Rabu, 15 Oktober 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 14



Part 14

“Anyeonghaseyo oppa…” sapa Melanie saat melihat Tao.

“Melanie-si, kau sudah bangun sepagi ini?” Tao sedikit terkejut saat Melanie menyapanya dan pastinya juga ada perasaan senang.

“Ne. Aku ingin menghirup udara segar pegunungan, karena jarang sekali aku dapat berlibur dan melihat pemandangan di gunung.” Melanie menjelaskan dengan senyum yang mengembang.

“Apakah kau mau jalan-jalan?” Tao menawarkan.

“O! Tentu. Aku mau.” Jawab Melanie semangat dan senang.

&&&&&

“Paman, terima kasih telah mengundang kami untuk berlibur.” Ucap Xiu Min pada ayah Kris. Mereka sudah berada di luar villa, untuk berjalan-jalan menyusuri jalan setapak sekitar villa.

“Hahaha. Kalian ini, kenapa harus sungkan seperti itu hah?” Xiu Min dan Lay tersenyum canggung mendengar jawaban Presdir dengan tawa yang renyah.
“Kalian ini sudah paman anggap seperti anak paman. Kalian sudah berteman dengan anakku Kris lama. Dan paman tahu bagaimana sifat kalian. Hahahaha.”

“Terima kasih paman.” Gantian Lay yang mengucapkan terima kasih.

“Jadi pagi ini kalian harus menemani paman untuk jalan-jalan ya?”

“Ye. Kami akan menemani paman.” Jawab Xiu Min dan Lay kompak bersamaan, membuat Presdir tertawa.

“Tapi, Kris belum bangun, bagaimana paman?” Xiu Min mengingatkan Presdir tentang anaknya.

“Sudahlah, jangan kau hiraukan pemalas itu.” Jawab Presdir sambil berjalan meninggalkan Xiu Min dan Lay.  Kemudian Xiu Min dan Lay bergegas menyusul Presdir.

&&&&&

“Kenapa perutku lapar? Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.

“Aaaa!!” teriak Tia tiba-tiba.

“Wae?” tanya Kris dengan nada datar. “Kemana yang lain?” Kris sudah duduk di depan meja makan.

Ternyata yang terlambat bangun bukan hanya aku saja, brarti aku ada temannya. Batin Tia sambil tersenyum. Tapi kenapa harus dia yang menjadi temanku??? Tia menjadi muram.

“Yah! Kenapa kau hanya membuat satu roti saja, bukankah ada temanmu disini?”

“Jadi?” tanya Tia pura-pura tidak tahu yang dimaksud Kris.

“Dasar.” Kris menjadi sedikit kesal. “Tolong buatkan aku roti juga.”

“Ou…jadi tuan muda kita juga ingin roti ya,,,,” goda Tia.

“Cepatlah…”

“Jika kau ingin cepat kau buat saja sendiri.” Tia berhenti untuk mengoles selai diatas roti.

“Ya sudah kalau begitu…” jawab Kris santai, tapi tangannya sudah menyambar roti selai buatan Tia yang pertama dan melahapnya.

“Yah!!” Tia berteriak. “Itu milikku!”

“Aku sudah lapar.”

“Itu juga sudah aku gigit.” Tia menjelaskan dengan muka panic dan kesal pada ulah Kris.

“Tidak masalah bagiku. Kau buat lagi saja.” Kris berucap dengan santai masih memakan roti selai. Tia memandang dengan kesal. “Rotinya masih duakan? Bukankah itu cukup untukmu?”

“Kau benar-benar pintar.” Tia kesal karena roti selai yang pertama ia buat itu ada tiga, tapi yang akan dibuat selanjutnya tinggal dua. Kris dengan cepat melihat situasi dan tidak peduli bahwa roti selai yang pertama sudah sedikit digigit Tia.

“Gomawo.” Kris meninggalkan Tia.

&&&&&

“Kenapa oppa memandangiku?” Tanya Melanie yang mendapati Tao sedang memandangnya sambil tersenyum.

“Hehe, aku senang kita bisa bertemu lagi. Ya….seperti ini.” Tao mendekatkan wajahnya ke wajah Melanie “Apakah ini jodoh?”
Ditanya begitu Melanie jadi memerah pipinya dan ia mematung sebentar, kemudian kembali ke alam sadar. Tao terkekeh melihat reaksi Melanie.

“Hehehehe” Melanie juga ikut tersenyum kaku.

“Kenapa kau bisa mengenal Tia?” Tao mengubah topic pembicaraan supaya Melanie tidak canggung.

“Kita adalah sahabat dari kecil. Kita dibesarkan bersama di panti.”

“Panti??” Tao sedikit terkejut, Melanie mengangguk mengiyakan.

“Rumah yang kita tinggali itu adalah panti. Biasa aku dan Tia menyebutnya rumah, karena disana keluarga kita berada, maka lebih enak menyebutnya rumah.”

“Jadi,,,kalian anak panti?” Tao menanyakan untuk menyakinkan. Melanie mengangguk mantap.

“Tapi,,, alangkah bahagianya, karena Tia sudah bertemu dengan keluarga yang sebenarnya.”

“Keluarga yang sebenarnya?” Tao tidak mengerti.

“Ya. Keluarga yang sebenarnya. Sebenarnya Tia….” Tiba-tiba Melanie menghentikan bicaranya. “Oh,,,oppa, apakah kau tidak lapar?” ucap Melanie sambil memegangi perutnya. Tao yang masih mendengarkan cerita Melanie jadi bingung karena tiba-tiba Melanie mengubah topic pembicaraan. Dengan nurutnya Tao menerima ajakan Melanie untuk mencari makan pagi.

& & & & &

Tia melihat Xiu Min dan Lay yang sedang berjalan sambil bercanda memasuki halaman villa.

“O! Selamat pagi Tia-si.” Sapa Xiu Min dengan wajah yang cerah sambil melambaikan tangan, sok akrab.

“Tia-si, good morning..” Lay juga ikut menyapa.

“Selamat pagi oppa.” Dengan sopan Tya membalas salam dari Xiu Min dan Lay.

“Wah… Tia-si sangat rajin, sehingga melewatkan jalan-jalan di pagi hari.” Ucap Xiu Min bermaksud menyindir.

Kau menyindirku yah???! Batin Tia dalam hati yang mengetahui maksud ucapan Xiu Min.

“Ye, aku memang sangat rajin oppa, jadi sampai aku berjalan-jalan pagi diatas tempat tidur.” Jawab Tia dengan percaya diri dan tertawa.

“Tia-si, dia memang begitu,,,” Lay mencoba menjelaskan supaya Tia memaklumi tingkah Xiu Min. Dan Xiu Min sudah masuk ke dalam villa “Karena ingin melucu.” Kemudian Lay dan Tia tertawa bersama.

& & & & &

“Melanie-ah,,,” yang dipanggil sedang berias di depan cermin “Melanie!” nada suara Tia meninggi karena merasa diabaikan.

“Waeyo?” masih berias.

“Kenapa kau meninggalkan aku tadi, hah?!” Tia sudah berada di dekat Melanie dan berkacak pinggang. “Apakah itu yang disebut teman?!”

“Tia-ah, asal kau tahu saja, sangat lelah membangunkanmu.” Melanie mengingat dirinya saat berusaha membangunkan Tia, yang tidak merespon sama sekali. “Hhhhfffff, hampir dua puluh kali aku berusaha.” Dibilang begitu Tia jadi malu sendiri dan menghentikan omelannya.

& & & & &

“Sekretaris Choi, anda mau kemana?” Tanya Tia saat berpapasan dengan sekretaris Choi.

“Presdir ada urusan mendadak dan kita akan pulang lebih dulu.” Jawab Sekretaris Choi “Nona dan yang lain silahkan melanjutkan liburan anda smua.” Kemudian Sekretaris Choi bergegas meninggalkan villa bersama dengan Presdir.

& & & & &

Tia berjalan dengan sangat pelan-pelan, berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun dalam tiap langkahnya. Matanya pun terus mengawasi dua sejoli yang berjalan didepannya tanpa mereka tahu bahwa Tia sedang mengikuti mereka berdua.

Kenapa mereka terus memasuki kawasan hutan? Batin Tia dalam hati sambil mengomel. Hari kan sudah hampir gelap. Awas saja kalo teman orang gila itu berani menyentuh Melanie, akan aku bunuh! Tia terus membatin dalam hati.
Tia terus mengawasi pergerakan mereka, dilihatnya dari jarak agak jauh teman kecilnya itu menikmati percakapan dengan teman kencannya. Tia berjongkok disemak-semak supaya tidak ketahuan bahwa ia mengikuti Melanie dan Tao. Tia jadi merasa bersalah, karena mencurigai teman kecilnya, bahkan ia melihat ada senyum kegembiraan saat teman kecilnya itu berbicara dengan pria yang ada bersamanya.
Kaki Tia merasa kesemutan, karena jongkok terlalu lama untuk bersembunyi, Tia kemudian kembali mengintip orang yang ia ikuti.

“Mwo??!” Tia sepontan langsung berdiri dari tempat ia bersembunyi.


bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar