Part 14
“Anyeonghaseyo
oppa…” sapa Melanie saat melihat Tao.
“Melanie-si, kau sudah
bangun sepagi ini?” Tao sedikit terkejut saat Melanie menyapanya dan pastinya
juga ada perasaan senang.
“Ne. Aku ingin menghirup
udara segar pegunungan, karena jarang sekali aku dapat berlibur dan melihat
pemandangan di gunung.” Melanie menjelaskan dengan senyum yang mengembang.
“Apakah kau mau
jalan-jalan?” Tao menawarkan.
“O! Tentu. Aku
mau.” Jawab Melanie semangat dan senang.
&&&&&
“Paman, terima kasih telah
mengundang kami untuk berlibur.” Ucap Xiu Min pada ayah Kris. Mereka sudah
berada di luar villa, untuk berjalan-jalan menyusuri jalan setapak sekitar
villa.
“Hahaha. Kalian ini,
kenapa harus sungkan seperti itu hah?” Xiu Min dan Lay tersenyum canggung
mendengar jawaban Presdir dengan tawa yang renyah.
“Kalian ini sudah paman
anggap seperti anak paman. Kalian sudah berteman dengan anakku Kris lama. Dan
paman tahu bagaimana sifat kalian. Hahahaha.”
“Terima kasih
paman.” Gantian Lay yang mengucapkan terima kasih.
“Jadi pagi ini
kalian harus menemani paman untuk jalan-jalan ya?”
“Ye. Kami akan menemani
paman.” Jawab Xiu Min dan Lay kompak bersamaan, membuat Presdir tertawa.
“Tapi, Kris belum bangun,
bagaimana paman?” Xiu Min mengingatkan Presdir tentang anaknya.
“Sudahlah, jangan kau
hiraukan pemalas itu.” Jawab Presdir sambil berjalan meninggalkan Xiu Min dan
Lay. Kemudian Xiu Min dan Lay bergegas
menyusul Presdir.
&&&&&
“Kenapa perutku lapar?
Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil
mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.
“Aaaa!!” teriak
Tia tiba-tiba.
“Wae?” tanya Kris dengan
nada datar. “Kemana yang lain?” Kris sudah duduk di depan meja makan.
Ternyata yang terlambat bangun bukan hanya aku saja, brarti
aku ada temannya.
Batin Tia sambil tersenyum. Tapi kenapa
harus dia yang menjadi temanku??? Tia menjadi muram.
“Yah! Kenapa kau hanya
membuat satu roti saja, bukankah ada temanmu disini?”
“Jadi?” tanya Tia
pura-pura tidak tahu yang dimaksud Kris.
“Dasar.” Kris
menjadi sedikit kesal. “Tolong buatkan aku roti juga.”
“Ou…jadi tuan
muda kita juga ingin roti ya,,,,” goda Tia.
“Cepatlah…”
“Jika kau ingin cepat kau
buat saja sendiri.” Tia berhenti untuk mengoles selai diatas roti.
“Ya sudah kalau begitu…”
jawab Kris santai, tapi tangannya sudah menyambar roti selai buatan Tia yang
pertama dan melahapnya.
“Yah!!” Tia
berteriak. “Itu milikku!”
“Aku sudah lapar.”
“Itu juga sudah aku
gigit.” Tia menjelaskan dengan muka panic dan kesal pada ulah Kris.
“Tidak masalah bagiku. Kau
buat lagi saja.” Kris berucap dengan santai masih memakan roti selai. Tia
memandang dengan kesal. “Rotinya masih duakan? Bukankah itu cukup untukmu?”
“Kau benar-benar pintar.”
Tia kesal karena roti selai yang pertama ia buat itu ada tiga, tapi yang akan
dibuat selanjutnya tinggal dua. Kris dengan cepat melihat situasi dan tidak
peduli bahwa roti selai yang pertama sudah sedikit digigit Tia.
“Gomawo.” Kris
meninggalkan Tia.
&&&&&
“Kenapa oppa
memandangiku?” Tanya Melanie yang mendapati Tao sedang memandangnya sambil
tersenyum.
“Hehe, aku senang kita
bisa bertemu lagi. Ya….seperti ini.” Tao mendekatkan wajahnya ke wajah Melanie
“Apakah ini jodoh?”
Ditanya begitu Melanie
jadi memerah pipinya dan ia mematung sebentar, kemudian kembali ke alam sadar.
Tao terkekeh melihat reaksi Melanie.
“Hehehehe”
Melanie juga ikut tersenyum kaku.
“Kenapa kau bisa mengenal
Tia?” Tao mengubah topic pembicaraan supaya Melanie tidak canggung.
“Kita adalah
sahabat dari kecil. Kita dibesarkan bersama di panti.”
“Panti??” Tao
sedikit terkejut, Melanie mengangguk mengiyakan.
“Rumah yang kita tinggali
itu adalah panti. Biasa aku dan Tia menyebutnya rumah, karena disana keluarga
kita berada, maka lebih enak menyebutnya rumah.”
“Jadi,,,kalian anak
panti?” Tao menanyakan untuk menyakinkan. Melanie mengangguk mantap.
“Tapi,,, alangkah
bahagianya, karena Tia sudah bertemu dengan keluarga yang sebenarnya.”
“Keluarga yang
sebenarnya?” Tao tidak mengerti.
“Ya. Keluarga yang
sebenarnya. Sebenarnya Tia….” Tiba-tiba Melanie menghentikan bicaranya.
“Oh,,,oppa, apakah kau tidak lapar?” ucap Melanie sambil memegangi perutnya.
Tao yang masih mendengarkan cerita Melanie jadi bingung karena tiba-tiba
Melanie mengubah topic pembicaraan. Dengan nurutnya Tao menerima ajakan Melanie
untuk mencari makan pagi.
& & & &
&
Tia melihat Xiu Min dan
Lay yang sedang berjalan sambil bercanda memasuki halaman villa.
“O! Selamat pagi Tia-si.”
Sapa Xiu Min dengan wajah yang cerah sambil melambaikan tangan, sok akrab.
“Tia-si, good morning..”
Lay juga ikut menyapa.
“Selamat pagi oppa.”
Dengan sopan Tya membalas salam dari Xiu Min dan Lay.
“Wah… Tia-si sangat rajin,
sehingga melewatkan jalan-jalan di pagi hari.” Ucap Xiu Min bermaksud
menyindir.
Kau menyindirku yah???! Batin Tia dalam hati yang mengetahui maksud
ucapan Xiu Min.
“Ye, aku memang sangat
rajin oppa, jadi sampai aku berjalan-jalan pagi diatas tempat tidur.” Jawab Tia
dengan percaya diri dan tertawa.
“Tia-si, dia memang
begitu,,,” Lay mencoba menjelaskan supaya Tia memaklumi tingkah Xiu Min. Dan
Xiu Min sudah masuk ke dalam villa “Karena ingin melucu.” Kemudian Lay dan Tia
tertawa bersama.
& & & &
&
“Melanie-ah,,,” yang
dipanggil sedang berias di depan cermin “Melanie!” nada suara Tia meninggi
karena merasa diabaikan.
“Waeyo?” masih berias.
“Kenapa kau meninggalkan
aku tadi, hah?!” Tia sudah berada di dekat Melanie dan berkacak pinggang.
“Apakah itu yang disebut teman?!”
“Tia-ah, asal kau tahu
saja, sangat lelah membangunkanmu.” Melanie mengingat dirinya saat berusaha
membangunkan Tia, yang tidak merespon sama sekali. “Hhhhfffff, hampir dua puluh
kali aku berusaha.” Dibilang begitu Tia jadi malu sendiri dan menghentikan
omelannya.
& & & &
&
“Sekretaris Choi, anda mau
kemana?” Tanya Tia saat berpapasan dengan sekretaris Choi.
“Presdir ada urusan
mendadak dan kita akan pulang lebih dulu.” Jawab Sekretaris Choi “Nona dan yang
lain silahkan melanjutkan liburan anda smua.” Kemudian Sekretaris Choi bergegas
meninggalkan villa bersama dengan Presdir.
& & & &
&
Tia berjalan dengan sangat
pelan-pelan, berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun dalam tiap
langkahnya. Matanya pun terus mengawasi dua sejoli yang berjalan didepannya
tanpa mereka tahu bahwa Tia sedang mengikuti mereka berdua.
Kenapa mereka terus memasuki kawasan hutan? Batin Tia dalam hati
sambil mengomel. Hari kan sudah hampir
gelap. Awas saja kalo teman orang gila itu berani menyentuh Melanie, akan aku
bunuh! Tia terus membatin dalam hati.
Tia terus mengawasi
pergerakan mereka, dilihatnya dari jarak agak jauh teman kecilnya itu menikmati
percakapan dengan teman kencannya. Tia berjongkok disemak-semak supaya tidak
ketahuan bahwa ia mengikuti Melanie dan Tao. Tia jadi merasa bersalah, karena
mencurigai teman kecilnya, bahkan ia melihat ada senyum kegembiraan saat teman
kecilnya itu berbicara dengan pria yang ada bersamanya.
Kaki Tia merasa kesemutan,
karena jongkok terlalu lama untuk bersembunyi, Tia kemudian kembali mengintip
orang yang ia ikuti.
“Mwo??!” Tia sepontan
langsung berdiri dari tempat ia bersembunyi.
bersambung,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar