Sabtu, 28 Juni 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 12

Part 12

“Gomawo..” Kris menoleh ke arah Tia, Tia tersenyum pada Kris. “Jujur saja, ini adalah tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran.” Ucap Tia sambil melihat ke sungai.

“Kau bisa berpikir?” tanya Kris, membuat Tia menghela nafas, sebal. “Aku kira kepalamu tidak ada isinya.”

“Aku tidak seperti dirimu.” Tia menoleh pada Kris dengan mimic muka meremehkan.

“Maksudmu?”

“Bukannya kepalamu itu yang tidak ada isinya, hah?!” Tia kesal. “Baru saja diberi ucapan terima kasih sudah membuat orang kesal.” Tia mengomel.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Kris dengan nada yang serius sambil melihat ke sungai.

“Banyak.” Tia menghela nafas. “Akan sangat panjang jika diceritakan.”

“Boleh aku bertanya?”

“Mwo?”

“Kenapa kau mencuri?”

“Aku? Mencuri?”

“Ya.”

“Aku….” Tia berhenti sejenak. “Karena aku harus menghidupi orang lain.”

“Dengan mencuri?”

“Sebenarnya, aku hanya mencuri dari orang asing.”

“Orang asing?” alis Kris bertaut.

“Ya. Orang asing.” Tia mengangguk. “Aku hapal dengan pengunjung yang ada di pusat perbelanjaan itu. Jadi jika ada orang asing datang berkunjung, aku bisa tahu.”

“Jadi kau menganggapku orang asing?” tanya Kris, Tia dengan satu anggukan mantab menjawab Kris.

“Dengan wajah tidak pernah tersenyum seperti itu, pasti akan sangat menyenangkan jika melihatnya panic.” Ejek Tia.

“Wajahku ini cool dan menawan.” Kris menyombongkan diri.

“Bangganya…ckckckck.” Cibir Tia.

“Sebenarnya siapa yang kau hidupi?” tanya Kris ingin tahu.

“Hmm….aku punya banyak adik, jadi aku harus merawat mereka.”

“Dimana orang tuamu?”

Ada. Aku membantu mereka.” Kris memperhatikan ekspresi wajah Tia. “O! Kenapa oppa kemari? Apa ada yang oppa pikirkan?”

“Sama sepertimu, ada yang sedang aku pikirkan.”

“Aku pikir, orang sepertimu tidak pernah punya masalah, sehingga tidak pernah berpikir.” Lagi-lagi Tia mencibir.

“Kau kira aku bukan orang normal, hah?!”

“Kau yang bilang sendiri. Hehehe. Trus apa yang sedang oppa pikirkan?”

“Aku tidak akan memberitahu mu.” Jawab Kris.

Menyebalkan. Batin Tia.

&&&&&

“Aku heran, tadi aku yakin melihatnya.” Soa masih merasa penasaran.

“Mungkin hanya orang yang mirip.” Chan Sung membelokkan mobilnya.

“Ani. Aku sangat yakin itu dia. Tapi kenapa dia bisa datang ke pesta?”

“Mungkin noona merindukannya.” Jawab Chan Sung dengan pandangan masih lurus ke depan.

“Kau pikir aku berhalusinasi, hah?!”  Soa jadi sedikit sebal. “Dasar kau.”

“Aku yakin suatu hari akan menemukannya noona. Kita harus sedikit bersabar saja.” Raut muka Chan Sung serius.

&&&&&

“Aku ingin berlibur, sekretaris Choi.” Presdir memberitahu sekretaris Choi.

“Anda ingin berlibur kemana Presdir?” menuangkan teh kedalam cangkir minuman Presdir.

“Aku hanya ingin bersantai dan menghirup udara segar.” Ucap Presdir sambil bersandar dikursinya. Sekretaris Choi yang duduk disebelah tersenyum.

&&&&&

“Jinja-yo?!!” Tia melotot tak percaya. Presdir mengangguk menjawab Tia. “Jinja?!” ulang Tia lagi.

“Apakah aku Nampak berbohong?” ganti Presdir yang bertanya.

“Bukan begitu ayah…hehehe” Tia tertawa. “Karena aku sudah lama tidak berlibur. Makanya aku senang ayah mengajakku untuk berlibur.”

“Apakah kau begitu senang sehingga kau menanyakannya berulang-ulang?”

“Ya! Aku sang….ngat….senang….Hihihi.”

“Kau benar-benar, mirip putriku.” Presdir menepuk pundak Tia sambil tersenyum.

“Aku memang putri ayah kan?” dengan bangga Tia berucap.

&&&&&

“Benarkah?!” tanya Xiu Min dengan heran setelah meneguk minumannya.

“Ya.” Jawab Kris tanpa ekspresi.

“Ah….kau bercanda.” Xiu Min tak percaya.

“Apa aku terlihat bercanda? Hah?”

“Aku ikut.” Sahut Tao. Kris mengangguk-angguk dan mengacungkan jempolnya ke arah Tao, kemudian Tao mengedipkan sebelah matanya.

“Aku juga akan ikut.” Lay ikut bersuara. “Aku akan rileks.”

“Xiu Min, bagaimana denganmu?”

“Aku?” ketiga temannya memandang menunggu jawaban Xiu Min. “Aku…aku… Ya, aku akan ikut kalian saja.” Sepertinya Xiu Min menyerah.

“Hyung, kau tulus bukan?” tanya Tao.

“Ya…” jawab Xiu Min lirih.

“Jika kau terpaksa kau tidak perlu ikut.” Kris memberitahu.

“Aku diundang kenapa aku tidak ikut?” jawab Xiu Min.

“Tapi kenapa raut wajahmu seperti itu?” Lay ikut menimpali.

“Biasa saja.” Xiu Min tersenyum didepan ketiga temannya.

&&&&&

Terlihat sekretaris Choi memasukkan beberapa tas ke dalam bagasi mobil, dibantu oleh Tia. Hari dimana Tia menantikannya sudah tiba, mereka akan berlibur. Terlihat pengurus Jang juga ikut membantu memasukan barang-barang yang akan dibawa.

“Sepertinya sudah tidak ada yang tertinggal nona.” Ucap sekretaris Choi setelah mengecek barang-barang yang sudah masuk.

“Kalau begitu kita siap berangkat!” Tia mengangkat tangan kanannya ke udara. “Aku akan memanggil Presdir, bahwa kita sudah selesai.”

Baik nona.”

Tia kemudian berjalan masuk ke dalam rumah untuk memanggil Presdir. Akhirnya semua sudah siap, Presdir dengan raut wajah yang gembira masuk ke dalam mobil. Tia juga akan menyusul Presdir dan sekretaris Choi yang sudah berada di dalam mobil.
Tetapi Tia melihat sosok yang ia kenal berada di luar pintu gerbang rumah, Tia mecoba mengecek apakah benar yang ia lihat. Tia berjalan perlahan menghampiri orang tersebut. Betapa terkejutnya bahwa orang yang dilihatnya itu adalah benar-benar orang yang Tia kenal.

“Melanie-ah?” panggil Tia.

“Tia.” Melanie kemudian memegang tangan Tia.

“Melanie, ada apa?” tanya Tia dengan sedikit cemas.


bersambung,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar