Rabu, 30 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 6



Part 6

Tia berjalan di samping Presdir, siang hari di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka memasuki sebuah outlet pakaian, dan mulai memilih-milih baju.

“Ayah, apa yang ayah cari? Baju pria atau wanita?” tanya Tia memperhatikan Presdir yang sedang memilih-milih baju yang terpajang digantungan.

“Ayah hanya mencari t-shirt.” Jawab Presdir tetap sambil memilih.

“Tia akan carikan untuk ayah.”

“Tia, kau memilih untuk dirimu saja.” Kata Presdir pada Tia sambil tersenyum. “Ayah ingin membelikan baju untukmu.”

“Ayah, ayah tidak perlu membelikanku baju. Bajuku ini masih cukup bagus untuk dipakai.”

“Dilemari putriku hanya terdapat dress, style kalian berdua berbeda, pasti kau tidak akan nyaman memakai pakaian putriku. Jadi selama kau tinggal bersama ayah, kau harus tetap merasa nyaman.” Presdir menjelaskan dengan seksama membuat Tia merasa tak enak.

“Gamsahamnida aboji.” Tia hanya bisa mengucapkan terima kasih atas perhatian dari Presdir.

Setelah membeli beberapa style baju, Tia dan Presdir pun beranjak untuk makan malam di luar. Tia merekomendasikan masakan Jepang, yang biasa ia kunjungi.

“Aku suka tempat ini, maaf tempatnya tidak semewah yang ayah bayangkan. Tapi, di tempat ini masakannya tidak kalah enak dengan restoran-restoran, dan harganyapun terjangkau.” Tia memberi penjelasan tentang tempat yang ia rekomendasikan.

“Apa kau sering kesini?” tanya Presdir.

“Kalau ada uang lebih, biasa aku dan Melanie kesini.”

“Melanie? Siapa dia?”

“O.. iya, Melanie, dia adalah teman semasa aku kecil ayah.”

Tak berapa lama masakan Jepang yang dipesanpun datang, Tia dan Presdir menikmati makan malam mereka dengan suasana yang baik dan akrab.

“Ayah, bolehkah aku meminta sesuatu hal pada ayah?”

“Hal? Apa itu?”

&&&&&

“Tao –ah…!” Lay melambaikan tangannya. “Kenapa kau terlambat hah?!”

“Mian. Tadi aku ada urusan yang harus diselesaikan, hyung, aku kesini dengan tergesa-gesa. Untung tidak menghilangkan nyawa orang.”

“Mwo?” Lay bingung dengan ucapan Tao.

“Sudahlah. Lupakan saja.” Tao sudah bersandar dikursinya. “Aku pesan minuman biasanya saja hyung.”

“Oke!” Lay kemudian memanggil pelayan untuk menambah orderan.

&&&&&

Pagi hari ini Tia membuatkan sarapan special untuk Presdir, dibantu dengan Pengurus Jang. Pengurus Jang sudah terbiasa dengan bantuan dari Tia, pengurus Jang juga tetap mengerjakan pekerjaannya tanpa terganggu oleh Tia.

“Tia, apa lagi yang kau butuhkan?” tanya Pengurus Jang.

“Em…terima kasih pengurus Jang, kurasa cukup.” Tia melihat hasil dari buah tangannya. “Pengurus Jang ada yang belum selesai? Akan ku Bantu.” Tia balik bertanya.

Pengurus Jang dan Tia sudah terbiasa bekerja sama di rumah itu, mereka saling Bantu. Tia juga tak sungkan-sungkan untuk membersihkan halaman, walaupun sudah ada pengurusnya sendiri.

“Selamat pagi Presdir.” Sapa pengurus Jang.

“Selamat pagi pengurus Jang.” Seperti biasa Presdir akan membalas sapaan dari pengurus Jang dan mulai duduk dikursinya.

“Selamat pagi ayah…!” sapa Tia dengan semangat dan piring yang ia bawa. “Ini, aku membuatkan sarapan untuk ayah.” Tia sudah meletakkan piring itu didepan Presdir, Presdir menyambut dengan senyum yang merekah.

“Terima kasih.”

“Ayah cobalah dan berikan komentar.” Tia menunggu Presdir mencicipi masakannya. Presdir mulai menyendok dan mencoba masakan buatan Tia.

“Em…seperti biasa, massita. Walau hanya nasi goreng, tapi sangat enak karena dibuat oleh putriku.” Presdir tersenyum pada Tia.

“Jinjja? Gamsahamnida.” Tia merasa senang dipuji. “Kalau begitu. Mari kita makan!” Tia juga sudah menyediakan sepiring untuk dirinya sendiri.
Tak berapa lama Kris datang ke meja makan dan telah duduk ditempatnya. Ia melihat ayahnya dan Tia yang sedang menyantap sarapan. Kris tanpa berkata menunggu sarapannya, kemudian pengurus Jang melayani Kris. Dahi Kris berkerut karena sarapan yang disajikan oleh pengurus Jang berbeda dengan yang dinikmati oleh ayahnya dan Tia.

“Pengurus Jang, kenapa aku tidak mendapatkan seperti mereka?” tanya Kris pelan ketika pengurus Jang ada di dekat Kris.

“Saya tidak tahu Tuan, nona Tia yang memasak nasi goreng itu.” Jawab pengurus Jang.

“Hm..Hm..” Kris mencoba mencari perhatian.

“Anak nakal. Ada apa?” Presdir mengetahui arti dari suara Kris.

“Kenapa ayah bisa mendapatkan sepiring nasi goreng?”

“Ini buatan Tia. Ayah mendapatkannya dari Tia. Wae?” Presdir mencoba bertanya pada Kris. “Apakah kau juga mau?” kemudian Presdir menoleh pada Tia. “Tia, kenapa oppa mu tidak mendapat nasi goreng juga?”

“Karena aku tidak menjual tubuhku untuknya ayah, jadi kenapa aku harus memberikan pada oppa sepiring juga?” Tia menatap Kris dengan pandangan tajam, kemudian beralih pada Presdir dan tersenyum. Presdir sedikit tidak mengerti dengan jawaban Tia.

&&&&&

Terlihat Chan Sung sedang sarapan dengan seseorang di ruang makan. Mereka dengan tenang menikmati sarapan yang dihidangkan.

“Kemarin Soa mampir ke kantormu?” tanya orang tersebut.

“Hm.”

“Ada apa Soa menemuimu anakku?” terlihat Chan Sung tidak terlalu suka dengan pertanyaan yang diberikan.

“Hhfff. Ibu, apakah seorang saudara berkunjung harus ada alasan?”

“Ibu hanya bertanya, apakah ibu salah?”

“Tidak. Tapi dari pertanyaan ibu, ada kecurigaan.” Chan Sung sudah beranjak meninggalkan meja makan.

“Chan Sung –ah…tidak baik meninggalkan sarapanmu.” Ucap ibu Chan Sung.

“Aku akan melanjutkan sarapanku ditempat yang tenang.” Jawab Chan Sung kemudian berjalan meninggalkan ruang makan.

&&&&&

“Hari ini, tuan muda akan mulai membantu di perusahaan.” Ucap pengurus Jang ketika membereskan meja makan bersama dengan Tia.

“Ye? Pria itu?” Tia bertanya dengan nada tak percaya.

“Iya. Memang ada apa Tia?”

“Ani.” Tia menggeleng. “Aku takut ia akan mengacaukan perusahaan.”

“Kenapa kau berfikir begitu?” pengurus Jang terlihat geli dengan tanggapan Tia.

“Pengurus Jang, kalau pria itu ada di perusahaan, bukankah akan membuat takut para pegawai?”

“Kenapa tuan muda bisa membuat pegawai takut?” pengurus Jang agak berfikir tentang pertanyaan Tia.

“Pengurus Jang….lihat saja, pria itu tidak memiliki senyum…” Tia menarik bibirnya ke samping dengan ke dua tangannya membuat pengurus Jang tersenyum melihat ekspresi Tia. “Pasti akan membuat pegawai tidak betah bekerja.”

“Bukankah sikap itu keren? Anak-anak sekarang menyebut begitu.”

“Awalnya.” Tia masih focus pada pekerjaannya.

“Bukankah hari ini kau akan berangkat dengan Presdir, Tia?” Tia hanya mengangguk menanggapi.

Tia dan Presdir sudah berdiri di dekat mobil, karena mereka akan berangkat bersama-sama. Tapi mereka masih menunggu seseorang sebelum berangkat. Tak lama orang yang ditunggu muncul dengan setelan jas kantor, yang membuat Tia kagum dengan postur tubuh yang proporsional.

bersambung,,,

Kamis, 24 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 5



Part 5

Malam hari Presdir, Kris, dan juga Tia sudah duduk tenang di ruang makan. Terlihat pengurus Jang sedang mempersiapkan makan malam untuk mereka. Tia yang memang orangnya tidak bisa diam, dengan segera berdiri dan membantu Pengurus Jang.

“Nona Tia, apa yang nona lakukan?” tanya pengurus Jang melihat Tia ikut membantu.

“Tenang Pengurus Jang, aku disini hanya orang yang menumpang, tak seharusnya aku duduk tenang disana.” Jawab Tia pelan pada pengurus Jang, membuat Pengurus Jang tersenyum lembut pada Tia.

Beberapa saat hidangan telah siap, dan merekapun mulai menyantap hidangan makan malam. Sesekali Presdir dan Tia berbicara dan sedikit bercanda tawa, tapi tidak dengan Kris yang sesekali mengamati Tia. Setelah selesai makan malam, Tia masih tinggal di ruang makan ketika Presdir dan Kris sudah meninggalkan ruangan itu.
Dengan segera Tia membereskan meja makan, Pengurus Jang melarang Tia, tapi Tia nekat membantu. Dan Pengurus Jang tak kuasa menahan Tia, maklum Tia lebih muda darinya tenaganya pun juga masih banyak.

“Pengurus Jang.” Panggil Tia. “Ingat! Aku bukan nona muda disini. Pengurus Jang bisa memanggil namaku dengan biasa jika kita hanya berdua.” Tia memberitahu.

“Kenapa kau berfikir seperti itu nona Tia?”

“Karena aku hanya menumpang disini, Pengurus Jang. Dan tak seharusnya pengurus Jang memperlakukanku sama seperti Presdir dan Tuan Muda.” Tia menjelaskan dengan lebih lanjut.

“Anda memang mirip.” Ucap Pengurus Jang tiba-tiba membuat Tia tidak mengerti.

&&&&&

Tia yang selesai membantu pengurus Jang, kembali ke kamarnya. Betapa tak disangka seseorang sudah duduk dengan tenang di kursi yang terdapat di dalam kamar yang Tia tempati. Tia tidak ingin menghiraukannya, Tia hanya berlalu saja. Walaupun Tia juga merasa terusik privasinya.

“Mencuri kemana saja kau seharian ini?” tanya Kris membuat Tia menoleh ke arahnya dengan pandangan kurang bersahabat.

“Apa urusanmu?” tanya Tia ketus.

“Aku hanya heran saja, dalam tiga hari pendapatanmu sangat besar.” Kris sudah beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke arah Tia berdiri. “Darimana kau dapat uang itu?” Kris sudah berdiri tepat dihadapan Tia.

“Apa pedulimu darimana aku dapat uang itu, hah? Bukankah kau seharusnya bersyukur, uangmu telah kembali.” Tia kemudian berlalu dari hadapan Kris.

“Aku ingin memastikan bahwa uang itu halal.” Ucap Kris membuat langkah Tia terhenti. “Kau tidak menjual tubuhmu kan, untuk mengganti uangku?” pertanyaan Kris membuat Tia menoleh ke arahnya dengan pandangan marah.

“Terima kasih atas perhatianmu tuan muda.” Tia sudah berada dihadapan Kris lagi, menatap marah, dengan mata berkaca-kaca. “Jika mulutmu sudah selesai berbicara. Cepatlah keluar dari kamarku.” Nada tegas dari ucapan Tia.

“Ini kamar adikku.” Kris berucap dengan santai.

“Kau tidak tahu atau kau bodoh?!” pertanyaan Tia membuat telinga Kris merah. “Kau manusia tidak punya aturan yang pernah ku temui di dunia. Saat ini, ini adalah kamarku, aku berhak mengusirmu dari sini.” Tanpa berkata apapun Kris hanya memandang Tia, kemudian Kris berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar Tia.

&&&&&

“Apa kau nyaman?” tanya Presdir pada Tia. Mereka sedang makan siang bersama di suatu restoran.

“Aku nyaman dan senang tinggal di rumah ayah. Hanya saja….” Tia tidak melanjutkan ucapannya.

“Hanya apa?”

“Sepertinya, Kris oppa tidak suka denganku.” Tia menghentikan makannya dan mengingat perlakuan Kris. “Ayah tahu, dia sangat kasar kepadaku.” Tia sedikit mengadu.

“Kris, memang orang yang lama untuk beradaptasi dengan orang baru yang ada disekitarnya.” Presdir tersenyum menjelaskan. “Dia orang yang perhatian dan sangat menyayangi.”

Menyayangi? Darimana? Pria kasar, bukan hanya tingkah laku tapi juga mulutnya. Batin Tia.

“Kenapa dia berbeda dengan ayah?”

“Kris hanya tidak bisa mengungkapkan isi hatinya, tapi percaya pada ayah, anak ayah itu orang yang baik.”

Yah….bukankah dia anakmu? Pasti kau akan berbicara yang baik-baik tentangnya. Lagi Tia membatin dalam hati.

&&&&&

Terlihat Melanie membawa kantong belanjaan dikedua tangannya, ia sedang menyeberang jalan. Merasa tidak ada kendaraan yang akan melintas, Melanie melangkahkan kakinya untuk menyeberang jalan.
Ciiiiitttt…….
Tapi tiba-tiba saja dari arah lain, sebuah motor sport melintas dan Melanie tak bisa menghindar, alhasil Melanie terserempet dan terjatuh. Barang-barang yang dibawanya pun juga berantakkan.
Untungnya pengendara itu tidak melarikan diri, dengan cepat ia meminggirkan motornya dan turun membantu Melanie yang saat itu sedang kesakitan.

“Juisonghamnida nona…” orang itu berusaha membantu Melanie berdiri, kemudian membereskan belanjaan yang terlihat berceceran. Untung saja Melanie sudah berada ditepi jalan.
“Mana yang sakit nona?” orang itu sudah membereskan belanjaan Melanie dan lanjut bertanya. Tapi Melanie tidak bisa menjawab hanya menahan sakit, karena Melanie agak pucat orang yang menyerempet tadi segera membawa Melanie ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.

“Kita sudah membalut lutut nona,,” ucap dokter yang merawat Melanie.

“Apakah akan cepat sembuh Dok?” tanya pengendara itu.

“Anda tenang saja tuan, nona itu hanya terkejut sehingga ia tidak bisa berkata-kata. Lukanya mungkin seminggu akan sembuh.” Dokter menjelaskan.

“Syukurlah.” Pengendara itu terlihat lega.

Melanie berjalan pelan dari ruangan setelah diobati lukanya, pengendara itu dengan segera membantu Melanie berjalan.

“Anda tidak apa-apa nona?”

“Ye. Aku merasa lebih baik.”

Dengan penuh tanggung jawab, orang yang menyerempet Melanie mengantar Melanie pulang ke rumah. Ia membantu Melanie berjalan dan membawakan barang belanjaannya. Melanie tidak mau diantar sebenarnya, tapi pengendara itu bersikeras karena takut Melanie kenapa-napa lagi di jalan.

“Gamsahamnida.” Ucap Melanie yang sudah berdiri di depan gerbang.

“Ye. Maaf telah membuat anda seperti ini.” Pengendara itu seperti merasa bersalah. “Ini belanjaan anda nona.” Melanie menerima kantong belanjaan yang dibawa orang itu. “Bolehkah aku meminta nomor telepon anda?”

“Hah?! Untuk apa tuan?” Melanie terkejut.

“Jika nanti ada apa-apa, anda bisa menghubungiku.” Dengan ragu-ragu Melanie mengeluarkan ponsel dari sakunya. Kemudian dengan segera pengendara itu mengambil ponsel Melanie dan menuliskan nomor teleponnya, dan disambungkan ke teleponnya.

“Nah…nomor telepon anda sudah ku simpan. Dan nomor teleponku ada pada anda. Jika terjadi apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungiku. Maaf, aku harus segera pergi.” Setelah mengucapkan kata-kata tadi pengendara itu segera melajukan motornya dengan gesit, Melanie masih berdiri di depan gerbang melihat kepergian orang yang menyerempetnya tadi dengan pandangan heran.

&&&&&

Seseorang memperhatikan orang didepannya sedang menelepon, ia menunggu dengan sabar di ruang kantor milik orang yang sedang menelepon tersebut.

“Noona,” sapanya setelah memutuskan pembicaraannya ditelepon. “Tumben noona, mampir kesini.”

“Bagaimana keadaanmu Chan Sung -ah?”

“Ya, aku sehat.” Chan Sung sudah menemani saudaranya duduk di sofa.

“Tadi siapa yang kau telepon?”

“Em….” Chan Sung tersenyum malu-malu.

“Kekasihmu?” mencoba menebak.

“Ye. Soa noona.”

“Sepertinya hubungan kalian lancar-lancar saja ya…” Chan Sung tersenyum menanggapi. “Chan Sung –ah..apakah kau nyaman dengan keadaan ini?” Soa menanyakan hal lain.

“Aku tidak tahu noona. Apakah aku harus merasa nyaman atau tidak?” Chan Sung tertunduk. “Noona, sudah bertemu dengannya?”

“Hhhhfff.” Soa menghela nafas. “Beberapa hari yang lalu.”

“Ini semua harus segera diakhiri.” Ucap Chan Sung dengan pandangan menerawang jauh.

bersambung,,,

Selasa, 22 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 4



Part 4

Kris masuk ke dalam kamarnya dan melihat amplop coklat berada di atas meja. Kris mendekat dan mengambil amplop itu kemudian membukanya. Kris melihat apa isinya dan kemudian tersenyum sinis.

“Dari mana ia mendapatkannya?” Kris bertanya sendiri kemudian melemparkan amplop coklat itu kembali di atas meja. Kris kemudian mengganti baju untuk segera beristirahat.

&&&&&

“Selamat pagi ayah!” suara Tia memenuhi ruang makan pagi ini. Presdir tersenyum dengan penuh kebahagiaan disambut seperti itu oleh Tia.

“Selamat pagi putriku…” Presdir balas menyapa Tia.

“Ayah, pagi ini aku membuatkan pancake untuk ayah.” Ucap Tia penuh semangat sambil menuang madu diatas pancake yang ia buat. “Ini.” Pancake yang sudah jadi disajikan didepan Presdir. “Ayah cobalah.” Pinta Tia.

“Baiklah, ayah akan mencobanya.” Presdir mulai mengambil sendok dan mengiris kecil pancake untuk dicoba. “Mmm….massita.”

“Jinja-yo?” Tia penasaran. “Jangan hanya untuk menyenangkanku ayah bilang enak ya…” Tia sedikit meragukan, mereka berdua tertawa dengan renyah.

“Hm.” Suara seseorang memudarkan tawa Tia dan Presdir.

“Yah! Dasar kau anak nakal. Tidak sopan mengganggu orang yang sedang berbicara.”

“Selamat pagi ayah.” Sapa orang itu dan sudah duduk dikursinya.

“Ayah ingin memperkenalkan mu pada Tia.” Presdir menunjuk wanita muda yang duduk di sampingnya. “Dia mirip dengan adikmu.” Presdir tersenyum pada Tia, tapi tidak orang yang duduk dihadapan Tia. Pandangannya benar-benar tidak suka pada Tia.

“Apakah ayah tidak keliru menyebutnya sama dengan adikku?” nadanya sinis.

“Kris.” Presdir memberi kode supaya putranya berkata sopan.

“Anyeonghaseyo oppa..” sapa Tia dengan senyum yang merekah. “Ayah, aku telah mendengar dari Pengurus Jang bahwa putra ayah dari luar negri tiba. Dan aku juga membuatkan sarapan untuk oppa.” Tia memberikan sepiring pancake yang sama seperti yang disuguhkan untuk Presdir.

“Kris. Cobalah ini lezat.” Ucap Presdir memberitahu Kris. Kris mulai mengambil sendok dan mulai mengiris pancake, kemudian mencobanya.

“Untuk perkenalan dan pertemuan kita pertama kali, seharusnya oppa akan menikmati pancake buatanku sampai habis.” Tia berucap penuh arti sambil memandang Kris. “Benar begitukan ayah…” tanya Tia sedikit manja pada Presdir.

“Kris, kau harus menghabiskannya…kau harus menghargai usaha Tia. Dia telah membuatkan sarapan dari tadi pagi untuk kita.” Ucap Presdir kemudian melanjutkan menikmati pancake buatan Tia.

Kris hanya diam saja memandang Tia sambil melotot, tapi Tia hanya tersenyum. Pancake Kris masih ada dalam mulut dan belum ditelan sama sekali.

Dasar! Wanita gila! Pancake apa yang kau beri untukku, hah?! Tanya Kris dalam hati sambil melihat kearah Tia.

Memang enak? Kau makan pancake dengan rasa asin. Dasar pria kasar! Rasakan kau! Ucap Tia dalam hati sambil tersenyum ke arah Kris penuh kemenangan.

&&&&&  

“Pengurus Jang,” panggil Kris. “Dimana wanita itu?”

“Wanita?” pengurus Jang sedikit bingung.

“Maksudku, orang yang ditolong oleh ayah.”

“Dari tadi pagi nona Tia sudah pergi. Dia berangkat bersama dengan Presdir. Ada apa tuan muda?”

“Ani. Tidak ada apa-apa.” Kris menggeleng pelan. “Pengurus Jang, aku akan keluar sebentar.”

“Baik. Silahkan tuan muda.”

&&&&&

“Huahahahaha!” suara tawa menggelegar. “Benarkah?!” tanya Xiu Min menyakinkan. Kris menceritakan sesuatu pada Xiu Min siang hari saat jam makan siang, dan membuat Xiu Min tertawa tiada henti. Saat itu mereka bertemu disebuah restoran dekat tempat kerja Xiu Min.

“Ya.” Kris menjawab dengan tidak bersemangat.

“Daebak!” Xiu Min secara spontan bertepuk tangan, membuat Kris memandang dengan aneh.

“Kenapa denganmu?” Kris bertanya tanpa ekspresi.

“Aku heran, kenapa bisa, wanita yang mencuri dompetmu malah tinggal di rumahmu? Dan ayahmu sangat menyukainya.”

“Aku sendiri juga tidak tahu.”

“Yah! Kris –ah, mungkin kalian berjodoh.”

“Akan ku tonjok mulutmu.” Ucap Kris dengan nada yang datar.

“O….hohohoho! Kenapa kau marah?” Xiu Min tetap tertawa. “Dan tadi pagi kau dibuatkan pancake olehnya. Bukankah dia wanita yang baik?”

“Bukan karena dia baik. Dia mengerjaiku, pancake-nya sangat asin sekali.”

“Wah hahahaha!” Xiu Min tambah meledak. “Kau sudah kalah langkah dengannya.”

“Kenapa kau  sangat menikmati ceritaku?” Kris mulai kesal dengan tanggapan Xiu Min.

“Kris, jika orang yang kau ceritakan tidak tertawa, itu tidak normal.”

“Sepertinya memang kau tidak normal Xiu Min –ah…” Kris beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Xiu Min yang masih menahan tawa.

“Kris! Oediya?” panggil Xiu Min.

“Tertawalah sampai kenyang, sebelum jam makan siangmu habis.” Jawab Kris yang sudah berjalan menjauh.

&&&&&

Tia membawa beberapa kantong plastic ditangannya, dan berjalan kembali menyusuri daerah yang padat dengan pemukiman. Tibalah Tia ditempat yang Tia tuju, seperti biasa Tia disambut oleh beberapa anak-anak yang terlihat sedang berada dihalaman.

“Melanie!!!” Tia memanggil seseorang.

“Tia!!!” orang yang dipanggilpun tak kalah keras menyebut nama Tia. Mereka pun kemudian berpelukan, seperti sudah lama tidak bertemu.

“Kenapa kau lama tidak mampir ke rumah?” tanya Melanie saat mereka sudah melepas pelukan.

“Beberapa hari yang lalu aku datang ke rumah, tapi saat kau tidak ada.” Tia menjelaskan.

“O! benarkah?”

“Benar, eonni, Tia eonni datang untuk menemui kita.” Sahut anak keci yang ada disamping mereka. Melanie tersenyum pada anak kecil itu dan dengan lembut menyentuh pipinya. “Soo Hee senang Tia eonni datang?” tanyanya pada anak kecil itu.

“Tentu saja Melanie eonni, karena Tia eonni baik dan selalu membawakan aku buku gambar dan pensil warna, sehingga aku bisa menggambar setiap hari.” Jawab Soo Hee polos. Tia dan Melanie tertawa bersama mendengar jawaban yang diucapkan Soo Hee.

Beberapa saat kemudian Tia dan Melanie sudah berada di halaman rumah itu. Mereka duduk dibangku ayunan yang ada di halaman, biasa digunakan untuk bermain anak-anak yang ada dirumah itu.
Di halaman itu ada beberapa permainan sederhana untuk anak-anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran kecil, bisa dikatakan mirip seperti taman bermain kanak-kanak.

“Apakah kau merasa tenang?” tanya Melanie.

“Aku tenang jika aku berada disini.” Jawab Tia kemudian menghela nafas.

“Wae? Apakah ada masalah denganmu?” Melanie bertanya pada temannya semasa kecil.

“Aku ingin kembali ke rumah ini tapi tidak bisa. Dan akupun tak nyaman tinggal di rumah ayah.” Raut muka Tia berubah sedih. “Jika aku bisa memilih, aku ingin tinggal di rumah ini bersama dengan kalian semua.”

“Tia…” Melanie memegang tangan teman kecilnya. “Kau harus bersyukur bahwa kau bisa berkumpul dengan keluargamu.” Melanie mencoba menguatkan.

“Noona!” seseorang berteriak ketika masuk ke halaman dengan gembira. Tia dan Melanie langsung menoleh ke arahnya, yang ternyata Jae Sook.
“Tia noona.” Orang itu telah mendekat pada Tia dan Melanie. “Noona, aku tadi bertemu dengan orang aneh.” Tia dan Melanie mereka sedikit terkejut dengan perkataan Jae Sook.

“Nugu?” tanya Melanie.

“Molayo. Orang itu mengamati kalian terus saat noona sedang berbincang. Saat aku tanya, ada yang bisa saya Bantu tuan. Orang itu hanya tersenyum dan menggeleng kemudian pergi.” Jae Sook menjelaskan dengan rinci. Membuat Tia dan Melanie saling berpandangan dan dengan kontak mata saling bertanya.

bersambung,,,

(ori) THIEF OF LOVE part 3



Part 3

Kris sudah menaiki tangga menuju kamarnya untuk beristirahat. Saat ia akan sampai ke kamarnya, ia melihat ada keanehan pada ruangan tak jauh dari kamarnya. Kris mencoba masuk ruangan itu, ia memperhatikan dengan seksama ruangan itu. Alis Kris bertaut, ia menemukan hal aneh yang dulu tidak terdapat pada ruangan yang tak jauh dari kamarnya.
Kris kemudian turun lagi dan mencoba mencari penjelasan dari Pengurus Jang. Pengurus Jang adalah orang yang telah lama bekerja dengan keluarganya. Sehingga pengurus Jang tahu seluk beluk sejarah dari keluarga Kris.

“Permisi pengurus Jang,” panggil Kris pada pengurus Jang yang saat itu sedang melakukan suatu pekerjaan.

“Ya, tuan muda.”

“Ada apa dengan ruang sebelah kamarku? Aku melihat ada perubahan di dalamnya.” Kris yang penasaran mulai menanyakan.

“O…begini tuan muda, tentang ruangan itu. Kemarin Presdir menolong seorang nona, dan Presdir menyuruhnya untuk menempati ruangan itu.” Pengurus Jang mulai menjelaskan.

&&&&&

Tia menjadi beku di depan cermin, memang air yang dipakai untuk mandi saat itu dingin. Tapi Tia menjadi beku karena melihat sosok yang ada di dalam cermin. Tia pelan-pelan memutar tubuhnya untuk melihat bayangan itu nyata atau tidak.

“Anyeong.” Suara seseorang menyapa. Menandakan bahwa bayangan di cermin yang ia lihat itu nyata. Tia tersenyum, tapi tersenyum takut. “Kita bertemu.” Dia mendekat pada Tia yang saat itu sudah berdiri kaku.

“An…nyeong…” terbata Tia menjawab sapaannya. Dia tetap mendekat pada Tia sambil memperlihatkan suatu benda yang ada ditangannya. Benda yang dipegangnya sudah berada tepat lima sentimeter dimuka Tia.

“Ini. Kenapa bisa ada apamu?” tanyanya saat itu mendekatkan benda itu didepan muka Tia. “Hah! Seharusnya aku tidak bertanya begitu padamu. Aku tidak tahu kenapa domba bisa masuk ke dalam sarang singa yang sedang mengamuk kelaparan.” Tia berusaha untuk kabur dari kamar itu, tapi dengan cepat orang itu menarik rambut Tia. Tia berhenti berlari dan kesakitan.

“A!!” Tia mencoba untuk tidak menjauh. “Sakit!” ucap Tia kesakitan. Orang itu melepaskan rambut Tia, tapi dengan sigap dia sudah meraih tangan Tia dan memegangnya dengan kuat.

“Apa kau akan kabur? Hah?!” tanyanya lebih erat mengengam tangan Tia sehingga Tia mulai kesakitan.

“Ani. Aku tidak ingin kabur. Aku ingin ke kamar mandi.” Jawab Tia sambil menahan rasa sakit di tangannya. Orang itu tersenyum menyindir seperti tahu maksud Tia.

“Kamar mandi bukan disana pintunya, tapi disana.” Tia sudah mati kutu, karena niatnya sudah bisa tertebak.

&&&&&

“Presdir, silahkan minum vitamin anda.” Sekretaris Choi memberikan beberapa vitamin yang sudah disediakan untuk majikannya. Presdir menerima kemudian meminumnya segera.

“Hari ini aku akan mimpi indah.” Presdir mulai memposisikan dirinya untuk tidur.

“Setiap hari anda akan mimpi indah Presdir.”

“Tapi aku akan lebih mimpi indah lagi Sekretaris Choi. Karena ada anak perempuan di rumah ini. Putriku juga pasti senang melihatnya.”

“Ya, Presdir. Saya juga ingin memberitahu bahwa tuan muda sudah sampai di rumah.”

“Anak itu. Dia pulang dan langsung bersenang-senang dengan temannya. Kebiasaannya tidak berubah.”

“Tapi, tuan muda sudah berusaha menemui anda di kantor.”

“Ya. Aku tahu.” Presdir sudah memejamkan matanya.

“Baiklah kalau begitu, silahkan beristirahat Presdir.” Sekretaris Choi berpamitan dan keluar dari kamar presdir.

&&&&&

Tia sudah duduk dihadapan orang yang menarik rambutnya dan menggenggam tangannya dengan kuat. Suasana kamarnya seperti ruang persidangan, hanya ada tersangka dan hakim.

“Kau tidak usah kwatir, aku akan segera mengembalikan uangmu itu.” Tia menjelaskan sambil memegang tangannya yang sakit.

“Hah?! Darimana kau dapat uang sebanyak itu untuk mengembalikan uang yang telah kau curi?” dengan pandangan sinis.

“Apa kau tidak bisa berpikir?” Tia balik bertanya dan pertanyaan itu membuat orang dihadapannya sedikit kesal. “Aku kan bisa mencari pekerjaan.”

“Dengan mencuri di tempat lain?”

“Kau?!”

“Benarkan ucapanku?”

“Jangan meremehkanku. Lagian aku hanya mengambil beberapa lembar uang yang berada di dompetmu. Apa kau pikir kau kaya?”

“Apa kau buta? Sekarang kau tinggal dimana?”

“Ini rumah Presdir, bukan rumahmu.” Jawab Tia tak mau kalah.

“Kelak ini juga akan menjadi rumahku.”

“Itu urusan nanti.” Jawaban Tia lebih mengesalkan.

“Satu minggu. Dalam waktu satu minggu kau harus mengembalikan uangku.” Ucap orang itu tiba-tiba.

“Hah?!” Tia tersentak. “Ok! Kurang dari satu minggu aku akan kembalikan padamu.” Jawab Tia lebih mantap.

“Deal! Apa yang diucapkan tidak bisa ditarik lagi. Aku senang menunggu satu minggu ini, dan aku ingin berlalu dengan cepat. Lagian kau tidak bisa lari kemana-mana.” Orang itu berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar Tia.

&&&&&

Tia duduk dengan tenang dan meminum sebotol cola float with cream yang ia pesan. Seseorang datang menuju ke arah meja Tia.

“Eonni!” sapanya sambil melambaikan tangan. Wanita itu telah sampai dan duduk di depan Tia. Tia terlihat sangat senang melihat kedatangannya.

“Kenapa kau ingin bertemu denganku?” tanya wanita itu ketika sudah duduk.

“Eonni, kenapa kau tidak minum dulu, kau pasti lelahkan?” Tia mencoba menawarkan sesuatu untuk mengalihkan perhatian.

“Aku tahu segala gelagatmu. Apa ada apa?” wanita itu memandang Tia dengan penuh curiga. Tia sudah tertebak, dan tidak akan basa-basi lagi.

“Begini eonni, aku pinjam uangmu.” Ucap Tia lirih.

“Mwo?!”

“Hush…eonni, kenapa kau berteriak?” Tia menoleh ke sekitar sapa tahu saja ada yang terganggu dengan suara saudaranya.

“Untuk apa? Apa kau membuat masalah?” tanyanya cemas.

“Ani…ania… eonni tenang dulu. Aku pinjam karena ada temanku yang membutuhkan, eonni. Jadi tolong pinjami aku ya…. Jebal….”

“Tia, kenapa kau tidak pulang ke rumah saja. Dan berhenti membuat masalah lagi.” Wanita itu menasehati.

“Eonni, aku bertemu untuk meminta bantuanmu. Kenapa kau malah menasehatiku seperti itu? Jika tahu begini, aku tidak akan menemui eonni.” Tia sudah akan beranjak dari tempat duduknya.

“Tia, apakah begitu sikapmu terhadap eonni?” Tia tidak jadi pergi dan duduk kembali dengan muka cemberut.

“Eonni, sekarang jawabannya adalah eonni mau membantuku atau tidak?”

“Kapan aku tidak pernah membantumu?” Tia senang mendengar jawaban dari saudaranya.

“Gomawo eonni.” Tia tersenyum senang.

“Sekarang kau tinggal dimana?”

“Aku tinggal di rumah teman. Eonni tenang saja, dia baik padaku.”

“Apa kau tidak berniat pulang ke rumah? Ayahmu pasti merindukanmu.” Tia hanya tertunduk mendengar pertanyaan saudaranya. Tanpa Tia tahu dia harus menjawab apa pertanyaan itu. Tia juga merasa ingin pulang ke rumah, bertemu dengan ayahnya. Tapi Tia merasa belum ada waktu yang tepat untuk melakukannya.

bersambung,,,

Kamis, 17 April 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 2




Pemain Utama               :           Tia (Chocolat)
Kris (Exo M)

Pemain Pendukung         :           Xiu Min, Lay, Tao (Exo M)
                                                Melanie            , Min Soa, Juliane (Chocolat)
                                                Hwang Chan Sung (2PM)

Genre                           :           romance, family




Part 2

Tia sudah berada di kamar yang benar-benar feminim, terlihat jelas kalau yang memiliki adalah wanita yang lembut. Dari pernak-pernik di dalam ruangan yang ditata rapi dan warna yang lembut, juga ada meja rias. Tia memperhatikan dengan baik setiap detail ruangan yang ia tempati sekarang. Ia merasa wanita yang berada di kamar ini benar-benar lady dan anggun. Ia menjadi teringat kejadian sebelum dirinya menempati kamar itu.

Tia berjalan pelan dibelakang pria paruh baya itu, mengikuti kemana kakinya melangkah. Pria itu berdiri di depan sebuah pintu kamar.

“Kau bisa beristirahat disini.” Ucapnya tetap sambil memandangi pintu.

“A! Ayah, aku tidak ingin merepotkan seperti ini.” Tia menjadi tidak enak.

“Ini kamar putriku,,”

“Hah? Apa putri anda tidak akan marah jika aku menggunakan kamarnya?”

“Putriku sedang dalam perjalanan jauh.” Pria itu berkata dengan mata sedikit sayu.  “Ayah akan senang jika kau mau tinggal disini, pasti putriku juga senang.” Ia tersenyum pada Tia.

&&&&&

“Kau bisa tidur di kamarku jika kau mau.” Ucap Xiu Min saat mereka tiba di apartemen.

“Thanks. Tapi aku akan tidur disofa saja.” Kris sudah duduk di sofa.

“Jinja –yo?”

“Wae?”

“Kau tuan muda, masa kau tidur disofa? Aku tidak mau membuat tuan muda sakit.” Ejek Xiu Min.

“Kau meremehkanku? Aku masih perjaka, aku tidak mau tidur denganmu, nanti kesucianku kau renggut.”

“Wah…” Xiu Min menatap tak percaya. “Memang aku mau dengan orang sepertimu, hah?! Levelku tinggi!”

“Xiu Min –ah… levelku lebih tinggi darimu.” Kris sudah mendapatkan bantal dan selimut dari lemari, ia sudah memposisikan diri untuk tidur. “Malam ini, sofa ini milikku.” Kris sudah memejamkan mata.

“Ya…ya…ya… Aku mengerti tuan muda.” Membungkukan badan seperti memberi hormat, kemudian berjalan dan mematikan lampu. “Jika kau butuh sesuatu, ketuk saja pintu kamarku.” Ucap Xiu Min sebelum masuk kamarnya.

“Hmm…”

&&&&&

“Selamat pagi Presdir.” Sapa seorang pelayan wanita hampir sama usianya dengan Presdir, menghidangkan sarapan.

“Selamat pagi pengurus Jang.” Presdir sudah duduk dikursinya. “Bolehkah aku minta tolong padamu untuk membangunkan nona muda yang tidur di kamar putriku.” Pinta Presdir.

“Presdir, nona itu sudah bangun sejak tadi pagi. Nona juga membuatkan sarapan untuk anda.” Menyuguhkan sepering roti panggang berisi selai pada Presdir.

“Benarkah dia yang membuatnya?” pria itu bertanya sambil melihat roti yang sudah ada dihadapannya. “Benar ini untukku?” Presdir tersenyum.

“Benar Presdir,” pengurus Jang membenarkan “Anda sepertinya menyukai sarapan anda Presdir?”

“Bukankah ia mirip putriku, pengurus Jang?”

“Ya tuan, tapi nona itu sedikit lebih tomboy dari nona.” Pengurus Jang menjelaskan sambil tersenyum mengingat. “Nona itu setelah membuatkan sarapan untuk anda, dia menyiram bunga di depan, kemudian dia berangkat pergi.”

“Pergi?” tanya Presdir dengan mata lebar. “Kemana?”

“Saya kurang tahu Presdir, tapi nona itu berpesan, akan kembali lagi untuk menemui anda.” Pengurus Jang menjelaskan, Presdir mengangguk-angguk.

&&&&&

Tia berjalan disebuah gang kecil, tampak seperti pemukiman yang padat penduduk. Langkahnya terus menyusuri jalan setapak daerah pemukiman. Tia terlihat hapal sekali dengan jalan yang ia lewati.

“Tia noona!” teriak seorang anak kecil yang melihat Tia, kemudian segera berlari mendapatkan Tia. “Tia noona. Aku Bantu membawanya…” anak kecil itu sudah meraih barang yang dibawa oleh Tia.

“Gomawo Jae Sook..” Tia sedikit mengacak rambutnya. “Darimana kau?”

“Aku dari toko, Melanie noona memintaku untuk membeli gula.” Anak itu menjelaskan.

“Apa rumah baik-baik saja?”

“Iya noona, tapi kenapa noona lama tidak datang?”

“Apa kau merindukan noona?” tanya Tia menggoda anak kecil itu, ia hanya tersenyum dan mengangguk.

“Kami semua merindukan noona.”

Mereka berjalan menuju suatu rumah dengan halaman yang lumayan luas. Ada beberapa anak yang sedang bermain di halaman. Mereka segera menyambut kedatangan Tia dan juga temannya, terlihat sangat bahagia.

&&&&&

“Apa kau akan langsung pulang ke rumah?” tanya Xiu Min ketika mereka sarapan bersama.

“Ani. Aku akan langsung ke kantor saja menemui ayah.”

“Yah! Kris. Kalau aku pikir-pikir kau ini anak yang durhaka.”

“Wae?” alis Kris bertaut.

“Karena yang kau temui pertama kali saat kau pulang dari luar negeri, bukan ayahmu tapi temanmu.”

“Bukankah kalian yang memaksa ingin bertemu?”

“Ha ha ha ha ha ha, kau pikir kami apaan? Hah? Lebih baik aku menemui wanita cantik.”

“Sialan kau!”

&&&&&

“Selamat siang tuan muda Kris. Selamat datang.” Sapanya sambil membungkukkan badan.

“Terima kasih Pengurus Jang. Oraeganmani-e-yo. Mannaseo ban-gaweoyo.”

“Saya juga senang bertemu dengan anda tuan muda.” Pengurus Jang tersenyum. “Anda terlihat masih sama, tuan muda.”

“Kau juga pengurus Jang, tidak ada yang berubah dari dirimu.”

“Apakah anda sudah bertemu dengan Presdir, tuan muda?”

“Aku tadi coba menemuinya di kantor tapi ayah sedang ada rapat, jadi aku pulang saja untuk beristirahat.”

“Kamar anda sudah siap tuan muda. Silahkan anda beristirahat. Saya tidak akan mengganggu anda.”

“Terima kasih pengurus Jang, kalau begitu aku akan ke kamar.”

“Silahkan tuan muda.”

Kemudian Kris menaiki tangga menuju kamarnya, untuk  kembali beristirahat.

&&&&&

Tia datang bersama dengan orang yang memberinya tumpangan tempat tinggal. Ia menepati janjinya untuk datang lagi memui orang yang memintanya untuk memanggil ayah. Tia berjalan di sampingnya, ia menemani langkah pelan orang tersebut sambil sekali-kali mereka bercerita dengan canda tawa.
Tia sudah berada di kamarnya yang feminim, Tia mencoba untuk merilekskan diri. Kemudian Tia bersiap diri untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian beraktifitas. Sesaat setelah Tia sudah membersihkan dirinya, Tia mencoba untuk duduk di kursi depan meja rias yang ada di dalam kamarnya sekarang.
Tia sedikit melantunkan lagu ketika ia berjalan menuju meja riasnya. Kepala Tia diselubunginya dengan handuk untuk menjaga supaya air dari rambutnya tidak jatuh ke lantai.
Tia merasa ada yang aneh di kamar yang ia tempati itu. Sepertinya ia sedang diperhatikan oleh sepasang mata. Tia mencoba tidak peduli, tapi saat pandangannya mengarah ke cermin, betapa terkejut dan tak percaya dirinya dengan bayangan yang ia lihat didalam cermin.

bersambung,,,