Part 8
Tia mulai melakukan hal
yang diinginkannya, dengan cepat ia mengeluarkan barang-barang yang ada
dikantong belanjaan. Pengurus Jang juga ikut membantu Tia, ia mengeluarkan
bahan tepung, mentega, gula, soda, dan masih banyak lagi.
Tia mulai mencampur tepung
dengan kuning telur dan mulai mengaduknya. Tia dengan cekatan melakukan
kegiatannya di dapur saat itu, membuat pengurus Jang terpana. Pengurus Jang
hanya sedikit membantu Tia yang saat itu benar-benar focus dengan hal yang ia
lakukan.
“Nah! Kita tinggal
menunggunya hingga mengembang dan matang.” Ucap Tia sambil memasukkan adonan ke
dalam oven. “Aku akan membuat krimnya pengurus Jang.”
“Apakah aku bisa membantu
hal yang lain?” tanya pengurus Jang.
“Pengurus Jang…” ucap Tia
sedikit bermanja. “Bukankah ini tidak lengkap jika tidak ada sup rumput laut?”
“Iya.” Pengurus Jang
tersenyum pada Tia. “Aku akan membuatkannya.”
“Gamsahamnida pengurus
Jang.” Tia terlihat bahagia.
&&&&&
“Benar-benar.” Lay menaruh
ponselnya di atas meja.
“Apakah tidak diangkat?”
tanya Xiu Min.
“Ya. Tao tidak mengangkat
ponselnya.”
“Kenapa kalian mencemaskan
Tao? Dia sudah besar, dia mungkin sedang melakukan hal yang ingin ia lakukan,
sehingga ia lupa dengan kita.”
“Awalnya aku mendengar kata-katamu
bagaikan orang bijak Kris, tapi akhirannya, sepertinya kau kesal karena Tao
tidak datang.” Xiu Min memandang aneh pada Kris.
“Aku tidak seperti itu.”
Kris menjelaskan dengan wajah datar. Lay hanya tersenyum melihat ekspresi Xiu
Min dan Kris.
&&&&&
Melanie ditemani
penghadang yang menolongnya tadi, mereka tidak langsung pulang ke rumah. Mereka
ada di sebuah taman, Melanie duduk ditemani oleh penolongnya tadi.
“Apakah anda baik-baik
saja?” tanya orang itu pada Melanie yang masih sedikit gemetar.
“Hah?” Melanie terkejut.
“Ya. Gamsahamnida, anda telah menolongku. Gamsahamnida.”
“Aku ingin menemui dan
menanyakan bagaimana kabar lututmu? Tapi malah aku melihat kejadian tadi. Apa
yang sebenarnya terjadi sehingga anda dikejar-kejar?”
“Ani.” Melanie terlihat
gugup.
“Benarkah?” orang itu
mengamati Melanie dengan seksama mencoba mencari jawaban. “Apakah anda tidak
nyaman denganku disini? Aku akan meninggalkanmu.” Orang itu mulai beranjak.
“Tolong jangan pergi!”
suara Melanie tiba-tiba meninggi. Orang itu tidak jadi pergi.
“Jadi apakah aku boleh tahu?”
ia tersenyum pada Melanie. “Oya, kita sudah dua kali bertemu tapi belum
berkenalan. Namaku Tao.” Orang itu mengulurkan tangannya.
“Melanie.” Melanie
menyambut tangan Tao.
&&&&&
“Em….baunya harum sekali
pengurus Jang…” Tia berada disisi pengurus Jang yang sedang memasak sup.
“Terima kasih pujiannya.
Sebentar lagi ini akan matang.”
“Aku akan menyiapkan
semuanya dahulu pengurus Jang.” Tia kemudian meninggalkan pengurus Jang yang
masih memasak sup.
Tia merapikan meja dan
kursi yang ada di bagian luar rumah, letaknya diserambi. Tia memberikan hiasan
pada sekitar area tersebut dengan kertas krep dan beberapa balon yang ia tiup
sendiri. Tia menatanya dengan cantik, ia terkadang melihat kembali
posisi-posisi dari kertas dan balon yang ia tata dan mencoba membenahinya.
Sudah merasa baik, Tia kemudian meniggalkannya dan kembali ke dapur.
“Hm…sepertinya sudah
matang.” Tia mengecek adonan yang sudah ia masukkan dalam oven. Dan mulai
mengeluarkannya dari oven. Tia segera meneruskan pekerjaannya di dapur. Untuk
beberapa saat Tia menunggu adonan yang sudah matang itu dingin, Tia mengerjakan
hal lain.
Tia kemudian mengecek
kembali adonan itu dingin atau tidak, kemudian merapikan adonan yang sudah jadi
tersebut, lalu Tia mengoleskan krim yang sudah ia buat ke atas adonan. Tia
mengoleskannya pelan-pelan, sudah seperti pastry chef professional saja. Merasa
sudah cukup mengoleskan krim, Tia mulai menghias dengan ornament sederhana ke
atasnya.
“Apakah ada yang belum
selesai?” tanya pengurus Jang yang dari tadi memperhatikan Tia.
“Tidak ada pengurus Jang,
ini tinggal diberi hiasan sedikit lagi. Tapi sebelumnya aku mau istiharat
sebentar di kamar dan akan bersih-bersih. Aku akan menyimpannya di lemari es.
Masih ada waktu untuk merapikannya nanti. Aku akan ke kamar dulu.”
“Ya. Baiklah.”
&&&&&
“Jadi, apa yang sebenarnya
terjadi?” tanya Tao yang penasaran dengan kejadian yang dialami Melanie.
“Orang-orang tadi hanya
mencari temanku.” Jawab Melanie setelah meneguk minuman yang diberikan oleh
Tao.
“Kenapa temanmu dicari
oleh orang-orang seperti mereka? Apakah temanmu punya banyak hutang?”
“Ani. Tidak seperti itu,,”
Melanie sedikit tidak terima dengan pendapat Tao. “Tapi, bolehkah aku hanya
bercerita sampai disitu saja?”
“Hm. Tentu saja,” Tao
mengetahui bahwa ia bertanya terlalu jauh. “Asal kau tidak apa-apa.”
“Apa maksud anda berkata
begitu?” tanya Melanie yang aneh mendengar perkataan Tao.
“Ani. Tidak apa-apa, tidak
usah dipikirkan. Oya, bagaimana kalau kau memanggilku Oppa?” saran Tao pada
Melanie.
“Oppa?”
“Iya. Lagi pula kau lebih
muda dariku.” Tao tersenyum pada Melanie.
“Tao oppa.” Melanie
mencoba memanggil.
“Nah!” ucap Tao membuat
Melanie tersentak kaget. “Begitu enak didengar. Bagaimana lututmu? Apakah masih
sakit?”
“O…eh, ya…tidak, sudah
tidak begitu sakit.” Melanie tergagap menjawab Tao.
&&&&&
“Apakah Presdir tidak akan
pulang hari ini?” tanya sekretaris Choi.
“Aku tidak tahu, sampai
kapan pekerjaan ini akan selesai.” Jawab Presdir.
“Jika itu tidak terselesaikan
hari ini, apakah tidak lebih baik jika dikerjakan besok Presdir. Dan anda bisa
pulang untuk beristirahat.” sekretaris Choi berpendapat.
“Ya…seharusnya begitu.”
Presdir terlihat setuju dengan pendapat sekretaris Choi. “Tapi, mungkin aku
bisa mengerjakan sedikit lagi.”
“Lebih baik anda berhenti
Presdir.”
“Sekretaris Choi, ada
apa?”
“Ini sudah hampir jam
makan malam Presdir, apakah anda tidak akan pulang ke rumah?”
“Benar. Ini hampir makan
malam. Mungkin Tia juga sudah memasak untukku.”
“Benar Presdir, lebih baik
kita pulang saja.” Ucap sekretaris Choi menggebu-gebu.
“Sekretaris Choi sangat
bersemangat.” Presdir memandang sekretaris Choi yang saat itu terlihat berbeda
dari hari biasa.
&&&&&
Tia sudah merasa cukup
beristirahat, ia kemudian mempersiapkan diri untuk melanjutkan kegiatannya. Tia
sudah tampil dengan rapi dan sedikit memoles wajahnya supaya terlihat segar dan
cerah.
Tia melangkahkan kakinya
dengan perasaan senang, menuruni anak tangga. Dan segera bergegas kembali ke
dapur untuk menghias adonan yang sudah setengah jalan. Tia akan menyelesaikan
menghias adonan yang sudah dibalut dengan krim.
Tapi langkahnya terhenti
saat ia tiba didapur dan melihat seseorang yang sedang melanjutkan pekerjaannya
dengan berdendang. Tia melihat dengan pandangan tidak percaya, pada orang yang
mau meneruskan pekerjaannya tersebut.
bersambung,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar