Part 13
“Melanie-ah?” panggil Tia
pada orang yang ada di depan pintu gerbang rumah.
“Tia.” Melanie kemudian
memegang tangan Tia.
“Melanie, ada apa?” tanya
Tia dengan sedikit cemas. “Kenapa pagi-pagi begini kau bisa sampai disini?”
“Aku harus berangkat
pagi-pagi, supaya bisa tahu tentang keadaaanmu.” Ada raut wajah bahagia pada Melanie.
“Bersyukur kau tidak apa-apa. Aku senang melihatmu.”
“Aku mendapat pesanmu,
jadi aku tidak mampir ke rumah.”
“Maka dari itu aku kesini
untuk menengokmu walaupun hanya sebentar.”
“Tia.” Panggil seseorang
yang berada di belakang mereka. Tia pun menoleh dan mendapatkan Presdir sudah
berdiri tak jauh dari mereka.
“Ayah.” Panggil Tia
spontan. Mendengar hal itu Melanie langsung tahu bahwa beliau adalah orang yang
merawat temannya.
“Anyeonghaseyo Presdir.
Perkenalkan saya adalah Melanie.” Melanie menyapa Presdir.
“Jadi kau adalah Melanie?”
tanya Presdir.
&&&&&
Melanie sudah duduk tenang
di dalam mobil bersama dengan Tia juga Presdir. Mengetahui Melanie berkunjung,
Presdir langsung mengajak Melanie untuk berlibur bersama. Melanie sempat
menolak karena ia belum ada persiapan untuk berlibur, tapi Presdir tetap
bersikeras mengajak Melanie. Dan meminta Tia untuk menemani Melanie membeli
barang-barang yang dibutuhkan untuk berlibur.
Setelah mendapatkan
barang-barang yang kemungkinan dibutuhkan oleh Melanie. Merekapun kembali
melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat berlibur. Sekretaris Choi
mengemudikan mobil dengan tenang dan focus. Perjalanan mereka menuju daerah
pegunungan, dan merekapun sampai pada suatu rumah. Bisa disebut villa pribadi
yang dimiliki oleh Presdir.
“Sepertinya tuan muda sudah
sampai Presdir.” Sekretaris Choi melaporkan keberadaan putra dari Presdir.
“Apakah oppa juga ikut
berlibur?!” tanya Tia spontan, setelah mendengar sekretaris Choi.
“Iya. Mereka sudah sampai
disini sejak tadi malam.” Jawab Presdir dengan senyum yang mengembang.
Mereka? Kenapa Presdir menyebutkan, mereka. Siapa mereka? Batin Tia dalam hati. Tia
masih terlihat binggung dengan jawaban Presdir, tapi Presdir sudah turun
terlebih dahulu dari mobil.
“Tia, ada apa?” tanya
Melanie yang ikut binggung melihat ekspresi Tia.
“Tuan muda dan
teman-temannya juga diundang oleh Presdir untuk berlibur bersama.” Sekretaris
Choi seperti mengetahui kebingungan yang dialami oleh Tia.
“Ou…jadi itu yang dimaksud
Presdir??” Tia mengangguk-angguk sendiri.
“Ya nona.” Setelah
menjawab Tia, sekretaris Choi juga ikut turun dari mobil, dan bergegas
mengeluarkan barang-barang yang ada didalam bagasi. Tia dan Melanie juga segera
turun dan membantu sekretaris Choi. Sekretaris Choi sudah berjalan terlebih
dahulu di depan Tia dan Melanie.
“Melanie,,” panggil Tia.
“Ya.”
“Kau jangan dekat-dekat
dengan teman dari orang gila itu ya.” Tia memberitahu Melanie.
“Orang gila?” Melanie
terlihat binggung dengan ucapan teman kecilnya itu.
“Anak dari Presdir itu
sedikit punya masalah kejiwaan. Kemungkinan besar teman-temannya juga akan sama
sepertinya.” Kata Tia sambil mereka berjalan menuju ke arah villa. “Jadi kau
harus berhati-hati dengan mereka. Ok?!” Melanie pun hanya mengangguk mendengar
ucapan Tia, tapi dengan raut wajah yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksud
oleh Tia.
&&&&&
“Nona, tolong ini ditaruh sana saja.” Kata
sekretaris Choi yang dibantu oleh Melanie. Melanie kemudian menurut pada
sekretaris Choi menuju tempat yang ditunjukkan oleh sekretaris Choi.
Mereka sedang
mempersiapkan sesuatu malam ini, BBQ. Ssekretaris Choi, Tia juga Melanie
mempersiapkan apa-apa saja yang akan mereka pakai untuk memanggang BBQ. Mereka
terlihat bersemangat saat menyiapkan peralatan dan juga bahan.
Melanie dimitai tolong
sekretaris Choi untuk mengambilkan sesuatu agak jauh dari tempat mereka.
Melanie segera mengambilkannya untuk sekretaris Choi, tapi saat ia akan sampai
tiba-tiba kaki Melanie tersandung dan akan jatuh. Sekretaris Choi yang
mengetahui dari jauh juga ikut terkejut, ingin menolong tapi jarak mereka jauh.
Untung saja ada seseorang
yang menangkap Melanie sehingga Melanie tidak jadi terjerembab jatuh. Melanie
sangat beruntung ia tidak jadi jatuh, Melanie tetap cemas.
“Gwaenchana?” tanya orang
yang menangkap Melanie.
“Ye. Gamsahamnida.” Ucap
Melanie saat masih dalam posisi tubuhnya ditangkap oleh orang tersebut. Mereka
berdua sudah pada posisi yang baik sekarang, Melanie berdiri dengan tegak dan
sekali lagi Melanie ingin mengucapkan terima kasih.
“Gam..” ucapan Melanie
terhenti ketika melihat orang itu. “O!”
“Melanie-si??”
&&&&&
Semua orang sudah
berkumpul untuk BBQ bersama-sama, Presdir juga sudah ada disana. Semua tampak
senang malam ini, sekretaris Choi memanggang daging sapi dibantu oleh Xiu Min.
Untuk memecah keheningan malam, Lay memetik gitarnya, dan Melanie yang
mengetahui alunan gitar Lay mendendangkan sebuah lagu. Tanpa sadar tubuh semua
orang juga ikut bergoyang mengikuti irama dan alunan lagu yang dinyanyikan
Melanie. Lagu yang dinyanyikan pun juga sangat pas dengan suasana mereka malam
ini.
“Daging sudah matang!!!”
teriak Xiu Min memberitahu bahwa daging BBQ sudah matang.
Tia dengan cepat dan sigap
mengambil beberapa potong daging dan diberikan untuk Presdir.
“Ayah, ini untuk ayah…
Apakah ayah mau mencoba dengan daun selada?”
“Boleh.” Jawab Presdir.
Tia kemudian meracik BBQ untuk Presdir, membalut daging dengan daun selada dan
beberapa potong bawang putih dan juga bumbu lain, bisa disebut galbi. Selain
memanggang daging juga ada sosis dan bahan lain juga yang bisa dijadikan BBQ.
Disisi lain, Melanie yang
juga sedang diperhatikan oleh seseorang.
“Melanie-si,,” panggil
Tao, Melanie pun menoleh. “Ini untuk mu.” Tao memberikan racikan galbinya untuk
Melanie, dan tidak tanggung-tanggung Tao menyuapkannya untuk Melanie. Tapi
dengan halus Melanie mengambil galbi itu dan menyuapkan dengan tangannya
sendiri.
“Gamsahamnida.” Ucap
Melanie dengan mulut penuh galbi dan tersenyum. “Oppa, apakah oppa juga mau?”
“O. Tentu. Tapi aku mau
kau yang meraciknya ya…” rayu Tao.
“Tenang aku akan buatkan
untuk oppa.”
&&&&&
“Yah! Melanie!” panggil
Tia sesampainya mereka di kamar.
“Wae-yo?”
“Kenapa kau tidak
mendengarkanku, hah?!” Tia kesal.
“Hah?” tanya Melanie
dengan raut wajah mengantuk.
“Aku bilang kau jangan
dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu. Tapi kenapa kau tadi dengan penuh
mesra, main suap-suapan hah?! Dengan siapa itu…” Tia coba mengingat-ingat.
“Tao oppa?” sahut Melanie.
“Ya, betul. Dengan dia.”
“Tia…aku kan hanya mengucapkan terima kasih karena
tadi Tao oppa menolongku.” Melanie menjelaskan
“Benar???” pandangan Tia
menyelidik.
“Ya sudah ah…aku
mengantuk.” Melanie sudah diranjang dengan posisi tidur.
&&&&&
Tia masih ada di alam
mimpi pagi ini. Tia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang terkena sinar dari
balik jendela. Tia mencoba mencari handphonenya yang ia letakkan dimeja dekat
ranjangnya.
Jam tujuh. Ucap dalam
hatinya setelah melihat jam yang ada dihandphonenya. Tia baru menyadari bahwa
teman yang tidur satu kamar dengannya sudah tidak ada disisinya.
“Melanie-ah… Melanie-ah….”
Tia memanggil-manggil Melanie. Mau tak mau Tia akhirnya bangun juga dari tempat
tidurnya dan beranjak turun ke lantai bawah, setelah merapikan dirinya.
Kemana orang-orang ya? Batin Tia dalam hati saat melihat ruang tengah
sepi tak ada satu orang pun. Tia menuju dapur dan mencari sesuatu yang bisa
dimakannya pagi ini.
“Kenapa perutku lapar?
Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil
mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.
“Aaaa!!” teriak Tia
tiba-tiba.
bersambung,,,