Part 6
Tia berjalan di samping
Presdir, siang hari di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka memasuki sebuah
outlet pakaian, dan mulai memilih-milih baju.
“Ayah, apa yang ayah cari?
Baju pria atau wanita?” tanya Tia memperhatikan Presdir yang sedang
memilih-milih baju yang terpajang digantungan.
“Ayah hanya mencari
t-shirt.” Jawab Presdir tetap sambil memilih.
“Tia akan carikan untuk
ayah.”
“Tia, kau memilih untuk
dirimu saja.” Kata Presdir pada Tia sambil tersenyum. “Ayah ingin membelikan
baju untukmu.”
“Ayah, ayah tidak perlu
membelikanku baju. Bajuku ini masih cukup bagus untuk dipakai.”
“Dilemari putriku hanya
terdapat dress, style kalian berdua berbeda, pasti kau tidak akan nyaman
memakai pakaian putriku. Jadi selama kau tinggal bersama ayah, kau harus tetap
merasa nyaman.” Presdir menjelaskan dengan seksama membuat Tia merasa tak enak.
“Gamsahamnida aboji.” Tia
hanya bisa mengucapkan terima kasih atas perhatian dari Presdir.
Setelah membeli beberapa
style baju, Tia dan Presdir pun beranjak untuk makan malam di luar. Tia
merekomendasikan masakan Jepang, yang biasa ia kunjungi.
“Aku suka tempat ini, maaf
tempatnya tidak semewah yang ayah bayangkan. Tapi, di tempat ini masakannya
tidak kalah enak dengan restoran-restoran, dan harganyapun terjangkau.” Tia
memberi penjelasan tentang tempat yang ia rekomendasikan.
“Apa kau sering kesini?”
tanya Presdir.
“Kalau ada uang lebih,
biasa aku dan Melanie kesini.”
“Melanie? Siapa dia?”
“O.. iya, Melanie, dia
adalah teman semasa aku kecil ayah.”
Tak berapa lama masakan
Jepang yang dipesanpun datang, Tia dan Presdir menikmati makan malam mereka
dengan suasana yang baik dan akrab.
“Ayah, bolehkah aku
meminta sesuatu hal pada ayah?”
“Hal? Apa itu?”
&&&&&
“Tao –ah…!” Lay
melambaikan tangannya. “Kenapa kau terlambat hah?!”
“Mian. Tadi aku ada urusan
yang harus diselesaikan, hyung, aku kesini dengan tergesa-gesa. Untung tidak
menghilangkan nyawa orang.”
“Mwo?” Lay bingung dengan
ucapan Tao.
“Sudahlah. Lupakan saja.”
Tao sudah bersandar dikursinya. “Aku pesan minuman biasanya saja hyung.”
“Oke!” Lay kemudian
memanggil pelayan untuk menambah orderan.
&&&&&
Pagi hari ini Tia
membuatkan sarapan special untuk Presdir, dibantu dengan Pengurus Jang.
Pengurus Jang sudah terbiasa dengan bantuan dari Tia, pengurus Jang juga tetap
mengerjakan pekerjaannya tanpa terganggu oleh Tia.
“Tia, apa lagi yang kau
butuhkan?” tanya Pengurus Jang.
“Em…terima kasih pengurus
Jang, kurasa cukup.” Tia melihat hasil dari buah tangannya. “Pengurus Jang ada
yang belum selesai? Akan ku Bantu.” Tia balik bertanya.
Pengurus Jang dan Tia
sudah terbiasa bekerja sama di rumah itu, mereka saling Bantu. Tia juga tak
sungkan-sungkan untuk membersihkan halaman, walaupun sudah ada pengurusnya
sendiri.
“Selamat pagi Presdir.” Sapa
pengurus Jang.
“Selamat pagi pengurus
Jang.” Seperti biasa Presdir akan membalas sapaan dari pengurus Jang dan mulai
duduk dikursinya.
“Selamat pagi ayah…!” sapa
Tia dengan semangat dan piring yang ia bawa. “Ini, aku membuatkan sarapan untuk
ayah.” Tia sudah meletakkan piring itu didepan Presdir, Presdir menyambut
dengan senyum yang merekah.
“Terima kasih.”
“Ayah cobalah dan berikan
komentar.” Tia menunggu Presdir mencicipi masakannya. Presdir mulai menyendok
dan mencoba masakan buatan Tia.
“Em…seperti biasa,
massita. Walau hanya nasi goreng, tapi sangat enak karena dibuat oleh putriku.”
Presdir tersenyum pada Tia.
“Jinjja? Gamsahamnida.”
Tia merasa senang dipuji. “Kalau begitu. Mari kita makan!” Tia juga sudah
menyediakan sepiring untuk dirinya sendiri.
Tak berapa lama Kris
datang ke meja makan dan telah duduk ditempatnya. Ia melihat ayahnya dan Tia
yang sedang menyantap sarapan. Kris tanpa berkata menunggu sarapannya, kemudian
pengurus Jang melayani Kris. Dahi Kris berkerut karena sarapan yang disajikan
oleh pengurus Jang berbeda dengan yang dinikmati oleh ayahnya dan Tia.
“Pengurus Jang, kenapa aku
tidak mendapatkan seperti mereka?” tanya Kris pelan ketika pengurus Jang ada di
dekat Kris.
“Saya tidak tahu Tuan,
nona Tia yang memasak nasi goreng itu.” Jawab pengurus Jang.
“Hm..Hm..” Kris mencoba
mencari perhatian.
“Anak nakal. Ada apa?” Presdir
mengetahui arti dari suara Kris.
“Kenapa ayah bisa
mendapatkan sepiring nasi goreng?”
“Ini buatan Tia. Ayah
mendapatkannya dari Tia. Wae?” Presdir mencoba bertanya pada Kris. “Apakah kau
juga mau?” kemudian Presdir menoleh pada Tia. “Tia, kenapa oppa mu tidak
mendapat nasi goreng juga?”
“Karena aku tidak menjual
tubuhku untuknya ayah, jadi kenapa aku harus memberikan pada oppa sepiring
juga?” Tia menatap Kris dengan pandangan tajam, kemudian beralih pada Presdir
dan tersenyum. Presdir sedikit tidak mengerti dengan jawaban Tia.
&&&&&
Terlihat Chan Sung sedang
sarapan dengan seseorang di ruang makan. Mereka dengan tenang menikmati sarapan
yang dihidangkan.
“Kemarin Soa mampir ke
kantormu?” tanya orang tersebut.
“Hm.”
“Ada apa Soa menemuimu anakku?” terlihat Chan
Sung tidak terlalu suka dengan pertanyaan yang diberikan.
“Hhfff. Ibu, apakah
seorang saudara berkunjung harus ada alasan?”
“Ibu hanya bertanya,
apakah ibu salah?”
“Tidak. Tapi dari
pertanyaan ibu, ada kecurigaan.” Chan Sung sudah beranjak meninggalkan meja
makan.
“Chan Sung –ah…tidak baik
meninggalkan sarapanmu.” Ucap ibu Chan Sung.
“Aku akan melanjutkan
sarapanku ditempat yang tenang.” Jawab Chan Sung kemudian berjalan meninggalkan
ruang makan.
&&&&&
“Hari ini, tuan muda akan
mulai membantu di perusahaan.” Ucap pengurus Jang ketika membereskan meja makan
bersama dengan Tia.
“Ye? Pria itu?” Tia
bertanya dengan nada tak percaya.
“Iya. Memang ada apa Tia?”
“Ani.” Tia menggeleng.
“Aku takut ia akan mengacaukan perusahaan.”
“Kenapa kau berfikir
begitu?” pengurus Jang terlihat geli dengan tanggapan Tia.
“Pengurus Jang, kalau pria
itu ada di perusahaan, bukankah akan membuat takut para pegawai?”
“Kenapa tuan muda bisa
membuat pegawai takut?” pengurus Jang agak berfikir tentang pertanyaan Tia.
“Pengurus Jang….lihat
saja, pria itu tidak memiliki senyum…” Tia menarik bibirnya ke samping dengan
ke dua tangannya membuat pengurus Jang tersenyum melihat ekspresi Tia. “Pasti
akan membuat pegawai tidak betah bekerja.”
“Bukankah sikap itu keren?
Anak-anak sekarang menyebut begitu.”
“Awalnya.” Tia masih focus
pada pekerjaannya.
“Bukankah hari ini kau
akan berangkat dengan Presdir, Tia?” Tia hanya mengangguk menanggapi.
Tia dan Presdir sudah
berdiri di dekat mobil, karena mereka akan berangkat bersama-sama. Tapi mereka
masih menunggu seseorang sebelum berangkat. Tak lama orang yang ditunggu muncul
dengan setelan jas kantor, yang membuat Tia kagum dengan postur tubuh yang
proporsional.
bersambung,,,