Rabu, 07 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 8



Part 8

Tia mulai melakukan hal yang diinginkannya, dengan cepat ia mengeluarkan barang-barang yang ada dikantong belanjaan. Pengurus Jang juga ikut membantu Tia, ia mengeluarkan bahan tepung, mentega, gula, soda, dan masih banyak lagi.
Tia mulai mencampur tepung dengan kuning telur dan mulai mengaduknya. Tia dengan cekatan melakukan kegiatannya di dapur saat itu, membuat pengurus Jang terpana. Pengurus Jang hanya sedikit membantu Tia yang saat itu benar-benar focus dengan hal yang ia lakukan.

“Nah! Kita tinggal menunggunya hingga mengembang dan matang.” Ucap Tia sambil memasukkan adonan ke dalam oven. “Aku akan membuat krimnya pengurus Jang.”

“Apakah aku bisa membantu hal yang lain?” tanya pengurus Jang.

“Pengurus Jang…” ucap Tia sedikit bermanja. “Bukankah ini tidak lengkap jika tidak ada sup rumput laut?”

“Iya.” Pengurus Jang tersenyum pada Tia. “Aku akan membuatkannya.”

“Gamsahamnida pengurus Jang.” Tia terlihat bahagia.

&&&&&

“Benar-benar.” Lay menaruh ponselnya di atas meja.

“Apakah tidak diangkat?” tanya Xiu Min.

“Ya. Tao tidak mengangkat ponselnya.”

“Kenapa kalian mencemaskan Tao? Dia sudah besar, dia mungkin sedang melakukan hal yang ingin ia lakukan, sehingga ia lupa dengan kita.”

“Awalnya aku mendengar kata-katamu bagaikan orang bijak Kris, tapi akhirannya, sepertinya kau kesal karena Tao tidak datang.” Xiu Min memandang aneh pada Kris.

“Aku tidak seperti itu.” Kris menjelaskan dengan wajah datar. Lay hanya tersenyum melihat ekspresi Xiu Min dan Kris.

&&&&&

Melanie ditemani penghadang yang menolongnya tadi, mereka tidak langsung pulang ke rumah. Mereka ada di sebuah taman, Melanie duduk ditemani oleh penolongnya tadi.

“Apakah anda baik-baik saja?” tanya orang itu pada Melanie yang masih sedikit gemetar.

“Hah?” Melanie terkejut. “Ya. Gamsahamnida, anda telah menolongku. Gamsahamnida.”

“Aku ingin menemui dan menanyakan bagaimana kabar lututmu? Tapi malah aku melihat kejadian tadi. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga anda dikejar-kejar?”

“Ani.” Melanie terlihat gugup.

“Benarkah?” orang itu mengamati Melanie dengan seksama mencoba mencari jawaban. “Apakah anda tidak nyaman denganku disini? Aku akan meninggalkanmu.” Orang itu mulai beranjak.

“Tolong jangan pergi!” suara Melanie tiba-tiba meninggi. Orang itu tidak jadi pergi.

“Jadi apakah aku boleh tahu?” ia tersenyum pada Melanie. “Oya, kita sudah dua kali bertemu tapi belum berkenalan. Namaku Tao.” Orang itu mengulurkan tangannya.

“Melanie.” Melanie menyambut tangan Tao.

&&&&&

“Em….baunya harum sekali pengurus Jang…” Tia berada disisi pengurus Jang yang sedang memasak sup.

“Terima kasih pujiannya. Sebentar lagi ini akan matang.”

“Aku akan menyiapkan semuanya dahulu pengurus Jang.” Tia kemudian meninggalkan pengurus Jang yang masih memasak sup.

Tia merapikan meja dan kursi yang ada di bagian luar rumah, letaknya diserambi. Tia memberikan hiasan pada sekitar area tersebut dengan kertas krep dan beberapa balon yang ia tiup sendiri. Tia menatanya dengan cantik, ia terkadang melihat kembali posisi-posisi dari kertas dan balon yang ia tata dan mencoba membenahinya. Sudah merasa baik, Tia kemudian meniggalkannya dan kembali ke dapur.

“Hm…sepertinya sudah matang.” Tia mengecek adonan yang sudah ia masukkan dalam oven. Dan mulai mengeluarkannya dari oven. Tia segera meneruskan pekerjaannya di dapur. Untuk beberapa saat Tia menunggu adonan yang sudah matang itu dingin, Tia mengerjakan hal lain.
Tia kemudian mengecek kembali adonan itu dingin atau tidak, kemudian merapikan adonan yang sudah jadi tersebut, lalu Tia mengoleskan krim yang sudah ia buat ke atas adonan. Tia mengoleskannya pelan-pelan, sudah seperti pastry chef professional saja. Merasa sudah cukup mengoleskan krim, Tia mulai menghias dengan ornament sederhana ke atasnya.

“Apakah ada yang belum selesai?” tanya pengurus Jang yang dari tadi memperhatikan Tia.

“Tidak ada pengurus Jang, ini tinggal diberi hiasan sedikit lagi. Tapi sebelumnya aku mau istiharat sebentar di kamar dan akan bersih-bersih. Aku akan menyimpannya di lemari es. Masih ada waktu untuk merapikannya nanti. Aku akan ke kamar dulu.”

“Ya. Baiklah.”

&&&&&

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Tao yang penasaran dengan kejadian yang dialami Melanie.

“Orang-orang tadi hanya mencari temanku.” Jawab Melanie setelah meneguk minuman yang diberikan oleh Tao.

“Kenapa temanmu dicari oleh orang-orang seperti mereka? Apakah temanmu punya banyak hutang?”

“Ani. Tidak seperti itu,,” Melanie sedikit tidak terima dengan pendapat Tao. “Tapi, bolehkah aku hanya bercerita sampai disitu saja?”

“Hm. Tentu saja,” Tao mengetahui bahwa ia bertanya terlalu jauh. “Asal kau tidak apa-apa.”

“Apa maksud anda berkata begitu?” tanya Melanie yang aneh mendengar perkataan Tao.

“Ani. Tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan. Oya, bagaimana kalau kau memanggilku Oppa?” saran Tao pada Melanie.

“Oppa?”

“Iya. Lagi pula kau lebih muda dariku.” Tao tersenyum pada Melanie.

“Tao oppa.” Melanie mencoba memanggil.

“Nah!” ucap Tao membuat Melanie tersentak kaget. “Begitu enak didengar. Bagaimana lututmu? Apakah masih sakit?”

“O…eh, ya…tidak, sudah tidak begitu sakit.” Melanie tergagap menjawab Tao.

&&&&&

“Apakah Presdir tidak akan pulang hari ini?” tanya sekretaris Choi.

“Aku tidak tahu, sampai kapan pekerjaan ini akan selesai.” Jawab Presdir.

“Jika itu tidak terselesaikan hari ini, apakah tidak lebih baik jika dikerjakan besok Presdir. Dan anda bisa pulang untuk beristirahat.” sekretaris Choi berpendapat.

“Ya…seharusnya begitu.” Presdir terlihat setuju dengan pendapat sekretaris Choi. “Tapi, mungkin aku bisa mengerjakan sedikit lagi.”

“Lebih baik anda berhenti Presdir.”

“Sekretaris Choi, ada apa?”

“Ini sudah hampir jam makan malam Presdir, apakah anda tidak akan pulang ke rumah?”

“Benar. Ini hampir makan malam. Mungkin Tia juga sudah memasak untukku.”

“Benar Presdir, lebih baik kita pulang saja.” Ucap sekretaris Choi menggebu-gebu.

“Sekretaris Choi sangat bersemangat.” Presdir memandang sekretaris Choi yang saat itu terlihat berbeda dari hari biasa.

&&&&&

Tia sudah merasa cukup beristirahat, ia kemudian mempersiapkan diri untuk melanjutkan kegiatannya. Tia sudah tampil dengan rapi dan sedikit memoles wajahnya supaya terlihat segar dan cerah.
Tia melangkahkan kakinya dengan perasaan senang, menuruni anak tangga. Dan segera bergegas kembali ke dapur untuk menghias adonan yang sudah setengah jalan. Tia akan menyelesaikan menghias adonan yang sudah dibalut dengan krim.
Tapi langkahnya terhenti saat ia tiba didapur dan melihat seseorang yang sedang melanjutkan pekerjaannya dengan berdendang. Tia melihat dengan pandangan tidak percaya, pada orang yang mau meneruskan pekerjaannya tersebut.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar