Kamis, 22 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 9



Part 9

“Oppa.” Panggil Melanie pada Tao sambil memegang lengan Tao.

“Wae?”

“Tolong, jangan menceritakan kejadian tadi saat berada di rumah nanti,” pinta Melanie pada Tao, pada saat berada di luar gerbang rumah.

“Oke. Tapi mengapa?”

“Aku hanya tidak ingin ibu Jung cemas. Jadi aku mohon ya…” ucap Melanie sambil menempelkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya. Tao hanya mengangguk dan tersenyum pada Melanie.

&&&&&

Langkah Tia terhenti saat ia tiba didapur dan melihat seseorang yang sedang melanjutkan pekerjaannya dengan berdendang. Tia melihat dengan pandangan tidak percaya, pada orang yang mau meneruskan pekerjaannya tersebut.

“Apa yang kau lakukan, hah?” tanya Tia.

“Tahu tidak? Aku ini dulu juga seorang patisier, sekarang aku sedang membantumu untuk menyelesaikannya.” Jawab Kris dengan tenang sambil menumpukan krim ke atas roti dengan sembarangan.

“Berhenti!” Tia yang sudah berada di dekat Kris mendorong Kris. “Kenapa kau berbuat begini?” tanya Tia sambil melihat kue dihadapannya. “Kenapa kau merusaknya?”

“Aku sudah bilang aku membantumu.” Jawab Kris dengan tenang.

“Pria brengsek tidak tahu aturan.” Ucap Tia lirih masih memandang kuenya. “Apa kau tidak pernah menghargai jerih payah orang lain, hah?!!” Tia menatap Kris dengan marah dan mata berkaca-kaca. Kris juga hanya diam memandang Tia yang sudah meneteskan air mata.

“Apakah kau marah?” tanya Kris.

“Menurutmu? Kau pikir ini bisa jadi barang sekejap?” Tia bertanya dengan kesal. Kris berbalik dan mengambil sesuatu, kemudian ditaruh dihadapan Tia.

“Itu kue buat tanganmu yang sebenarnya.” Ucap Kris sesudah meletakkan kue di hadapan Tia. “Kau pikir aku akan tega berbuat begitu? Aku hanya ingin mengerjaimu saja, tak ku sangka ternyata reaksimu sampai segitu.” Ucap Kris dengan santai.

“Kau pikir ini lucu?”

“Emmm….” Kris mengangguk pelan. “Mungkin tidak, dan kau pikir saja, tidak mungkin aku menghancurkan pesta untuk ayah.” Ucap Kris dengan tenang.

“Apa yang kau inginkan sebenarnya?” tanya Tia dengan mata sembab.

“Jangan pernah lagi, tidak memberiku sarapan.” Jawab Kris sambil sedikit mengacak rambut Tia, kemudian pergi meninggalkan Tia.

Kekanak-kanakan sekali… batin Tia dalam hati sambil mengusap air mata dipipinya.

&&&&&

“Kenapa kalian sampai berkelahi?”

“Kita tadi dihadang oleh seseorang tuan.” Jawab salah satu pria yang berbaju hitam, yang mengejar Melanie.

“Aku tidak menyuruh kalian untuk menakuti wanita itu.”

“Maaf tuan.” Ucap dua orang yang mengejar Melanie tadi secara bersamaan.

“Hanya bertanya saja kalian tidak benar.”

&&&&&

“Siapa namamu nak?” tanya ibu Jung.

“Saya Tao.”

“Aku bersyukur karena kau adalah orang yang baik. Kau mau kesini menengok Melanie.” Kata ibu Jung sambil tersenyum lega. “Silahkan tunggu sebentar, ibu akan ke dalam.”

“Oya, silahkan bu.”

“Oppa..” panggil seorang anak kecil yang dari tadi memperhatikan Tao.

“Ye.”

“Apakah oppa itu kekasih Melanie eonni?” tanya anak kecil itu.

“Soo Hee.” Sahut Melanie yang saat itu datang membawakan minuman untuk Tao. “Apa yang kau lakukan disini hah? Masuk ke kamar sana.” Perintah Melanie.

“Aku hanya bertanya, apakah oppa itu adalah kekasih eonni?” jawab Soo Hee polos. Karena Melanie terus melihat Soo Hee dengan pandangan tidak bersahabat Soo Hee akhirnya pergi ke kamarnya. Tao tertawa ringan melihat kepergian Soo Hee.

“Adikmu lucu dan mengemaskan.”

&&&&&

“Selamat datang ayah…” sambut Tia dengan ceria.

“Ayah sangat bahagia disambut begini.” Ucap Presdir dengan senyum mengembang.

“Ayah, tunggu sebentar. Tia ingin ayah memejamkan mata.”

“Memang kenapa ayah harus memejamkan mata?”

“Ayah menurut saja, dan percaya pada Tia, Tia akan menuntun ayah.” Kemudian Presdir menuruti ucapan Tia. Tia mulai menuntun pelan-pelan Presdir ke suatu tempat yang sudah Tia persiapkan.
Tia sudah menuntun Presdir sampai ke tempat yang ia persiapkan. Tia mendudukan Presdir dikursi.

“Sekarang, ayah boleh membuka mata.” Ucap Tia setelah Presdir duduk dengan baik dikursinya.

“Benarkah ayah boleh membuka mata?” tanya Presdir masih dengan mata tertutup.

“Iya, silahkan buka mata ayah.” Jawab Tia mempersilahkan. Pelan-pelan Presdir membuka matanya dan ketika ia membuka mata, ia sedikit terkejut dengan apa yang dilihat didepannya. Ada kue tart dan lilin yang sudah menyala juga ada sup rumput laut.

“Selamat ulang tahun ayah!!” ucap Tia dengan riang dan nyaring. Presdir mengangguk dan tersenyum pada Tia.
“Sekarang ayah tiup lilinnya.” Pinta Tia pada Presdir. “Tapi sebelumnya ayah harus berdoa dulu memohon sesuatu.” Presdir menurut saja dengan apa yang dikatakan Tia. Presdir menutup mata untuk berdoa sebentar sebelum meniup lilin. Sesaat setelah berdoa Presdir meniup lilin tersebut.
“Yeee!!!!” teriak Tia sambil bertepuk tangan juga pengurus Jang dan sekretaris Choi juga ikut bertepuk tangan. “Sekarang ayah potong kuenya.” Tia menyodorkan pisau roti kepada Presdir, kemudian Presdir mengiris tart tersebut.
“Ayah, ayah akan berikan pada siapa potongan kue pertama ini?” tanya Tia pada Presdir.

“Ayah akan memberikannya untuk ayah sendiri.” Jawab Presdir membuat Tia heran. “Hehehehehehe. Ayah bercanda.”

“Ayah membuatku terkejut. Ternyata ayah suka bercanda.”

“Ayah akan memberikannya pada Tia.” Presdir menyerahkan potongan kue itu pada Tia.

“Terima kasih ayah…” Tia menerima potongan kue yang diberikan padanya. “Ayah, seharusnya ayah juga memotong satu lagi untuk oppa.” Tia menyarankan.

“Anak nakal itu tidak usah dikasih, bagaimana?” ucap Presdir sedikit berbisik pada Tia yang ada di dekatnya.

“Tidak boleh, bagaimanapun oppa adalah anak ayah.” Daripada Presdir mendengar ceramah Tia, Presdir mulai memotong satu lagi dan diberikan pada Kris yang duduk didekatnya. Pengurus Jang dan sekretaris Choi juga ikut menikmati kue tart buatan Tia.
Malam itu suasana makan malam dengan latar langit yang cerah, melengkapi pesta kecil yang diadakan. Mereka bercakap serta bercanda gurau dengan akrab, kehangatan menyelimuti keadaan saat itu.

“Ini adalah kue tart buatan nona Tia.” Ucap pengurus Jang memberitahu.

“Benarkah? Rasanya enak, tidak kalah dengan kue yang dijual di toko-toko kue terkenal.” Presdir memuji.

“Jika ayah bicara begitu, kepalaku lama-lama bisa menjadi besar.” Tia menanggapi.

“Berarti ayah harus mengeluarkan banyak uang untuk mengoperasi kepalamu menjadi normal lagi.” Sahut Kris. Presdir tertawa mendengar Kris dan Tia pun juga ikut tertawa, tapi tertawa kecut sambil memandang Kris.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar