Sabtu, 24 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 10





Pemain Utama               :           Tia (Chocolat)
Kris (Exo M)

Pemain Pendukung         :           Xiu Min, Lay, Tao (Exo M)
                                                Melanie            , Min Soa, Juliane (Chocolat)
                                                Hwang Chan Sung (2PM)

Genre                           :           romance, family





Part 10

“Dia bilang, sekarang sudah tidak pernah kesana lagi.” Chan Sung berbicara lewat telepon.
“Iya, aku juga merasa mungkin dia tidak mau memberitahu keberadaannya.” Chan Sung mendengarkan lawan bicaranya dengan seksama.
“Baiklah. Kita akan gunakan cara lain saja. Bye..”

&&&&&

Setelah selesai pesta dan makan bersama, Tia membersihkan tempat yang digunakan untuk makan bersama, Tia dibantu pengurus Jang.

“Pengurus Jang, silahkan pengurus Jang beristirahat saja.” Kata Tia pada pengurus Jang.

“Memang kau sanggup mengerjakannya sendirian?”

“Aku tadi menatanya sendiri, masa aku tidak bisa membersihkannya sendiri?” jawab Tia sambil tersenyum dan sedikit membanggakan diri.

“Kalau begitu aku akan membersihkan perabotan.” Kemudian Pengurus Jang meninggalkan Tia dan mengerjakan hal lain.

RRRRTTTTT…..RRRRTTTT…..
Ponsel Tia bergetar, segera Tia merogoh kantong celananya dan melihat ponselnya. Tia sepertinya mendapat sebuah pesan singkat, Tia mulai membacanya kemudian Tia menaruh ponselnya kembali ke dalam kantong celananya.
Tia kembali melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya. Tia membereskan beberapa piring kecil tempat kue tart yang masih ada di atas meja. Tia membawa piring itu menuju ke dapur untuk dicuci.
Dug!
Tapi saat Tia berjalan menuju dapur, tak sengaja Tia menabrak Kris. Tia langsung meminta maaf pada Kris. Ternyata sisa kue tart yang ada dipiring mengotori baju Kris.

“Yah! Apakah kau sengaja?” tanya Kris ketika melihat bajunya kotor.

“Maaf, aku tidak sengaja. Maaf.”

“Kau melihatku, dan kau berpura-pura melamun supaya terlihat tidak sengaja menabrak dan menjatuhkan kue dibajuku. Benar begitukan?” tanya Kris menuduh.

Manusia satu ini, benar-benar menyebalkan. Tia berkata dalam hati, Tia menarik nafasnya dalam-dalam mencoba bersabar. Tia tidak mau menanggapi dan berjalan melewati Kris.

“Yah! Tunggu.” Panggil Kris pada Tia yang lewat begitu saja disampingnya. Tia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Kris. Tiba-tiba saja tangan Kris sudah mengoleskan krim tart ke pipi Tia.

“Yah!! Apa yang kau lakukan?!” Tia kaget dan berteriak.

“Kita impas. Ini kau lakukan, pasti balas dendam karena aku menyembunyikan kue mu. Jadi kita impas.” Kris kemudian meninggalkan Tia.

Manusia gila!! Umpat Tia dalam hati. Dengan segera Tia mempercepat langkahnya setelah menaruh piring yang ia bawa ke meja semula.
Kau pikir aku ini apaaan hah?!! Ucap Tia dalam hati. Tia sudah mendampingi langkah Kris.

“Ini baru namanya impas.” Tia tak mau kalah, ia mengoleskan krim yang lebih banyak ke pipi Kris. Kris sontak terkejut melihat Tia melakukan hal itu padanya dan tertawa lepas.
Kris yang beberapa detik membeku kemudian mengapit leher Tia dengan lengannya. Dan menyeret Tia menuju tempat makan tadi, disana masih tertinggal kue tart buatan Tia. Segera tangan Kris meraih asal krim yang ada dikue tart dan mengoleskannya ke wajah Tia.
Tia sudah berusaha menutupi wajahnya, mereka berdua saling balas untuk mengoleskan krim ke wajah lawan.

“Kau pikir kau bisa menutupi wajahmu, hah?!” Kris berusaha mencari celah supaya bisa mengoleskan krim ke wajah Tia.

“Andew!!!” Tia berteriak sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Aku bilang tidak sengaja! Kenapa kau mencari gara-gara!” ucap Tia masih sambil menutupi wajahnya.

Tenaga Kris lebih besar sehingga ia dapat mengoleskan krim ke wajah Tia. Alhasil perang krim antara Tia dan Kris pun tak terelakkan. Tia dan Kris sedikit bekejar-kejaran hanya untuk dapat mengoleskan krim. Tanpa sadar mereka diperhatikan oleh Presdir, yang tersenyum senang melihat keakraban yang terjadi pada mereka.

&&&&&

“Kemarin malam, pasti sangat membahagiakan untuk anda Presdir?” tanya sekretaris Choi yang menemani Presdir di ruangannya.

“Tentu saja sekretaris Choi.” Presdir tersenyum. “Tia membuatkan kue untukku, persis seperti putriku. Tapi kue buatan putriku dulu tidak seenak buatan Tia.” Jawab Presdir kemudian tertawa.

“Nona, dulu memang juga suka membuat kue.” Sekretaris Choi ikut tersenyum. “Presdir, ini ada undangan untuk anda.” Ucap sekretaris Choi yang tiba-tiba teringat.

&&&&&

Tia memandang ponselnya, Tia tidak menyahut saat pengurus Jang memanggil dirinya.

“Tia. Tia –ah…” pengurus Jang berusaha memanggil Tia. “Tia!” pengurus Jang sedikit meninggikan suaranya.

“Ah! Ya!” jawab Tia terbangun dari lamunannya.

“Kenapa kau melamun sambil melihat ponselmu? Kau seperti orang yang diputus kekasih.” Tanya pengurus Jang yang heran melihat tingkah laku Tia.

“Pengurus Jang bisa saja… hehehehe.” Tia tertawa menanggapi pengurus Jang.

&&&&&

“Dimana aku harus menemui ayah?” tanya Kris pada sekretaris Choi yang sedang menemui di ruangannya.

“Presdir ingin anda menemui beliau di Sesang Collection.”

“Sesang collection? Baiklah. Gamsahamnida sekretaris Choi, setelah menyelesaikan ini aku akan kesana.”

“Kalau begitu saya pamit dulu.”

&&&&&

Kris sudah berada di Sesang Collection tempat dimana Presdir ingin bertemu dengannya. Kris menemui salah satu staf disana, dan sedikit berbincang dengan staf itu. Staf tersebut adalah stylist yang biasa merekomendasikan setelan jas. Bisa dibilang penata gaya.

“Apakah ayah sudah lama, Stylist Byun?” tanya Kris pada staf tersebut.

“Presdir?” stylist Byun bertanya balik.

“Ya.”

“Presdir,,,” kata-kata stylist Byun terhenti ketika karyawannya memberitahukan sesuatu padanya.

“Sudah selesai slylist Byun.” Lapor karyawannya.

“O. ok. Dia sudah selesai berdandan tuan.”

Berdandan? Kenapa ayah berdandan? Tanya Kris dalam hati.

Dari balik pintu, seseorang keluar dengan langkah yang anggun. Kris yang menunggu memperhatikan mulai dari bawah hingga ke atas. Kris terkejut serta terpana saat orang itu sudah berdiri tak jauh darinya.

“Presdir mengantarkan nona ini untuk di make up. Karena anda berdua akan menghadiri undangan pesta.” Stylist Byun menjelaskan. “Sekarang pasangan anda sudah siap tuan.”

“Gamsahamnida stylist Byun.”

&&&&&

“Aku harap kau tidak membuatku malu.” Ucap Kris pada Tia saat mereka berjalan masuk ke ruang tempat pesta berlangsung.

“Tenang saja, aku kwatir mungkin kau yang akan mempermalukan dirimu sendiri.” Balas Tia.

“Kris?” sapa seorang wanita yang saat itu bertemu dengan Kris.

“Tae Yeon sunbae. Anyeonghaseyo.” Kris menyapa wanita itu, mereka berbincang-bincang. Tia tersenyum menyapanya, kemudian meninggalkan Kris dan seniornya menuju meja prasmanan. Tia terlihat senang melihat berbagai menu yang tersaji didepannya. Tia mengambil beberapa kue yang tersaji, Tia menikmati makanannya sambil melihat sekeliling. Tia melihat banyak tamu undangan adalah pemilik suatu perusahaan, setidaknya Tia sedikit mengetahui.
Setelah berbincang-bincang dengan seniornya, Kris mulai sadar bahwa pasangan pestanya sudah tidak berada didekatnya. Kris mulai mencari Tia sambil menyapa orang-orang yang ia kenal. Dan Kris juga bertemu dengan seseorang, bisa disebut kawan lama.

“Kris. Oreganmani-e-yo.” Sapa orang tersebut.

bersambung,,,

Kamis, 22 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 9



Part 9

“Oppa.” Panggil Melanie pada Tao sambil memegang lengan Tao.

“Wae?”

“Tolong, jangan menceritakan kejadian tadi saat berada di rumah nanti,” pinta Melanie pada Tao, pada saat berada di luar gerbang rumah.

“Oke. Tapi mengapa?”

“Aku hanya tidak ingin ibu Jung cemas. Jadi aku mohon ya…” ucap Melanie sambil menempelkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya. Tao hanya mengangguk dan tersenyum pada Melanie.

&&&&&

Langkah Tia terhenti saat ia tiba didapur dan melihat seseorang yang sedang melanjutkan pekerjaannya dengan berdendang. Tia melihat dengan pandangan tidak percaya, pada orang yang mau meneruskan pekerjaannya tersebut.

“Apa yang kau lakukan, hah?” tanya Tia.

“Tahu tidak? Aku ini dulu juga seorang patisier, sekarang aku sedang membantumu untuk menyelesaikannya.” Jawab Kris dengan tenang sambil menumpukan krim ke atas roti dengan sembarangan.

“Berhenti!” Tia yang sudah berada di dekat Kris mendorong Kris. “Kenapa kau berbuat begini?” tanya Tia sambil melihat kue dihadapannya. “Kenapa kau merusaknya?”

“Aku sudah bilang aku membantumu.” Jawab Kris dengan tenang.

“Pria brengsek tidak tahu aturan.” Ucap Tia lirih masih memandang kuenya. “Apa kau tidak pernah menghargai jerih payah orang lain, hah?!!” Tia menatap Kris dengan marah dan mata berkaca-kaca. Kris juga hanya diam memandang Tia yang sudah meneteskan air mata.

“Apakah kau marah?” tanya Kris.

“Menurutmu? Kau pikir ini bisa jadi barang sekejap?” Tia bertanya dengan kesal. Kris berbalik dan mengambil sesuatu, kemudian ditaruh dihadapan Tia.

“Itu kue buat tanganmu yang sebenarnya.” Ucap Kris sesudah meletakkan kue di hadapan Tia. “Kau pikir aku akan tega berbuat begitu? Aku hanya ingin mengerjaimu saja, tak ku sangka ternyata reaksimu sampai segitu.” Ucap Kris dengan santai.

“Kau pikir ini lucu?”

“Emmm….” Kris mengangguk pelan. “Mungkin tidak, dan kau pikir saja, tidak mungkin aku menghancurkan pesta untuk ayah.” Ucap Kris dengan tenang.

“Apa yang kau inginkan sebenarnya?” tanya Tia dengan mata sembab.

“Jangan pernah lagi, tidak memberiku sarapan.” Jawab Kris sambil sedikit mengacak rambut Tia, kemudian pergi meninggalkan Tia.

Kekanak-kanakan sekali… batin Tia dalam hati sambil mengusap air mata dipipinya.

&&&&&

“Kenapa kalian sampai berkelahi?”

“Kita tadi dihadang oleh seseorang tuan.” Jawab salah satu pria yang berbaju hitam, yang mengejar Melanie.

“Aku tidak menyuruh kalian untuk menakuti wanita itu.”

“Maaf tuan.” Ucap dua orang yang mengejar Melanie tadi secara bersamaan.

“Hanya bertanya saja kalian tidak benar.”

&&&&&

“Siapa namamu nak?” tanya ibu Jung.

“Saya Tao.”

“Aku bersyukur karena kau adalah orang yang baik. Kau mau kesini menengok Melanie.” Kata ibu Jung sambil tersenyum lega. “Silahkan tunggu sebentar, ibu akan ke dalam.”

“Oya, silahkan bu.”

“Oppa..” panggil seorang anak kecil yang dari tadi memperhatikan Tao.

“Ye.”

“Apakah oppa itu kekasih Melanie eonni?” tanya anak kecil itu.

“Soo Hee.” Sahut Melanie yang saat itu datang membawakan minuman untuk Tao. “Apa yang kau lakukan disini hah? Masuk ke kamar sana.” Perintah Melanie.

“Aku hanya bertanya, apakah oppa itu adalah kekasih eonni?” jawab Soo Hee polos. Karena Melanie terus melihat Soo Hee dengan pandangan tidak bersahabat Soo Hee akhirnya pergi ke kamarnya. Tao tertawa ringan melihat kepergian Soo Hee.

“Adikmu lucu dan mengemaskan.”

&&&&&

“Selamat datang ayah…” sambut Tia dengan ceria.

“Ayah sangat bahagia disambut begini.” Ucap Presdir dengan senyum mengembang.

“Ayah, tunggu sebentar. Tia ingin ayah memejamkan mata.”

“Memang kenapa ayah harus memejamkan mata?”

“Ayah menurut saja, dan percaya pada Tia, Tia akan menuntun ayah.” Kemudian Presdir menuruti ucapan Tia. Tia mulai menuntun pelan-pelan Presdir ke suatu tempat yang sudah Tia persiapkan.
Tia sudah menuntun Presdir sampai ke tempat yang ia persiapkan. Tia mendudukan Presdir dikursi.

“Sekarang, ayah boleh membuka mata.” Ucap Tia setelah Presdir duduk dengan baik dikursinya.

“Benarkah ayah boleh membuka mata?” tanya Presdir masih dengan mata tertutup.

“Iya, silahkan buka mata ayah.” Jawab Tia mempersilahkan. Pelan-pelan Presdir membuka matanya dan ketika ia membuka mata, ia sedikit terkejut dengan apa yang dilihat didepannya. Ada kue tart dan lilin yang sudah menyala juga ada sup rumput laut.

“Selamat ulang tahun ayah!!” ucap Tia dengan riang dan nyaring. Presdir mengangguk dan tersenyum pada Tia.
“Sekarang ayah tiup lilinnya.” Pinta Tia pada Presdir. “Tapi sebelumnya ayah harus berdoa dulu memohon sesuatu.” Presdir menurut saja dengan apa yang dikatakan Tia. Presdir menutup mata untuk berdoa sebentar sebelum meniup lilin. Sesaat setelah berdoa Presdir meniup lilin tersebut.
“Yeee!!!!” teriak Tia sambil bertepuk tangan juga pengurus Jang dan sekretaris Choi juga ikut bertepuk tangan. “Sekarang ayah potong kuenya.” Tia menyodorkan pisau roti kepada Presdir, kemudian Presdir mengiris tart tersebut.
“Ayah, ayah akan berikan pada siapa potongan kue pertama ini?” tanya Tia pada Presdir.

“Ayah akan memberikannya untuk ayah sendiri.” Jawab Presdir membuat Tia heran. “Hehehehehehe. Ayah bercanda.”

“Ayah membuatku terkejut. Ternyata ayah suka bercanda.”

“Ayah akan memberikannya pada Tia.” Presdir menyerahkan potongan kue itu pada Tia.

“Terima kasih ayah…” Tia menerima potongan kue yang diberikan padanya. “Ayah, seharusnya ayah juga memotong satu lagi untuk oppa.” Tia menyarankan.

“Anak nakal itu tidak usah dikasih, bagaimana?” ucap Presdir sedikit berbisik pada Tia yang ada di dekatnya.

“Tidak boleh, bagaimanapun oppa adalah anak ayah.” Daripada Presdir mendengar ceramah Tia, Presdir mulai memotong satu lagi dan diberikan pada Kris yang duduk didekatnya. Pengurus Jang dan sekretaris Choi juga ikut menikmati kue tart buatan Tia.
Malam itu suasana makan malam dengan latar langit yang cerah, melengkapi pesta kecil yang diadakan. Mereka bercakap serta bercanda gurau dengan akrab, kehangatan menyelimuti keadaan saat itu.

“Ini adalah kue tart buatan nona Tia.” Ucap pengurus Jang memberitahu.

“Benarkah? Rasanya enak, tidak kalah dengan kue yang dijual di toko-toko kue terkenal.” Presdir memuji.

“Jika ayah bicara begitu, kepalaku lama-lama bisa menjadi besar.” Tia menanggapi.

“Berarti ayah harus mengeluarkan banyak uang untuk mengoperasi kepalamu menjadi normal lagi.” Sahut Kris. Presdir tertawa mendengar Kris dan Tia pun juga ikut tertawa, tapi tertawa kecut sambil memandang Kris.

bersambung,,,

Rabu, 07 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 8



Part 8

Tia mulai melakukan hal yang diinginkannya, dengan cepat ia mengeluarkan barang-barang yang ada dikantong belanjaan. Pengurus Jang juga ikut membantu Tia, ia mengeluarkan bahan tepung, mentega, gula, soda, dan masih banyak lagi.
Tia mulai mencampur tepung dengan kuning telur dan mulai mengaduknya. Tia dengan cekatan melakukan kegiatannya di dapur saat itu, membuat pengurus Jang terpana. Pengurus Jang hanya sedikit membantu Tia yang saat itu benar-benar focus dengan hal yang ia lakukan.

“Nah! Kita tinggal menunggunya hingga mengembang dan matang.” Ucap Tia sambil memasukkan adonan ke dalam oven. “Aku akan membuat krimnya pengurus Jang.”

“Apakah aku bisa membantu hal yang lain?” tanya pengurus Jang.

“Pengurus Jang…” ucap Tia sedikit bermanja. “Bukankah ini tidak lengkap jika tidak ada sup rumput laut?”

“Iya.” Pengurus Jang tersenyum pada Tia. “Aku akan membuatkannya.”

“Gamsahamnida pengurus Jang.” Tia terlihat bahagia.

&&&&&

“Benar-benar.” Lay menaruh ponselnya di atas meja.

“Apakah tidak diangkat?” tanya Xiu Min.

“Ya. Tao tidak mengangkat ponselnya.”

“Kenapa kalian mencemaskan Tao? Dia sudah besar, dia mungkin sedang melakukan hal yang ingin ia lakukan, sehingga ia lupa dengan kita.”

“Awalnya aku mendengar kata-katamu bagaikan orang bijak Kris, tapi akhirannya, sepertinya kau kesal karena Tao tidak datang.” Xiu Min memandang aneh pada Kris.

“Aku tidak seperti itu.” Kris menjelaskan dengan wajah datar. Lay hanya tersenyum melihat ekspresi Xiu Min dan Kris.

&&&&&

Melanie ditemani penghadang yang menolongnya tadi, mereka tidak langsung pulang ke rumah. Mereka ada di sebuah taman, Melanie duduk ditemani oleh penolongnya tadi.

“Apakah anda baik-baik saja?” tanya orang itu pada Melanie yang masih sedikit gemetar.

“Hah?” Melanie terkejut. “Ya. Gamsahamnida, anda telah menolongku. Gamsahamnida.”

“Aku ingin menemui dan menanyakan bagaimana kabar lututmu? Tapi malah aku melihat kejadian tadi. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga anda dikejar-kejar?”

“Ani.” Melanie terlihat gugup.

“Benarkah?” orang itu mengamati Melanie dengan seksama mencoba mencari jawaban. “Apakah anda tidak nyaman denganku disini? Aku akan meninggalkanmu.” Orang itu mulai beranjak.

“Tolong jangan pergi!” suara Melanie tiba-tiba meninggi. Orang itu tidak jadi pergi.

“Jadi apakah aku boleh tahu?” ia tersenyum pada Melanie. “Oya, kita sudah dua kali bertemu tapi belum berkenalan. Namaku Tao.” Orang itu mengulurkan tangannya.

“Melanie.” Melanie menyambut tangan Tao.

&&&&&

“Em….baunya harum sekali pengurus Jang…” Tia berada disisi pengurus Jang yang sedang memasak sup.

“Terima kasih pujiannya. Sebentar lagi ini akan matang.”

“Aku akan menyiapkan semuanya dahulu pengurus Jang.” Tia kemudian meninggalkan pengurus Jang yang masih memasak sup.

Tia merapikan meja dan kursi yang ada di bagian luar rumah, letaknya diserambi. Tia memberikan hiasan pada sekitar area tersebut dengan kertas krep dan beberapa balon yang ia tiup sendiri. Tia menatanya dengan cantik, ia terkadang melihat kembali posisi-posisi dari kertas dan balon yang ia tata dan mencoba membenahinya. Sudah merasa baik, Tia kemudian meniggalkannya dan kembali ke dapur.

“Hm…sepertinya sudah matang.” Tia mengecek adonan yang sudah ia masukkan dalam oven. Dan mulai mengeluarkannya dari oven. Tia segera meneruskan pekerjaannya di dapur. Untuk beberapa saat Tia menunggu adonan yang sudah matang itu dingin, Tia mengerjakan hal lain.
Tia kemudian mengecek kembali adonan itu dingin atau tidak, kemudian merapikan adonan yang sudah jadi tersebut, lalu Tia mengoleskan krim yang sudah ia buat ke atas adonan. Tia mengoleskannya pelan-pelan, sudah seperti pastry chef professional saja. Merasa sudah cukup mengoleskan krim, Tia mulai menghias dengan ornament sederhana ke atasnya.

“Apakah ada yang belum selesai?” tanya pengurus Jang yang dari tadi memperhatikan Tia.

“Tidak ada pengurus Jang, ini tinggal diberi hiasan sedikit lagi. Tapi sebelumnya aku mau istiharat sebentar di kamar dan akan bersih-bersih. Aku akan menyimpannya di lemari es. Masih ada waktu untuk merapikannya nanti. Aku akan ke kamar dulu.”

“Ya. Baiklah.”

&&&&&

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Tao yang penasaran dengan kejadian yang dialami Melanie.

“Orang-orang tadi hanya mencari temanku.” Jawab Melanie setelah meneguk minuman yang diberikan oleh Tao.

“Kenapa temanmu dicari oleh orang-orang seperti mereka? Apakah temanmu punya banyak hutang?”

“Ani. Tidak seperti itu,,” Melanie sedikit tidak terima dengan pendapat Tao. “Tapi, bolehkah aku hanya bercerita sampai disitu saja?”

“Hm. Tentu saja,” Tao mengetahui bahwa ia bertanya terlalu jauh. “Asal kau tidak apa-apa.”

“Apa maksud anda berkata begitu?” tanya Melanie yang aneh mendengar perkataan Tao.

“Ani. Tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan. Oya, bagaimana kalau kau memanggilku Oppa?” saran Tao pada Melanie.

“Oppa?”

“Iya. Lagi pula kau lebih muda dariku.” Tao tersenyum pada Melanie.

“Tao oppa.” Melanie mencoba memanggil.

“Nah!” ucap Tao membuat Melanie tersentak kaget. “Begitu enak didengar. Bagaimana lututmu? Apakah masih sakit?”

“O…eh, ya…tidak, sudah tidak begitu sakit.” Melanie tergagap menjawab Tao.

&&&&&

“Apakah Presdir tidak akan pulang hari ini?” tanya sekretaris Choi.

“Aku tidak tahu, sampai kapan pekerjaan ini akan selesai.” Jawab Presdir.

“Jika itu tidak terselesaikan hari ini, apakah tidak lebih baik jika dikerjakan besok Presdir. Dan anda bisa pulang untuk beristirahat.” sekretaris Choi berpendapat.

“Ya…seharusnya begitu.” Presdir terlihat setuju dengan pendapat sekretaris Choi. “Tapi, mungkin aku bisa mengerjakan sedikit lagi.”

“Lebih baik anda berhenti Presdir.”

“Sekretaris Choi, ada apa?”

“Ini sudah hampir jam makan malam Presdir, apakah anda tidak akan pulang ke rumah?”

“Benar. Ini hampir makan malam. Mungkin Tia juga sudah memasak untukku.”

“Benar Presdir, lebih baik kita pulang saja.” Ucap sekretaris Choi menggebu-gebu.

“Sekretaris Choi sangat bersemangat.” Presdir memandang sekretaris Choi yang saat itu terlihat berbeda dari hari biasa.

&&&&&

Tia sudah merasa cukup beristirahat, ia kemudian mempersiapkan diri untuk melanjutkan kegiatannya. Tia sudah tampil dengan rapi dan sedikit memoles wajahnya supaya terlihat segar dan cerah.
Tia melangkahkan kakinya dengan perasaan senang, menuruni anak tangga. Dan segera bergegas kembali ke dapur untuk menghias adonan yang sudah setengah jalan. Tia akan menyelesaikan menghias adonan yang sudah dibalut dengan krim.
Tapi langkahnya terhenti saat ia tiba didapur dan melihat seseorang yang sedang melanjutkan pekerjaannya dengan berdendang. Tia melihat dengan pandangan tidak percaya, pada orang yang mau meneruskan pekerjaannya tersebut.

bersambung,,,

Sabtu, 03 Mei 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 7



Part 7

“Benarkah?” Lay melotot tak percaya dengan matanya yang memang dari kecil sudah sayu. “Kris Hyung mulai bekerja hari ini?”

“Wae?” Xiu Min menoleh heran pada Lay “Memang ada yang aneh jika Kris mulai mengurus perusahaannya?”

“Ani... hanya saja, aku takut dia akan memulai rencananya.”

“Itu urusan pribadinya, kita tidak usah ikut campur.” Xiu Min coba mengingatkan.

“Semoga itu tidak berjalan terlalu jauh Hyung.”

“Kris tahu bagaimana ia harus melangkah.” Lay hanya mengangguk-angguk mendengarkan Xiu Min.

&&&&&

Para staf dan pegawai dikumpulkan, mereka akan mendengarkan suatu pengumuman. Sekretaris Choi sudah memulai membuka acara, disana juga ada Presdir dan Kris. Sekretaris Choi mulai memperkenalkan pada para staf dan pegawai, putra dari Presdir perusahaan mereka yang akan bergabung mengurus perusahaan.

“Saya berharap kita semua dapat bekerja dengan baik.” Itulah kata-kata yang diucapkan Kris setelah mengucapkan beberapa kata sambutan.

Staf dan pegawai wanita disana begitu terkagum dan terpesona melihat Kris berdiri dihadapan mereka. Mereka seperti melihat malaikat surga turun.

“Aku akan betah bekerja disini, hanya untuk melihat manager Kris.” Ucap lirih seorang pegawai wanita pada teman disebelahnya.

“Hatiku sudah tertusuk dalam.” Teman disebelahnya menanggapi.

&&&&&

“Melanie!!!” teriak Tia memanggil teman kecilnya. Terlihat Melanie sedikit risih dengan teriakan itu. “Gwaenchana?! Siapa yang menabrakmu hah?! Akan kupatahkan tangan dan kakinya.” Tia kaget melihat lutut Melanie yang dibalut.

“Tia, aku baik-baik saja. Tidak usah kwatir.” Melanie coba menenangkan Tia.

“Apakah orang itu kabur begitu saja?”

“Ani. Orang itu tidak kabur, ia bahkan membawaku ke klinik untuk mengobati lukaku.”

“Awas saja…” Tia terlihat geram.

“Oya, kau membawa apa saja?” tanya Melanie untuk mengalihkan perhatian.

“O! ini aku membawa barang-barang keperluan rumah, dan juga aku membawa buku untuk anak-anak.” Tia memperlihatkan barang bawaannya.

“Tia…” panggil Melanie, Tia menoleh. “Aku takut…”

“Takut? Kenapa kau bisa takut?”

“Aku takut kalau ada yang tahu kau ke sini tiap hari,,” Melanie mencemaskan Tia. “Tiap hari kau muncul di rumah, jika suatu hari kau kepergok. Mungkin kau akan ditangkap.” Tia terdiam memandang temannya.

“Aku juga berfikir begitu.” Tia menghela nafas. “Aku malah berfikir akan membahayakan orang-orang rumah juga.”

“Aku ingin kau terus ada disini, tapi ayahmu lebih membutuhkanmu pastinya.”

&&&&&

“Apakah kau kemarin pergi menemui Chan Sung?”

“Ya ayah, memang kenapa?” Soa balik bertanya.

“Kenapa kau menemui Chan Sung? Bagaimana kalau bibi mu tahu?” ibu ikut bertanya dengan cemas.

“Ayah dan ibu tidak usah kwatir, aku hanya menemui Chan Sung saja.” Soa terlihat cuek.

“Kita tidak usah berurusan dengan bibi mu.” Ibu mencoba mengingatkan.

“Kau tidak usah mengatakan yang tidak penting pada Chan Sung.” Ayah coba memberitahu.

“Kenapa ayah dan ibu bersikap begitu?” Soa balik bertanya. “Mana mungkin aku membicarakan hal yang tidak penting dengan Chan Sung. Aku hanya ingin meluruskan jalan saja.” Soa tersenyum pada ayah dan ibunya.

“Soa –ah…” ibu menatap Soa dengan raut muka kwatir.

&&&&&

Tia melangkah dengan lemas, ia menunduk saja saat berjalan masuk ke halaman rumah. Terlihat tidak bersemangat, Tia sudah masuk ke dalam rumah. Tia sudah menaruh tasnya di kamar dan segera keluar lagi untuk membantu Pengurus Jang menyiapkan makan malam.

“Pengurus Jang, ada yang bisa ku Bantu?” Tia mencoba memberikan senyum.

“Tia, tolong kau bersihkan dulu ruang baca ya.. aku tadi belum sempat membersihkannya.” Pinta pengurus Jang.

“Siap!” Tia dengan segera pergi ke ruang baca dan mulai membersihkan ruang baca tersebut. Ruangan itu biasa digunakan Presdir untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang mungkin tertunda. Tia dengan cepat membersihkan ruangan itu, sesekali Tia juga sambil berdendang. Tia merapikan barang-barang yang berserakan, tanpa sengaja Tia menyenggol sebuah buku sehingga buku itu terjatuh.
Tia sedikit berlari-lari menemui pengurus Jang, pengurus Jang heran dengan Tia yang berlari-lari ke arahnya.

“Pengurus Jang.” Panggil Tia, dan Tia menunjukkan sesuatu. “Aku ingin melakukan sesuatu.” Ucap Tia sambil tersenyum pada pengurus Jang.

&&&&&

“Bagaimana manager Kris?” tanya Xiu Min menggoda.

“Wae?” Kris bertanya, menanggapi tanpa ekspresi.

“Bagaimana kerja pertamamu?”

“Belum banyak yang terlalu aku urus.”

“Apakah kau serius mengurus perusahaanmu hyung?” Lay juga ikut bertanya.

“Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya aku serius atau tidak?” Kris binggung dengan pertanyaan Lay. “Apakah kau meragukan kemampuanku?”

“Hehehehe. Ani. Hanya saja, aku tidak percaya kau sekarang mulai mengurus bisnis.”

“Aku adalah satu-satunya harapan ayah.” Kris mengucapkan kata-kata dengan serius.

“Kita berharap yang terbaik untukmu hyung.” Ucap Lay.

“Oya, dimana Tao? Kenapa ia belum datang?” tiba-tiba Xiu Min teringat pada Tao.

“Aku tidak tahu. Dia juga tidak memberi kabar.” Jawab Lay.

“Apa mungkin Tao mampir ke suatu tempat?” Kris mengira-ira.

“Kemana?” tanya Lay dan Xiu Min bersamaan dan dijawab Kris dengan gerakan bahu terangkat, yang menandakan Kris juga tidak tahu.

&&&&&

Melanie melangkahkan kakinya dengan cepat dan terburu-buru. Tapi langkahnya kalah cepat dengan orang yang ada dibelakangnya. Orang tersebut meraih tangan Melanie sehingga Melanie terhenti.
Melanie didorong ke tembok dan ia tidak bisa berkutik. Melanie tampak ketakutan pada dua orang dengan baju hitam-hitam, sudah seperti rentenir yang menagih hutang.
Ke dua orang itu seperti menanyakan sesuatu hal pada Melanie, dan Melanie hanya menggeleng-geleng menjawab dua orang tersebut.

“Nona, kau harus membantu kami.” Ucap salah seorang dari mereka.

“Aku tidak tahu.” Jawab Melanie dengan muka pucat. “Kenapa kalian terus mencari kemari, dia tidak pernah kemari lagi.”

“Tidak mungkin.”

Terlihat ada kesempatan, Melanie mulai berlari dari dua orang tersebut. Dengan segera dua orang tadi mengejar Melanie. Tapi tiba-tiba saja dua orang tadi dihadang oleh seseorang.

“Tidak jantan jika dua orang laki-laki mengejar satu orang wanita yang lemah.” Kata orang yang menghadang itu.

“Anda tidak tahu apa-apa. Lebih baik anda menyingkir.” Kata salah satu orang yang berbaju hitam itu. Karena penghadang itu tidak mau menyingkir, akhirnya terjadilah perkelahian. Penghadang itu sangat gesit menghadapi dua orang berbaju hitam yang mengejar Melanie. Tanpa mengunakan senjata penghadang itu bisa membuat dua orang itu kewalahan.
Tiba-tiba salah satu dari orang itu melemparkan tongkat ke arah penghadang itu, dan tak disangka penghadang itu malah menangkap tongkat itu dengan satu tangannya. Penghadang itu memainkan tongkat yang ditangkapnya tadi seperti toya, seperti ahli wushu. Dengan sentuhan kecil pada tongkat yang dimainkannya, ia memukulkannya pada dua orang berbaju hitam itu hingga mereka kesakitan dan akhirnya menyerah.

bersambung,,,