Part 11
Beberapa hari sudah
berlalu setelah peristiwa perang krim antara Tia dan Kris. Mereka juga masih
seperti biasa, dengan sikap mereka yang masih tidak bersahabat. Tapi Tia sudah
membuatkan sarapan untuk Kris, walau terkadang porsi yang diberikan
berbeda-beda.
“Yah, kenapa porsi milikku
terlihat berbeda dengan milik ayah?” Kris beranjak dari meja makan dan bertanya
pada Tia yang saat itu sedang mengambil sesuatu.
“Wae?” Tia sedikit melotot
“Apakah kau tidak terima? Jika kau tidak terima, masak saja sendiri.” Jawab Tia
dengan suara yang pelan supaya Presdir tidak mendengar.
Kris juga terkadang masuk
ke kamar Tia tanpa ijin. Sehingga membuat Tia kesal, karena tingkah laku Kris.
Saat Tia masuk kamarnya Kris sudah duduk tenang di kursi sedang mendengarkan
mp3 dan membaca buku.
Manusia tak bermoral. Apa dia tidak bisa membedakan mana kamar
wanita dan kamar pria? Seenaknya masuk ke kamar orang. Tia hanya bisa mengomel
dalam hati. Tia tidak bisa bertindak apapun karena ia sudah menyelidiki
ternyata kunci kamarnya sama dengan Kris. Dan Tia tidak memiliki kunci
tersebut.
“Apakah kau akan duduk
disana terus? Selagi aku mengganti bajuku?” tanya Tia mendapat ide untuk
mengusir Kris dari kamarnya.
“Kau tidak memiliki
sesuatu yang menarik untuk dilihat.” Jawab Kris sambil tersenyum sinis ke arah
Tia. Membuat Tia melotot tidak terima. Tapi Kris beranjak juga dari kamar Tia.
&&&&&
“Apakah anda akan
menghadiri acara tersebut Presdir?” sekretaris Choi bertanya.
“Sepertinya begitu
sekretaris Choi.” Presdir menjawab sambil tersenyum. “Aku mendapatkan ide yang
lebih baik.” Ucap Presdir penuh maksud.
“Ide?” sekretaris Choi
tidak mengerti, Presdir kembali tersenyum pada sekretaris Choi.
&&&&&
Kris sudah memakai setelan
jas yang pantas, karena dia akan menemani Presdir menghadiri undangan. Kris
sudah melajukan mobilnya menuju Sesang Collection dimana Presdir ingin Kris
bertemu dengannya di tempat itu.
Tapi sampai di Sesang
Collection, Kris tidak menemukan ayahnya. Seseorang keluar dengan dandanan yang
berbeda, mata Kris terbelalak tak percaya melihat orang yang berdiri
dihadapannya.
“Pasangan anda sudah siap
tuan.” Ucap Stylist Byun.
Dengan gaun warna merah
muda yang soft dan make up yang selaras tapi dipoles dengan minimalis, juga
rambut yang diikat menyamping. Membuat orang tersebut berbeda dari biasanya.
Kris masih terpana melihat orang itu sebelum Kris mengeluarkan suatu perkataan
yang membuat orang yang dilihatnya sebal.
“Stylist Byun, kau hebat,
bisa merubah itik buruk rupa menjadi angsa.” Perkataan Kris membuat stylist
Byun tersenyum.
Dasar! Jika tidak disini, akan ku robek mulutmu. Umpat Tia dalam hati, sambil
melotot ke arah Kris. Tapi Tia tetap berusaha tersenyum dihadapan stylist Byun.
&&&&&
Kris mencoba mencari
dimana keberadaan Tia, karena Kris asyik ngobrol dengan seniornya sehingga ia
lupa dengan Tia. Sambil memperhatikan sekitarnya Kris berjalan mencari Tia,
terkadang Kris juga akan menyapa tamu undangan yang ia kenal. Kris mencoba
mencari Tia di tempat prasmanan, pikir Kris mungkin Tia akan mencoba hidangan
yang disajikan. Kris tetap tidak menemukan Tia.
Karena kesal akhirnya
tidak mencari lagi, Kris kemudian menemui tuan rumah untuk memberikan ucapan
selamat. Baru setelah itu Kris menuju meja prasmanan untuk menikmati hidangan
dan mengobrol dengan beberapa tamu undangan yang dikenal.
“Kris,,,” seseorang
memanggil Kris dari arah belakang, Kris menoleh. “Kris, oreganmani-e-yo.” Sapa
orang itu pada Kris sambil mengulurkan tangan. Kris membeku sebentar dan
akhirnya menyambut uluran tangan itu.
“Ye. Bangapsumnida.” Ucap
Kris sambil berjabat tangan.
“Kau sudah pulang dari
luar negri. Sudah lama kau tiba di Korea ?”
“Ya…mungkin sekitar hampir
satu bulan.”
“O, ternyata sudah lama
kau tiba. Aku senang bertemu denganmu.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Chan Sung –ah..” panggil
seorang wanita pada orang yang berbicara dengan Kris.
“Noona.”
“Kris, kenalkan ini
saudaraku.” Chan Sung memperkenalkan kakak perempuannya. “Soa noona, ini Kris.”
“Anyeonghaseyo Kris.” Sapa
Soa pada Kris. “Temanmu sangat tampan.” Ucap Soa tanpa basa-basi setelah
berkenalan dengan Kris. “Oya,,!!” Soa tersentak sendiri seperti teringat
sesuatu hal yang ingin disampaikan pada Chan Sung. “Chan Sung –ah, tadi aku
melihatnya disekitar sini.”
“Jinjja-yo?” Chan Sung
bertanya dan Soa mengangguk.
“Atau kita cari saja?”
usul Soa.
“Kris, senang bertemu
denganmu. Aku pergi dulu, ada urusan.”
“Anyeong.” Soa berpamitan
pada Kris, Kris tersenyum menanggapi.
Kenapa disaat seperti ini aku harus bertemu denganmu? Tanya Kris dalam hati. Dan lagi aku harus mencari perempuan gila
itu. Kemana perginya?
&&&&&
“Anda terlihat begitu
senang Presdir.” Ucap Sekretaris Choi yang dari tadi memperhatikan Presdir.
“Pasti mereka berdua
sedang berada dalam pesta.” Kata Presdir sambil bersandar dikursinya, di ruang
kerjanya yang ada di rumah.
“Saya kwatir, tuan muda
nanti pulang dan marah-marah pada anda.”
“Tidak mungkin. Kalau anak
itu protes, pasti dari tadi dia sudah menelponku, sekretaris Choi. Kau ini
seperti tidak tahu wataknya saja?”
“Apakah tidak apa-apa
membiarkan mereka berdua saja Presdir?”
“Ini adalah waktu untuk
mengakrabkan mereka sekretaris Choi.” Presdir tersenyum kemudian meminum
secangkir teh yang sudah tersedia dimejanya.
&&&&&
Kris sudah meninggalkan
ruang pesta, dengan sedikit kesal karena tidak bisa menemukan Tia. Kris menuju
tempat parkir, dan berjalan ke arah mobilnya.
“Biar saja, akan ku
tinggal dia disini.” Kris mengomel sendiri sambil membuka pintu mobil. Untuk
beberapa menit kemudian Kris sudah berada dalam mobil, dia akan menutup
pintunya. Tiba-tiba dari pintu yang satu seseorang membuka dan masuk, membuat
Kris terkejut.
“Apa kau ingin
meninggalkanku disini?” tanya Tia sedikit kesal karena dia tadi mendengar
ocehan Kris.
“Yah?!!” Kris meneriaki
Tia. “Darimana kau?! Kau pikir aku tidak bingung mencarimu hah?!”
“Mian-hae,,,perutku sakit.
Sehingga aku harus ke toilet.” Tia memberitahu alasan ia menghilang.
“Setidaknya kau bisa
bilang dulu padaku kemana kau pergi.” Kris memarahi Tia. Tia memandang Kris
yang benar-benar punya expresi yang berbeda dari biasanya, raut wajah kwatir.
“Mian oppa.” Jawab Tia
lembut penuh penyesalan.
Kris kemudian melajukan
mobilnya, dan meninggalkan tempat parkir. Dalam perjalanan Tia dan Kris tidak
banyak bicara. Tia sempat memperhatikan raut wajah Kris yang serius saat
menyetir. Tia juga hanya memandang lurus ke depan, pikirannya juga berkecamuk.
“O!” Tia memandang daerah
yang ada tepat di hadapannya. “Sungai Han, kenapa kita ke sini?” Kris tidak
menjawab, ia langsung turun dari mobil, Tia menyusul. Kris sudah berjalan jauh
di depan, Tia merentangkan tangannya merasakan hembusan angin.
Tia sungguh menikmati
suasana malam ditepi sungai Han. Tia merasa semangatnya kembali. Tia berjalan
mendekati Kris yang sudah berada tepat di tepi sungai.
“Hhmmm….udaranya begitu
menyejukan.” Ucap Tia yang saat itu sudah berada di samping Kris. “Gomawo..”
Kris menoleh ketika mendengarkan kata yang diucapkan Tia.
bersambung,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar