Sabtu, 28 Juni 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 13

Part 13

“Melanie-ah?” panggil Tia pada orang yang ada di depan pintu gerbang rumah.

“Tia.” Melanie kemudian memegang tangan Tia.

“Melanie, ada apa?” tanya Tia dengan sedikit cemas. “Kenapa pagi-pagi begini kau bisa sampai disini?”

“Aku harus berangkat pagi-pagi, supaya bisa tahu tentang keadaaanmu.” Ada raut wajah bahagia pada Melanie. “Bersyukur kau tidak apa-apa. Aku senang melihatmu.”

“Aku mendapat pesanmu, jadi aku tidak mampir ke rumah.”

“Maka dari itu aku kesini untuk menengokmu walaupun hanya sebentar.”

“Tia.” Panggil seseorang yang berada di belakang mereka. Tia pun menoleh dan mendapatkan Presdir sudah berdiri tak jauh dari mereka.

“Ayah.” Panggil Tia spontan. Mendengar hal itu Melanie langsung tahu bahwa beliau adalah orang yang merawat temannya.

“Anyeonghaseyo Presdir. Perkenalkan saya adalah Melanie.” Melanie menyapa Presdir.

“Jadi kau adalah Melanie?” tanya Presdir.

&&&&&

Melanie sudah duduk tenang di dalam mobil bersama dengan Tia juga Presdir. Mengetahui Melanie berkunjung, Presdir langsung mengajak Melanie untuk berlibur bersama. Melanie sempat menolak karena ia belum ada persiapan untuk berlibur, tapi Presdir tetap bersikeras mengajak Melanie. Dan meminta Tia untuk menemani Melanie membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk berlibur.
Setelah mendapatkan barang-barang yang kemungkinan dibutuhkan oleh Melanie. Merekapun kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat berlibur. Sekretaris Choi mengemudikan mobil dengan tenang dan focus. Perjalanan mereka menuju daerah pegunungan, dan merekapun sampai pada suatu rumah. Bisa disebut villa pribadi yang dimiliki oleh Presdir.

“Sepertinya tuan muda sudah sampai Presdir.” Sekretaris Choi melaporkan keberadaan putra dari Presdir.

“Apakah oppa juga ikut berlibur?!” tanya Tia spontan, setelah mendengar sekretaris Choi.

“Iya. Mereka sudah sampai disini sejak tadi malam.” Jawab Presdir dengan senyum yang mengembang.

Mereka? Kenapa Presdir menyebutkan, mereka. Siapa mereka? Batin Tia dalam hati. Tia masih terlihat binggung dengan jawaban Presdir, tapi Presdir sudah turun terlebih dahulu dari mobil.

“Tia, ada apa?” tanya Melanie yang ikut binggung melihat ekspresi Tia.

“Tuan muda dan teman-temannya juga diundang oleh Presdir untuk berlibur bersama.” Sekretaris Choi seperti mengetahui kebingungan yang dialami oleh Tia.

“Ou…jadi itu yang dimaksud Presdir??” Tia mengangguk-angguk sendiri.

“Ya nona.” Setelah menjawab Tia, sekretaris Choi juga ikut turun dari mobil, dan bergegas mengeluarkan barang-barang yang ada didalam bagasi. Tia dan Melanie juga segera turun dan membantu sekretaris Choi. Sekretaris Choi sudah berjalan terlebih dahulu di depan Tia dan Melanie.

“Melanie,,” panggil Tia.

“Ya.”

“Kau jangan dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu ya.” Tia memberitahu Melanie.

“Orang gila?” Melanie terlihat binggung dengan ucapan teman kecilnya itu.

“Anak dari Presdir itu sedikit punya masalah kejiwaan. Kemungkinan besar teman-temannya juga akan sama sepertinya.” Kata Tia sambil mereka berjalan menuju ke arah villa. “Jadi kau harus berhati-hati dengan mereka. Ok?!” Melanie pun hanya mengangguk mendengar ucapan Tia, tapi dengan raut wajah yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Tia.

&&&&&

“Nona, tolong ini ditaruh sana saja.” Kata sekretaris Choi yang dibantu oleh Melanie. Melanie kemudian menurut pada sekretaris Choi menuju tempat yang ditunjukkan oleh sekretaris Choi.

Mereka sedang mempersiapkan sesuatu malam ini, BBQ. Ssekretaris Choi, Tia juga Melanie mempersiapkan apa-apa saja yang akan mereka pakai untuk memanggang BBQ. Mereka terlihat bersemangat saat menyiapkan peralatan dan juga bahan.

Melanie dimitai tolong sekretaris Choi untuk mengambilkan sesuatu agak jauh dari tempat mereka. Melanie segera mengambilkannya untuk sekretaris Choi, tapi saat ia akan sampai tiba-tiba kaki Melanie tersandung dan akan jatuh. Sekretaris Choi yang mengetahui dari jauh juga ikut terkejut, ingin menolong tapi jarak mereka jauh.
Untung saja ada seseorang yang menangkap Melanie sehingga Melanie tidak jadi terjerembab jatuh. Melanie sangat beruntung ia tidak jadi jatuh, Melanie tetap cemas.

“Gwaenchana?” tanya orang yang menangkap Melanie.

“Ye. Gamsahamnida.” Ucap Melanie saat masih dalam posisi tubuhnya ditangkap oleh orang tersebut. Mereka berdua sudah pada posisi yang baik sekarang, Melanie berdiri dengan tegak dan sekali lagi Melanie ingin mengucapkan terima kasih.
“Gam..” ucapan Melanie terhenti ketika melihat orang itu. “O!”

“Melanie-si??”

&&&&&

Semua orang sudah berkumpul untuk BBQ bersama-sama, Presdir juga sudah ada disana. Semua tampak senang malam ini, sekretaris Choi memanggang daging sapi dibantu oleh Xiu Min. Untuk memecah keheningan malam, Lay memetik gitarnya, dan Melanie yang mengetahui alunan gitar Lay mendendangkan sebuah lagu. Tanpa sadar tubuh semua orang juga ikut bergoyang mengikuti irama dan alunan lagu yang dinyanyikan Melanie. Lagu yang dinyanyikan pun juga sangat pas dengan suasana mereka malam ini.

“Daging sudah matang!!!” teriak Xiu Min memberitahu bahwa daging BBQ sudah matang.

Tia dengan cepat dan sigap mengambil beberapa potong daging dan diberikan untuk Presdir.
“Ayah, ini untuk ayah… Apakah ayah mau mencoba dengan daun selada?”

“Boleh.” Jawab Presdir. Tia kemudian meracik BBQ untuk Presdir, membalut daging dengan daun selada dan beberapa potong bawang putih dan juga bumbu lain, bisa disebut galbi. Selain memanggang daging juga ada sosis dan bahan lain juga yang bisa dijadikan BBQ.

Disisi lain, Melanie yang juga sedang diperhatikan oleh seseorang.

“Melanie-si,,” panggil Tao, Melanie pun menoleh. “Ini untuk mu.” Tao memberikan racikan galbinya untuk Melanie, dan tidak tanggung-tanggung Tao menyuapkannya untuk Melanie. Tapi dengan halus Melanie mengambil galbi itu dan menyuapkan dengan tangannya sendiri.

“Gamsahamnida.” Ucap Melanie dengan mulut penuh galbi dan tersenyum. “Oppa, apakah oppa juga mau?”

“O. Tentu. Tapi aku mau kau yang meraciknya ya…” rayu Tao.

“Tenang aku akan buatkan untuk oppa.”

&&&&&

“Yah! Melanie!” panggil Tia sesampainya mereka di kamar.

“Wae-yo?”

“Kenapa kau tidak mendengarkanku, hah?!” Tia kesal.

“Hah?” tanya Melanie dengan raut wajah mengantuk.

“Aku bilang kau jangan dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu. Tapi kenapa kau tadi dengan penuh mesra, main suap-suapan hah?! Dengan siapa itu…” Tia coba mengingat-ingat.

“Tao oppa?” sahut Melanie.

“Ya, betul. Dengan dia.”

“Tia…aku kan hanya mengucapkan terima kasih karena tadi Tao oppa menolongku.” Melanie menjelaskan

“Benar???” pandangan Tia menyelidik.

“Ya sudah ah…aku mengantuk.” Melanie sudah diranjang dengan posisi tidur.

&&&&&

Tia masih ada di alam mimpi pagi ini. Tia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang terkena sinar dari balik jendela. Tia mencoba mencari handphonenya yang ia letakkan dimeja dekat ranjangnya.
Jam tujuh. Ucap dalam hatinya setelah melihat jam yang ada dihandphonenya. Tia baru menyadari bahwa teman yang tidur satu kamar dengannya sudah tidak ada disisinya.

“Melanie-ah… Melanie-ah….” Tia memanggil-manggil Melanie. Mau tak mau Tia akhirnya bangun juga dari tempat tidurnya dan beranjak turun ke lantai bawah, setelah merapikan dirinya.

Kemana orang-orang ya? Batin Tia dalam hati saat melihat ruang tengah sepi tak ada satu orang pun. Tia menuju dapur dan mencari sesuatu yang bisa dimakannya pagi ini.

“Kenapa perutku lapar? Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.


“Aaaa!!” teriak Tia tiba-tiba.

bersambung,,,

(ori) THIEF OF LOVE part 12

Part 12

“Gomawo..” Kris menoleh ke arah Tia, Tia tersenyum pada Kris. “Jujur saja, ini adalah tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran.” Ucap Tia sambil melihat ke sungai.

“Kau bisa berpikir?” tanya Kris, membuat Tia menghela nafas, sebal. “Aku kira kepalamu tidak ada isinya.”

“Aku tidak seperti dirimu.” Tia menoleh pada Kris dengan mimic muka meremehkan.

“Maksudmu?”

“Bukannya kepalamu itu yang tidak ada isinya, hah?!” Tia kesal. “Baru saja diberi ucapan terima kasih sudah membuat orang kesal.” Tia mengomel.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Kris dengan nada yang serius sambil melihat ke sungai.

“Banyak.” Tia menghela nafas. “Akan sangat panjang jika diceritakan.”

“Boleh aku bertanya?”

“Mwo?”

“Kenapa kau mencuri?”

“Aku? Mencuri?”

“Ya.”

“Aku….” Tia berhenti sejenak. “Karena aku harus menghidupi orang lain.”

“Dengan mencuri?”

“Sebenarnya, aku hanya mencuri dari orang asing.”

“Orang asing?” alis Kris bertaut.

“Ya. Orang asing.” Tia mengangguk. “Aku hapal dengan pengunjung yang ada di pusat perbelanjaan itu. Jadi jika ada orang asing datang berkunjung, aku bisa tahu.”

“Jadi kau menganggapku orang asing?” tanya Kris, Tia dengan satu anggukan mantab menjawab Kris.

“Dengan wajah tidak pernah tersenyum seperti itu, pasti akan sangat menyenangkan jika melihatnya panic.” Ejek Tia.

“Wajahku ini cool dan menawan.” Kris menyombongkan diri.

“Bangganya…ckckckck.” Cibir Tia.

“Sebenarnya siapa yang kau hidupi?” tanya Kris ingin tahu.

“Hmm….aku punya banyak adik, jadi aku harus merawat mereka.”

“Dimana orang tuamu?”

Ada. Aku membantu mereka.” Kris memperhatikan ekspresi wajah Tia. “O! Kenapa oppa kemari? Apa ada yang oppa pikirkan?”

“Sama sepertimu, ada yang sedang aku pikirkan.”

“Aku pikir, orang sepertimu tidak pernah punya masalah, sehingga tidak pernah berpikir.” Lagi-lagi Tia mencibir.

“Kau kira aku bukan orang normal, hah?!”

“Kau yang bilang sendiri. Hehehe. Trus apa yang sedang oppa pikirkan?”

“Aku tidak akan memberitahu mu.” Jawab Kris.

Menyebalkan. Batin Tia.

&&&&&

“Aku heran, tadi aku yakin melihatnya.” Soa masih merasa penasaran.

“Mungkin hanya orang yang mirip.” Chan Sung membelokkan mobilnya.

“Ani. Aku sangat yakin itu dia. Tapi kenapa dia bisa datang ke pesta?”

“Mungkin noona merindukannya.” Jawab Chan Sung dengan pandangan masih lurus ke depan.

“Kau pikir aku berhalusinasi, hah?!”  Soa jadi sedikit sebal. “Dasar kau.”

“Aku yakin suatu hari akan menemukannya noona. Kita harus sedikit bersabar saja.” Raut muka Chan Sung serius.

&&&&&

“Aku ingin berlibur, sekretaris Choi.” Presdir memberitahu sekretaris Choi.

“Anda ingin berlibur kemana Presdir?” menuangkan teh kedalam cangkir minuman Presdir.

“Aku hanya ingin bersantai dan menghirup udara segar.” Ucap Presdir sambil bersandar dikursinya. Sekretaris Choi yang duduk disebelah tersenyum.

&&&&&

“Jinja-yo?!!” Tia melotot tak percaya. Presdir mengangguk menjawab Tia. “Jinja?!” ulang Tia lagi.

“Apakah aku Nampak berbohong?” ganti Presdir yang bertanya.

“Bukan begitu ayah…hehehe” Tia tertawa. “Karena aku sudah lama tidak berlibur. Makanya aku senang ayah mengajakku untuk berlibur.”

“Apakah kau begitu senang sehingga kau menanyakannya berulang-ulang?”

“Ya! Aku sang….ngat….senang….Hihihi.”

“Kau benar-benar, mirip putriku.” Presdir menepuk pundak Tia sambil tersenyum.

“Aku memang putri ayah kan?” dengan bangga Tia berucap.

&&&&&

“Benarkah?!” tanya Xiu Min dengan heran setelah meneguk minumannya.

“Ya.” Jawab Kris tanpa ekspresi.

“Ah….kau bercanda.” Xiu Min tak percaya.

“Apa aku terlihat bercanda? Hah?”

“Aku ikut.” Sahut Tao. Kris mengangguk-angguk dan mengacungkan jempolnya ke arah Tao, kemudian Tao mengedipkan sebelah matanya.

“Aku juga akan ikut.” Lay ikut bersuara. “Aku akan rileks.”

“Xiu Min, bagaimana denganmu?”

“Aku?” ketiga temannya memandang menunggu jawaban Xiu Min. “Aku…aku… Ya, aku akan ikut kalian saja.” Sepertinya Xiu Min menyerah.

“Hyung, kau tulus bukan?” tanya Tao.

“Ya…” jawab Xiu Min lirih.

“Jika kau terpaksa kau tidak perlu ikut.” Kris memberitahu.

“Aku diundang kenapa aku tidak ikut?” jawab Xiu Min.

“Tapi kenapa raut wajahmu seperti itu?” Lay ikut menimpali.

“Biasa saja.” Xiu Min tersenyum didepan ketiga temannya.

&&&&&

Terlihat sekretaris Choi memasukkan beberapa tas ke dalam bagasi mobil, dibantu oleh Tia. Hari dimana Tia menantikannya sudah tiba, mereka akan berlibur. Terlihat pengurus Jang juga ikut membantu memasukan barang-barang yang akan dibawa.

“Sepertinya sudah tidak ada yang tertinggal nona.” Ucap sekretaris Choi setelah mengecek barang-barang yang sudah masuk.

“Kalau begitu kita siap berangkat!” Tia mengangkat tangan kanannya ke udara. “Aku akan memanggil Presdir, bahwa kita sudah selesai.”

Baik nona.”

Tia kemudian berjalan masuk ke dalam rumah untuk memanggil Presdir. Akhirnya semua sudah siap, Presdir dengan raut wajah yang gembira masuk ke dalam mobil. Tia juga akan menyusul Presdir dan sekretaris Choi yang sudah berada di dalam mobil.
Tetapi Tia melihat sosok yang ia kenal berada di luar pintu gerbang rumah, Tia mecoba mengecek apakah benar yang ia lihat. Tia berjalan perlahan menghampiri orang tersebut. Betapa terkejutnya bahwa orang yang dilihatnya itu adalah benar-benar orang yang Tia kenal.

“Melanie-ah?” panggil Tia.

“Tia.” Melanie kemudian memegang tangan Tia.

“Melanie, ada apa?” tanya Tia dengan sedikit cemas.


bersambung,,,

(ori) THIEF OF LOVE part 11

Part 11

Beberapa hari sudah berlalu setelah peristiwa perang krim antara Tia dan Kris. Mereka juga masih seperti biasa, dengan sikap mereka yang masih tidak bersahabat. Tapi Tia sudah membuatkan sarapan untuk Kris, walau terkadang porsi yang diberikan berbeda-beda.

“Yah, kenapa porsi milikku terlihat berbeda dengan milik ayah?” Kris beranjak dari meja makan dan bertanya pada Tia yang saat itu sedang mengambil sesuatu.

“Wae?” Tia sedikit melotot “Apakah kau tidak terima? Jika kau tidak terima, masak saja sendiri.” Jawab Tia dengan suara yang pelan supaya Presdir tidak mendengar.

Kris juga terkadang masuk ke kamar Tia tanpa ijin. Sehingga membuat Tia kesal, karena tingkah laku Kris. Saat Tia masuk kamarnya Kris sudah duduk tenang di kursi sedang mendengarkan mp3 dan membaca buku.

Manusia tak bermoral. Apa dia tidak bisa membedakan mana kamar wanita dan kamar pria? Seenaknya masuk ke kamar orang. Tia hanya bisa mengomel dalam hati. Tia tidak bisa bertindak apapun karena ia sudah menyelidiki ternyata kunci kamarnya sama dengan Kris. Dan Tia tidak memiliki kunci tersebut.

“Apakah kau akan duduk disana terus? Selagi aku mengganti bajuku?” tanya Tia mendapat ide untuk mengusir Kris dari kamarnya.

“Kau tidak memiliki sesuatu yang menarik untuk dilihat.” Jawab Kris sambil tersenyum sinis ke arah Tia. Membuat Tia melotot tidak terima. Tapi Kris beranjak juga dari kamar Tia.

&&&&&

“Apakah anda akan menghadiri acara tersebut Presdir?” sekretaris Choi bertanya.

“Sepertinya begitu sekretaris Choi.” Presdir menjawab sambil tersenyum. “Aku mendapatkan ide yang lebih baik.” Ucap Presdir penuh maksud.

“Ide?” sekretaris Choi tidak mengerti, Presdir kembali tersenyum pada sekretaris Choi.

&&&&&

Kris sudah memakai setelan jas yang pantas, karena dia akan menemani Presdir menghadiri undangan. Kris sudah melajukan mobilnya menuju Sesang Collection dimana Presdir ingin Kris bertemu dengannya di tempat itu.
Tapi sampai di Sesang Collection, Kris tidak menemukan ayahnya. Seseorang keluar dengan dandanan yang berbeda, mata Kris terbelalak tak percaya melihat orang yang berdiri dihadapannya.

“Pasangan anda sudah siap tuan.” Ucap Stylist Byun.

Dengan gaun warna merah muda yang soft dan make up yang selaras tapi dipoles dengan minimalis, juga rambut yang diikat menyamping. Membuat orang tersebut berbeda dari biasanya. Kris masih terpana melihat orang itu sebelum Kris mengeluarkan suatu perkataan yang membuat orang yang dilihatnya sebal.

“Stylist Byun, kau hebat, bisa merubah itik buruk rupa menjadi angsa.” Perkataan Kris membuat stylist Byun tersenyum.

Dasar! Jika tidak disini, akan ku robek mulutmu. Umpat Tia dalam hati, sambil melotot ke arah Kris. Tapi Tia tetap berusaha tersenyum dihadapan stylist Byun.

&&&&&

Kris mencoba mencari dimana keberadaan Tia, karena Kris asyik ngobrol dengan seniornya sehingga ia lupa dengan Tia. Sambil memperhatikan sekitarnya Kris berjalan mencari Tia, terkadang Kris juga akan menyapa tamu undangan yang ia kenal. Kris mencoba mencari Tia di tempat prasmanan, pikir Kris mungkin Tia akan mencoba hidangan yang disajikan. Kris tetap tidak menemukan Tia.
Karena kesal akhirnya tidak mencari lagi, Kris kemudian menemui tuan rumah untuk memberikan ucapan selamat. Baru setelah itu Kris menuju meja prasmanan untuk menikmati hidangan dan mengobrol dengan beberapa tamu undangan yang dikenal.

“Kris,,,” seseorang memanggil Kris dari arah belakang, Kris menoleh. “Kris, oreganmani-e-yo.” Sapa orang itu pada Kris sambil mengulurkan tangan. Kris membeku sebentar dan akhirnya menyambut uluran tangan itu.

“Ye. Bangapsumnida.” Ucap Kris sambil berjabat tangan.

“Kau sudah pulang dari luar negri. Sudah lama kau tiba di Korea?”

“Ya…mungkin sekitar hampir satu bulan.”

“O, ternyata sudah lama kau tiba. Aku senang bertemu denganmu.” Ucapnya sambil tersenyum.

“Chan Sung –ah..” panggil seorang wanita pada orang yang berbicara dengan Kris.

“Noona.”

“Kris, kenalkan ini saudaraku.” Chan Sung memperkenalkan kakak perempuannya. “Soa noona, ini Kris.”

“Anyeonghaseyo Kris.” Sapa Soa pada Kris. “Temanmu sangat tampan.” Ucap Soa tanpa basa-basi setelah berkenalan dengan Kris. “Oya,,!!” Soa tersentak sendiri seperti teringat sesuatu hal yang ingin disampaikan pada Chan Sung. “Chan Sung –ah, tadi aku melihatnya disekitar sini.”

“Jinjja-yo?” Chan Sung bertanya dan Soa mengangguk.

“Atau kita cari saja?” usul Soa.

“Kris, senang bertemu denganmu. Aku pergi dulu, ada urusan.”

“Anyeong.” Soa berpamitan pada Kris, Kris tersenyum menanggapi.

Kenapa disaat seperti ini aku harus bertemu denganmu? Tanya Kris dalam hati. Dan lagi aku harus mencari perempuan gila itu. Kemana perginya?

&&&&&

“Anda terlihat begitu senang Presdir.” Ucap Sekretaris Choi yang dari tadi memperhatikan Presdir.

“Pasti mereka berdua sedang berada dalam pesta.” Kata Presdir sambil bersandar dikursinya, di ruang kerjanya yang ada di rumah.

“Saya kwatir, tuan muda nanti pulang dan marah-marah pada anda.”

“Tidak mungkin. Kalau anak itu protes, pasti dari tadi dia sudah menelponku, sekretaris Choi. Kau ini seperti tidak tahu wataknya saja?”

“Apakah tidak apa-apa membiarkan mereka berdua saja Presdir?”

“Ini adalah waktu untuk mengakrabkan mereka sekretaris Choi.” Presdir tersenyum kemudian meminum secangkir teh yang sudah tersedia dimejanya.

&&&&&

Kris sudah meninggalkan ruang pesta, dengan sedikit kesal karena tidak bisa menemukan Tia. Kris menuju tempat parkir, dan berjalan ke arah mobilnya.

“Biar saja, akan ku tinggal dia disini.” Kris mengomel sendiri sambil membuka pintu mobil. Untuk beberapa menit kemudian Kris sudah berada dalam mobil, dia akan menutup pintunya. Tiba-tiba dari pintu yang satu seseorang membuka dan masuk, membuat Kris terkejut.

“Apa kau ingin meninggalkanku disini?” tanya Tia sedikit kesal karena dia tadi mendengar ocehan Kris.

“Yah?!!” Kris meneriaki Tia. “Darimana kau?! Kau pikir aku tidak bingung mencarimu hah?!”

“Mian-hae,,,perutku sakit. Sehingga aku harus ke toilet.” Tia memberitahu alasan ia menghilang.

“Setidaknya kau bisa bilang dulu padaku kemana kau pergi.” Kris memarahi Tia. Tia memandang Kris yang benar-benar punya expresi yang berbeda dari biasanya, raut wajah kwatir.

“Mian oppa.” Jawab Tia lembut penuh penyesalan.

Kris kemudian melajukan mobilnya, dan meninggalkan tempat parkir. Dalam perjalanan Tia dan Kris tidak banyak bicara. Tia sempat memperhatikan raut wajah Kris yang serius saat menyetir. Tia juga hanya memandang lurus ke depan, pikirannya juga berkecamuk.

“O!” Tia memandang daerah yang ada tepat di hadapannya. “Sungai Han, kenapa kita ke sini?” Kris tidak menjawab, ia langsung turun dari mobil, Tia menyusul. Kris sudah berjalan jauh di depan, Tia merentangkan tangannya merasakan hembusan angin.
Tia sungguh menikmati suasana malam ditepi sungai Han. Tia merasa semangatnya kembali. Tia berjalan mendekati Kris yang sudah berada tepat di tepi sungai.


“Hhmmm….udaranya begitu menyejukan.” Ucap Tia yang saat itu sudah berada di samping Kris. “Gomawo..” Kris menoleh ketika mendengarkan kata yang diucapkan Tia.

bersambung,,,