan mengganggu orang yang sedang berbicara.”
“Selamat pagi ayah.” Sapa
orang itu dan sudah duduk dikursinya.
“Ayah ingin memperkenalkan
mu pada Tia.” Presdir menunjuk wanita muda yang duduk di sampingnya. “Dia mirip
dengan adikmu.” Presdir tersenyum pada Tia, tapi tidak orang yang duduk
dihadapan Tia. Pandangannya benar-benar tidak suka pada Tia.
“Apakah ayah tidak keliru
menyebutnya sama dengan adikku?” nadanya sinis.
“Kris.” Presdir memberi
kode supaya putranya berkata sopan.
“Anyeonghaseyo oppa..”
sapa Tia dengan senyum yang merekah. “Ayah, aku telah mendengar dari Pengurus
Jang bahwa putra ayah dari luar negri tiba. Dan aku juga membuatkan sarapan
untuk oppa.” Tia memberikan sepiring pancake yang sama seperti yang disuguhkan
untuk Presdir.
“Kris. Cobalah ini lezat.”
Ucap Presdir memberitahu Kris. Kris mulai mengambil sendok dan mulai mengiris
pancake, kemudian mencobanya.
“Untuk perkenalan dan
pertemuan kita pertama kali, seharusnya oppa akan menikmati pancake buatanku
sampai habis.” Tia berucap penuh arti sambil memandang Kris. “Benar begitukan
ayah…” tanya Tia sedikit manja pada Presdir.
“Kris, kau harus
menghabiskannya…kau harus menghargai usaha Tia. Dia telah membuatkan sarapan
dari tadi pagi untuk kita.” Ucap Presdir kemudian melanjutkan menikmati pancake
buatan Tia.
Kris hanya diam saja
memandang Tia sambil melotot, tapi Tia hanya tersenyum. Pancake Kris masih ada
dalam mulut dan belum ditelan sama sekali.
Dasar! Wanita gila! Pancake apa yang kau beri untukku, hah?! Tanya Kris dalam hati
sambil melihat kearah Tia.
Memang enak? Kau makan pancake dengan rasa asin. Dasar pria
kasar! Rasakan kau!
Ucap Tia dalam hati sambil tersenyum ke arah Kris penuh kemenangan.
&&&&&
“Pengurus Jang,” panggil
Kris. “Dimana wanita itu?”
“Wanita?” pengurus Jang
sedikit bingung.
“Maksudku, orang yang
ditolong oleh ayah.”
“Dari tadi pagi nona Tia
sudah pergi. Dia berangkat bersama dengan Presdir. Ada apa tuan muda?”
“Ani. Tidak ada apa-apa.”
Kris menggeleng pelan. “Pengurus Jang, aku akan keluar sebentar.”
“Baik. Silahkan tuan
muda.”
&&&&&
“Huahahahaha!” suara tawa
menggelegar. “Benarkah?!” tanya Xiu Min menyakinkan. Kris menceritakan sesuatu
pada Xiu Min siang hari saat jam makan siang, dan membuat Xiu Min tertawa tiada
henti. Saat itu mereka bertemu disebuah restoran dekat tempat kerja Xiu Min.
“Ya.” Kris menjawab dengan
tidak bersemangat.
“Daebak!” Xiu Min secara
spontan bertepuk tangan, membuat Kris memandang dengan aneh.
“Kenapa denganmu?” Kris
bertanya tanpa ekspresi.
“Aku heran, kenapa bisa,
wanita yang mencuri dompetmu malah tinggal di rumahmu? Dan ayahmu sangat
menyukainya.”
“Aku sendiri juga tidak
tahu.”
“Yah! Kris –ah, mungkin kalian
berjodoh.”
“Akan ku tonjok mulutmu.”
Ucap Kris dengan nada yang datar.
“O….hohohoho! Kenapa kau
marah?” Xiu Min tetap tertawa. “Dan tadi pagi kau dibuatkan pancake olehnya.
Bukankah dia wanita yang baik?”
“Bukan karena dia baik.
Dia mengerjaiku, pancake-nya sangat asin sekali.”
“Wah hahahaha!” Xiu Min
tambah meledak. “Kau sudah kalah langkah dengannya.”
“Kenapa kau sangat menikmati ceritaku?” Kris mulai kesal
dengan tanggapan Xiu Min.
“Kris, jika orang yang kau
ceritakan tidak tertawa, itu tidak normal.”
“Sepertinya memang kau
tidak normal Xiu Min –ah…” Kris beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan
Xiu Min yang masih menahan tawa.
“Kris! Oediya?” panggil
Xiu Min.
“Tertawalah sampai
kenyang, sebelum jam makan siangmu habis.” Jawab Kris yang sudah berjalan
menjauh.
&&&&&
Tia membawa beberapa
kantong plastic ditangannya, dan berjalan kembali menyusuri daerah yang padat
dengan pemukiman. Tibalah Tia ditempat yang Tia tuju, seperti biasa Tia
disambut oleh beberapa anak-anak yang terlihat sedang berada dihalaman.
“Melanie!!!” Tia memanggil
seseorang.
“Tia!!!” orang yang
dipanggilpun tak kalah keras menyebut nama Tia. Mereka pun kemudian berpelukan,
seperti sudah lama tidak bertemu.
“Kenapa kau lama tidak
mampir ke rumah?” tanya Melanie saat mereka sudah melepas pelukan.
“Beberapa hari yang lalu
aku datang ke rumah, tapi saat kau tidak ada.” Tia menjelaskan.
“O! benarkah?”
“Benar, eonni, Tia eonni
datang untuk menemui kita.” Sahut anak keci yang ada disamping mereka. Melanie
tersenyum pada anak kecil itu dan dengan lembut menyentuh pipinya. “Soo Hee
senang Tia eonni datang?” tanyanya pada anak kecil itu.
“Tentu saja Melanie eonni,
karena Tia eonni baik dan selalu membawakan aku buku gambar dan pensil warna,
sehingga aku bisa menggambar setiap hari.” Jawab Soo Hee polos. Tia dan Melanie
tertawa bersama mendengar jawaban yang diucapkan Soo Hee.
Beberapa saat kemudian Tia
dan Melanie sudah berada di halaman rumah itu. Mereka duduk dibangku ayunan
yang ada di halaman, biasa digunakan untuk bermain anak-anak yang ada dirumah
itu.
Di halaman itu ada
beberapa permainan sederhana untuk anak-anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran
kecil, bisa dikatakan mirip seperti taman bermain kanak-kanak.
“Apakah kau merasa
tenang?” tanya Melanie.
“Aku tenang jika aku
berada disini.” Jawab Tia kemudian menghela nafas.
“Wae? Apakah ada masalah
denganmu?” Melanie bertanya pada temannya semasa kecil.
“Aku ingin kembali ke
rumah ini tapi tidak bisa. Dan akupun tak nyaman tinggal di rumah ayah.” Raut muka
Tia berubah sedih. “Jika aku bisa memilih, aku ingin tinggal di rumah ini
bersama dengan kalian semua.”
“Tia…” Melanie memegang
tangan teman kecilnya. “Kau harus bersyukur bahwa kau bisa berkumpul dengan
keluargamu.” Melanie mencoba menguatkan.
“Noona!” seseorang
berteriak ketika masuk ke halaman dengan gembira. Tia dan Melanie langsung
menoleh ke arahnya, yang ternyata Jae Sook.
“Tia noona.” Orang itu
telah mendekat pada Tia dan Melanie. “Noona, aku tadi bertemu dengan orang
aneh.” Tia dan Melanie mereka sedikit terkejut dengan perkataan Jae Sook.
“Nugu?” tanya Melanie.
“Molayo. Orang itu
mengamati kalian terus saat noona sedang berbincang. Saat aku tanya, ada yang
bisa saya Bantu tuan. Orang itu hanya tersenyum dan menggeleng kemudian pergi.”
Jae Sook menjelaskan dengan rinci. Membuat Tia dan Melanie saling berpandangan
dan dengan kontak mata saling bertanya.
bersambung,,,
Selamat ulang tahun JO TWINS (YOUNG MIN KWANG MIN) 24 04 2014
BalasHapus:-)