Sabtu, 28 Juni 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 13

Part 13

“Melanie-ah?” panggil Tia pada orang yang ada di depan pintu gerbang rumah.

“Tia.” Melanie kemudian memegang tangan Tia.

“Melanie, ada apa?” tanya Tia dengan sedikit cemas. “Kenapa pagi-pagi begini kau bisa sampai disini?”

“Aku harus berangkat pagi-pagi, supaya bisa tahu tentang keadaaanmu.” Ada raut wajah bahagia pada Melanie. “Bersyukur kau tidak apa-apa. Aku senang melihatmu.”

“Aku mendapat pesanmu, jadi aku tidak mampir ke rumah.”

“Maka dari itu aku kesini untuk menengokmu walaupun hanya sebentar.”

“Tia.” Panggil seseorang yang berada di belakang mereka. Tia pun menoleh dan mendapatkan Presdir sudah berdiri tak jauh dari mereka.

“Ayah.” Panggil Tia spontan. Mendengar hal itu Melanie langsung tahu bahwa beliau adalah orang yang merawat temannya.

“Anyeonghaseyo Presdir. Perkenalkan saya adalah Melanie.” Melanie menyapa Presdir.

“Jadi kau adalah Melanie?” tanya Presdir.

&&&&&

Melanie sudah duduk tenang di dalam mobil bersama dengan Tia juga Presdir. Mengetahui Melanie berkunjung, Presdir langsung mengajak Melanie untuk berlibur bersama. Melanie sempat menolak karena ia belum ada persiapan untuk berlibur, tapi Presdir tetap bersikeras mengajak Melanie. Dan meminta Tia untuk menemani Melanie membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk berlibur.
Setelah mendapatkan barang-barang yang kemungkinan dibutuhkan oleh Melanie. Merekapun kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat berlibur. Sekretaris Choi mengemudikan mobil dengan tenang dan focus. Perjalanan mereka menuju daerah pegunungan, dan merekapun sampai pada suatu rumah. Bisa disebut villa pribadi yang dimiliki oleh Presdir.

“Sepertinya tuan muda sudah sampai Presdir.” Sekretaris Choi melaporkan keberadaan putra dari Presdir.

“Apakah oppa juga ikut berlibur?!” tanya Tia spontan, setelah mendengar sekretaris Choi.

“Iya. Mereka sudah sampai disini sejak tadi malam.” Jawab Presdir dengan senyum yang mengembang.

Mereka? Kenapa Presdir menyebutkan, mereka. Siapa mereka? Batin Tia dalam hati. Tia masih terlihat binggung dengan jawaban Presdir, tapi Presdir sudah turun terlebih dahulu dari mobil.

“Tia, ada apa?” tanya Melanie yang ikut binggung melihat ekspresi Tia.

“Tuan muda dan teman-temannya juga diundang oleh Presdir untuk berlibur bersama.” Sekretaris Choi seperti mengetahui kebingungan yang dialami oleh Tia.

“Ou…jadi itu yang dimaksud Presdir??” Tia mengangguk-angguk sendiri.

“Ya nona.” Setelah menjawab Tia, sekretaris Choi juga ikut turun dari mobil, dan bergegas mengeluarkan barang-barang yang ada didalam bagasi. Tia dan Melanie juga segera turun dan membantu sekretaris Choi. Sekretaris Choi sudah berjalan terlebih dahulu di depan Tia dan Melanie.

“Melanie,,” panggil Tia.

“Ya.”

“Kau jangan dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu ya.” Tia memberitahu Melanie.

“Orang gila?” Melanie terlihat binggung dengan ucapan teman kecilnya itu.

“Anak dari Presdir itu sedikit punya masalah kejiwaan. Kemungkinan besar teman-temannya juga akan sama sepertinya.” Kata Tia sambil mereka berjalan menuju ke arah villa. “Jadi kau harus berhati-hati dengan mereka. Ok?!” Melanie pun hanya mengangguk mendengar ucapan Tia, tapi dengan raut wajah yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Tia.

&&&&&

“Nona, tolong ini ditaruh sana saja.” Kata sekretaris Choi yang dibantu oleh Melanie. Melanie kemudian menurut pada sekretaris Choi menuju tempat yang ditunjukkan oleh sekretaris Choi.

Mereka sedang mempersiapkan sesuatu malam ini, BBQ. Ssekretaris Choi, Tia juga Melanie mempersiapkan apa-apa saja yang akan mereka pakai untuk memanggang BBQ. Mereka terlihat bersemangat saat menyiapkan peralatan dan juga bahan.

Melanie dimitai tolong sekretaris Choi untuk mengambilkan sesuatu agak jauh dari tempat mereka. Melanie segera mengambilkannya untuk sekretaris Choi, tapi saat ia akan sampai tiba-tiba kaki Melanie tersandung dan akan jatuh. Sekretaris Choi yang mengetahui dari jauh juga ikut terkejut, ingin menolong tapi jarak mereka jauh.
Untung saja ada seseorang yang menangkap Melanie sehingga Melanie tidak jadi terjerembab jatuh. Melanie sangat beruntung ia tidak jadi jatuh, Melanie tetap cemas.

“Gwaenchana?” tanya orang yang menangkap Melanie.

“Ye. Gamsahamnida.” Ucap Melanie saat masih dalam posisi tubuhnya ditangkap oleh orang tersebut. Mereka berdua sudah pada posisi yang baik sekarang, Melanie berdiri dengan tegak dan sekali lagi Melanie ingin mengucapkan terima kasih.
“Gam..” ucapan Melanie terhenti ketika melihat orang itu. “O!”

“Melanie-si??”

&&&&&

Semua orang sudah berkumpul untuk BBQ bersama-sama, Presdir juga sudah ada disana. Semua tampak senang malam ini, sekretaris Choi memanggang daging sapi dibantu oleh Xiu Min. Untuk memecah keheningan malam, Lay memetik gitarnya, dan Melanie yang mengetahui alunan gitar Lay mendendangkan sebuah lagu. Tanpa sadar tubuh semua orang juga ikut bergoyang mengikuti irama dan alunan lagu yang dinyanyikan Melanie. Lagu yang dinyanyikan pun juga sangat pas dengan suasana mereka malam ini.

“Daging sudah matang!!!” teriak Xiu Min memberitahu bahwa daging BBQ sudah matang.

Tia dengan cepat dan sigap mengambil beberapa potong daging dan diberikan untuk Presdir.
“Ayah, ini untuk ayah… Apakah ayah mau mencoba dengan daun selada?”

“Boleh.” Jawab Presdir. Tia kemudian meracik BBQ untuk Presdir, membalut daging dengan daun selada dan beberapa potong bawang putih dan juga bumbu lain, bisa disebut galbi. Selain memanggang daging juga ada sosis dan bahan lain juga yang bisa dijadikan BBQ.

Disisi lain, Melanie yang juga sedang diperhatikan oleh seseorang.

“Melanie-si,,” panggil Tao, Melanie pun menoleh. “Ini untuk mu.” Tao memberikan racikan galbinya untuk Melanie, dan tidak tanggung-tanggung Tao menyuapkannya untuk Melanie. Tapi dengan halus Melanie mengambil galbi itu dan menyuapkan dengan tangannya sendiri.

“Gamsahamnida.” Ucap Melanie dengan mulut penuh galbi dan tersenyum. “Oppa, apakah oppa juga mau?”

“O. Tentu. Tapi aku mau kau yang meraciknya ya…” rayu Tao.

“Tenang aku akan buatkan untuk oppa.”

&&&&&

“Yah! Melanie!” panggil Tia sesampainya mereka di kamar.

“Wae-yo?”

“Kenapa kau tidak mendengarkanku, hah?!” Tia kesal.

“Hah?” tanya Melanie dengan raut wajah mengantuk.

“Aku bilang kau jangan dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu. Tapi kenapa kau tadi dengan penuh mesra, main suap-suapan hah?! Dengan siapa itu…” Tia coba mengingat-ingat.

“Tao oppa?” sahut Melanie.

“Ya, betul. Dengan dia.”

“Tia…aku kan hanya mengucapkan terima kasih karena tadi Tao oppa menolongku.” Melanie menjelaskan

“Benar???” pandangan Tia menyelidik.

“Ya sudah ah…aku mengantuk.” Melanie sudah diranjang dengan posisi tidur.

&&&&&

Tia masih ada di alam mimpi pagi ini. Tia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang terkena sinar dari balik jendela. Tia mencoba mencari handphonenya yang ia letakkan dimeja dekat ranjangnya.
Jam tujuh. Ucap dalam hatinya setelah melihat jam yang ada dihandphonenya. Tia baru menyadari bahwa teman yang tidur satu kamar dengannya sudah tidak ada disisinya.

“Melanie-ah… Melanie-ah….” Tia memanggil-manggil Melanie. Mau tak mau Tia akhirnya bangun juga dari tempat tidurnya dan beranjak turun ke lantai bawah, setelah merapikan dirinya.

Kemana orang-orang ya? Batin Tia dalam hati saat melihat ruang tengah sepi tak ada satu orang pun. Tia menuju dapur dan mencari sesuatu yang bisa dimakannya pagi ini.

“Kenapa perutku lapar? Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.


“Aaaa!!” teriak Tia tiba-tiba.

bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar