Selasa, 28 Oktober 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 15


Pemain Utama               :           Tia (Chocolat)
Kris (Exo M)

Pemain Pendukung         :           Xiu Min, Lay, Tao (Exo M)
                                                Melanie            , Min Soa, Juliane (Chocolat)
                                                Hwang Chan Sung (2PM)

Genre                           :           romance, family

Part 15

Tia menunggu di depan pintu villa dengan cemas, ia sudah seperti setrikaan, mondar-mandir kesana-kemari. Tia teringat ucapan Xiu Min, yang memberitahukan kalau Tao dan Melanie sedang berkencan dan berjalan bersama memasuki kawasan hutan.

“Oppa!” panggil Tia pada Kris yang saat itu sedang melintas. Kris yang dipanggilpun menghentikan langkahnya dan menatap Tia, yang saat itu sedang berjalan ke arahnya.
“Oppa, ayo temani aku…” reflex Tia menggandeng tangan Kris. Kris menahan tangan Tia.

“Kenapa kau begini?” Tanya Kris dingin.

“Oppa, temanmu itu sedang berjalan dengan Melanie.” Ucap Tia menjelaskan dan ada nada kwatir.

“Apa salahnya?”

“Hah? Apa salahnya? Em…em…” Tia berdehem “Memang tidak salah mereka berjalan bersama, tapi aku takut kalo temanmu itu akan berbuat macam-macam pada temanku, dia kan temanmu pasti kelakuannya sama denganmu.”

“Kau meminta bantuanku tapi kau juga mengataiku.” Kris sedikit tersinggung dengan penjelasan Tia. Tia juga baru menyadari ucapannya yang keceplosan. “Kalo kau mau mencari temanmu, cari saja sendiri, toh aku tidak ingin mencari temanku.” Kemudian dengan wajah marah Kris meninggalkan Tia.

 & & & & &

“Kau adalah anak ibu Chan Sung-ah…” ibu Chan Sung menggenggam tangan Chan Sung. Tapi Chan Sung tak bergeming, dan hanya menatap sang ibu dengan tatapan getir.
“Hidup ibu tergantung padamu, putra ibu satu-satunya.” Ucap ibu Chan Sung dengan kelembutan.

“Ibu ingin aku segera mengakhiri semua ini?”

“Ibu hanya berharap kau bisa membanggakan ibumu ini nak…”

& & & & &

Malam ini Soa sedang duduk di depan meja belajarnya, terlihat Soa sedang merenungkan sesuatu, berusaha mengingat-ingat. Soa kemudian meraih handphone miliknya dan mencari kontak yang ada dihandphone-nya.

“Yeoboseyo… sunbae, ini aku Soa, apakah kau ingat?” Soa sudah tersambung dengan nomor yang ia cari dihandphone-nya. “Sunbae, aku ingin meminta tolong sesuatu padamu. Apakah aku bisa bertemu denganmu?” Soa mendengar jawaban dari orang yang ia telephon dan tersenyum. “Gomawo sunbae.” Soa memutuskan percakapan ditelephon dan kembali melanjutkan membaca novel.

& & & & &

Xiu Min dan Lay sedang bercakap-cakap diruang tamu, mereka berdua sedang membicarakan sesuatu yang ada dihalaman majalah yang mereka baca saat itu. Juga sedikit bersenda gurau.
Kris datang dan ikut duduk bersama mereka disofa seberang, dan memperhatikan tingkah kedua temannya.

“Apakah Tao belum kembali?” Tanya Kris setelah meneguk minuman kaleng. Xiu Min hanya menggoyangkan tangannya, menandakan bahwa Tao belum pulang, masih sambil memperhatikan majalah yang ia baca.

“Tao, apakah kau tidak tahu hyung? Tao dan Melanie terlihat sedang berkencan. Tadi pagi saja mereka berdua jalan-jalan bersama.” Lay menjelaskan.

“Yang aku tidak habis fikir, kenapa mereka bisa kenal sedekat itu ya?” Tanya Xiu Min masih sambil melihat majalah. “Bukankah itu aneh? Kita baru berada di villa ini dua hari.” Sambil Xiu Min menutup majalah dan mengambil minuman kemudian meminumnya.

& & & & &

“Tao, darimana saja kau?” Tanya Kris saat tahu Tao sudah tiba di villa.

“Aku jalan-jalan bersama Melanie, ada apa hyung?” Tao mengambil buah apel didalam lemari es dan menggigitnya.

“Apakah kalian hanya berdua saja?” Tanya Kris lebih lanjut.

“Aku sedang mendekati Melanie, hyung…jadi tidak mungkin aku mengajak orang lain.” Jawab Tao dengan nada yang lirih.

“O..” Kris hanya mengangguk-angguk.

“Hyung, tidak mungkinkan kau….????” Tao bertanya curiga.

“Aku tidak punya perasaan pada Melanie, jadi tenang saja.” Jawab Kris tahu yang dimaksudkan Tao, Tao menghela nafas lega.

“Hyung, apakah kau tahu bahwa Tia dan Melanie dibesarkan dipanti asuhan?” Tao sudah duduk disofa sambil menikmati apel.

“Mwo?” Kris sedikit terkejut dengan cerita Tao.

“Pagi tadi aku bertanya pada Melanie, dan ia menceritakan bahwa mereka berdua adalah teman dipanti.” Tao cerita dengan cuek masih sambil menikmati apel.

“Rumah. Rumah yang banyak anak-anak tinggal.”

“Em… Melanie juga bercerita di rumah mereka, mereka punya banyak adik.”

Kris jadi teringat pembicaraannya dengan Tia saat berada ditepi sungai Han. Dan ia juga teringat, dimana ia mengikuti Tia sampai disebuah rumah dan bertemu dengan Melanie. Saat itu Kris hanya mengamati dari kejauhan apa yang sedang Tia lakukan di rumah itu dengan membawa banyak belanjaan.

“Yah…. Tao-ah…darimana saja kau hah?” Tanya Xiu Min yang tiba-tiba datang. “Bagaimana kencanmu?” goda Xiu Min. Tao hanya mengedipkan matanya.

& & & & &

Kaki Tia merasa kesemutan, karena jongkok terlalu lama untuk bersembunyi, Tia kemudian kembali mengintip orang yang ia ikuti.

“Mwo??!” Tia spontan langsung berdiri dari tempat ia bersembunyi. Tia heran, orang yang ia ikuti sudah tidak berada disana dan hari juga sudah petang. Tia melihat seperti ada orang yang berjalan agak jauh dari ia berdiri.
“Sepertinya itu mereka berdua.” Tia kemudian mengikutinya. Tia berjalan dengan hati-hati, karena keadaan sudah menjadi gelap. Tia merasa takut, Tia sadar bahwa ternyata ia tersesat.
“Melanie-ah…” panggil Tia dengan suara serak, keringat dingin sudah bercucuran didahinya. “Melanie-ah… Tao oppa…. Melanie-ah…” panggil Tia berkali-kali. Tia juga melihat disekelilingnya, Tia menelan ludah ketakutan. “Tolong…. Melanie-ah…”
Kaki Tia menjadi lemas, dan Tia rebah ia merasa kakinya tidak kuat membawa badannya untuk berjalan lagi.

& & & & &

“Melanie-si.” Panggil Kris yang melihat Melanie berada diluar villa padahal waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam.

“Tuan muda.” Jawab Melanie dengan wajah cemas.

“Kenapa kau berada diluar?”

“Tuan, apakah Tuan melihat Tia?” Tanya Melanie ragu-ragu.

“Kenapa dengannya?” Tanya Kris curiga.

“Tia tidak ada di kamar, dan saya sudah memeriksa ruangan di villa, tapi saya tidak menemukannya.”

“Yang aku tahu, Tia tadi mengikutimu, saat kau bersama dengan Tao.” Kris menjelaskan.

“Mwo??!” Melanie terkejut. “Tia panggil takut dengan kegelapan apa lagi suasana hutan yang gelap. Karena Tia dulu pernah tersesat di dalam hutan, tidak mungkin Tia berani mengikutiku dengan Tao oppa, sampai lupa dengan traumanya.” Melanie menceritakan trauma Tia. “Aku harus segera menemukan Tia.” Melanie akan melangkah pergi.

“Melanie-ah…” panggil Tao.

“Tao-ah… sepertinya Tia tersesat di dalam hutan saat mengikuti kalian, kau temani Melanie disini aku akan mencari Tia.” Kris melangkah meninggalkan Melanie juga Tao.

“Hyung!” panggil Tao tapi tak dihiraukan oleh Kris. Melanie sudah berjongkok lemas mengetahui teman kecilnya bertindak seperti itu. “Melanie-si..”

& & & & &

Tia meringkuk dibawah pohon sambil menggigil, antar hawa hutan yang dingin dan rasa takut yang merayapi dirinya. Tia kembali teringat masa lalunya saat ia tersesat di dalam hutan. Tia kecil menangis, meminta pertolongan, tapi yang ia dengar hanya suara hewan-hewan liar, yang mungkin saja bisa memangsa dirinya.
Kembali Tia hanya bisa mendengar desiran daun-daun hutan yang bergesakan dan Tia seperti mendengar geraman dari hewan-hewan hutan. Bibir Tia bergetar, keringatnya tak berhenti bercucuran. Tia berusaha merogoh kantong celananya untuk menemukan suatu benda, tapi benda yang ia cari ternyata tidak ketemu.
“Kenapa handphone ku juga bisa tertinggal??” Tanya Tia pada dirinya sendiri. Tia kemudian berusaha bangkit berdiri.
Aku harus berusaha untuk menemukan jalan pulang. Ucap Tia dalam hati. Walaupun aku harus bertemu dengan hewan hutan, ini saatnya aku harus berjuang, aku harus melawannya. Tia menyemangati dirinya sendiri. Saat kaki Tia berjalan beberapa langkah, ia mendengar suara geraman hewan hutan, dan sontak Tia menjerit ketakutan.

“AAAaaaaaaa……..”

bersambung,,,

Rabu, 15 Oktober 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 14



Part 14

“Anyeonghaseyo oppa…” sapa Melanie saat melihat Tao.

“Melanie-si, kau sudah bangun sepagi ini?” Tao sedikit terkejut saat Melanie menyapanya dan pastinya juga ada perasaan senang.

“Ne. Aku ingin menghirup udara segar pegunungan, karena jarang sekali aku dapat berlibur dan melihat pemandangan di gunung.” Melanie menjelaskan dengan senyum yang mengembang.

“Apakah kau mau jalan-jalan?” Tao menawarkan.

“O! Tentu. Aku mau.” Jawab Melanie semangat dan senang.

&&&&&

“Paman, terima kasih telah mengundang kami untuk berlibur.” Ucap Xiu Min pada ayah Kris. Mereka sudah berada di luar villa, untuk berjalan-jalan menyusuri jalan setapak sekitar villa.

“Hahaha. Kalian ini, kenapa harus sungkan seperti itu hah?” Xiu Min dan Lay tersenyum canggung mendengar jawaban Presdir dengan tawa yang renyah.
“Kalian ini sudah paman anggap seperti anak paman. Kalian sudah berteman dengan anakku Kris lama. Dan paman tahu bagaimana sifat kalian. Hahahaha.”

“Terima kasih paman.” Gantian Lay yang mengucapkan terima kasih.

“Jadi pagi ini kalian harus menemani paman untuk jalan-jalan ya?”

“Ye. Kami akan menemani paman.” Jawab Xiu Min dan Lay kompak bersamaan, membuat Presdir tertawa.

“Tapi, Kris belum bangun, bagaimana paman?” Xiu Min mengingatkan Presdir tentang anaknya.

“Sudahlah, jangan kau hiraukan pemalas itu.” Jawab Presdir sambil berjalan meninggalkan Xiu Min dan Lay.  Kemudian Xiu Min dan Lay bergegas menyusul Presdir.

&&&&&

“Kenapa perutku lapar? Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.

“Aaaa!!” teriak Tia tiba-tiba.

“Wae?” tanya Kris dengan nada datar. “Kemana yang lain?” Kris sudah duduk di depan meja makan.

Ternyata yang terlambat bangun bukan hanya aku saja, brarti aku ada temannya. Batin Tia sambil tersenyum. Tapi kenapa harus dia yang menjadi temanku??? Tia menjadi muram.

“Yah! Kenapa kau hanya membuat satu roti saja, bukankah ada temanmu disini?”

“Jadi?” tanya Tia pura-pura tidak tahu yang dimaksud Kris.

“Dasar.” Kris menjadi sedikit kesal. “Tolong buatkan aku roti juga.”

“Ou…jadi tuan muda kita juga ingin roti ya,,,,” goda Tia.

“Cepatlah…”

“Jika kau ingin cepat kau buat saja sendiri.” Tia berhenti untuk mengoles selai diatas roti.

“Ya sudah kalau begitu…” jawab Kris santai, tapi tangannya sudah menyambar roti selai buatan Tia yang pertama dan melahapnya.

“Yah!!” Tia berteriak. “Itu milikku!”

“Aku sudah lapar.”

“Itu juga sudah aku gigit.” Tia menjelaskan dengan muka panic dan kesal pada ulah Kris.

“Tidak masalah bagiku. Kau buat lagi saja.” Kris berucap dengan santai masih memakan roti selai. Tia memandang dengan kesal. “Rotinya masih duakan? Bukankah itu cukup untukmu?”

“Kau benar-benar pintar.” Tia kesal karena roti selai yang pertama ia buat itu ada tiga, tapi yang akan dibuat selanjutnya tinggal dua. Kris dengan cepat melihat situasi dan tidak peduli bahwa roti selai yang pertama sudah sedikit digigit Tia.

“Gomawo.” Kris meninggalkan Tia.

&&&&&

“Kenapa oppa memandangiku?” Tanya Melanie yang mendapati Tao sedang memandangnya sambil tersenyum.

“Hehe, aku senang kita bisa bertemu lagi. Ya….seperti ini.” Tao mendekatkan wajahnya ke wajah Melanie “Apakah ini jodoh?”
Ditanya begitu Melanie jadi memerah pipinya dan ia mematung sebentar, kemudian kembali ke alam sadar. Tao terkekeh melihat reaksi Melanie.

“Hehehehe” Melanie juga ikut tersenyum kaku.

“Kenapa kau bisa mengenal Tia?” Tao mengubah topic pembicaraan supaya Melanie tidak canggung.

“Kita adalah sahabat dari kecil. Kita dibesarkan bersama di panti.”

“Panti??” Tao sedikit terkejut, Melanie mengangguk mengiyakan.

“Rumah yang kita tinggali itu adalah panti. Biasa aku dan Tia menyebutnya rumah, karena disana keluarga kita berada, maka lebih enak menyebutnya rumah.”

“Jadi,,,kalian anak panti?” Tao menanyakan untuk menyakinkan. Melanie mengangguk mantap.

“Tapi,,, alangkah bahagianya, karena Tia sudah bertemu dengan keluarga yang sebenarnya.”

“Keluarga yang sebenarnya?” Tao tidak mengerti.

“Ya. Keluarga yang sebenarnya. Sebenarnya Tia….” Tiba-tiba Melanie menghentikan bicaranya. “Oh,,,oppa, apakah kau tidak lapar?” ucap Melanie sambil memegangi perutnya. Tao yang masih mendengarkan cerita Melanie jadi bingung karena tiba-tiba Melanie mengubah topic pembicaraan. Dengan nurutnya Tao menerima ajakan Melanie untuk mencari makan pagi.

& & & & &

Tia melihat Xiu Min dan Lay yang sedang berjalan sambil bercanda memasuki halaman villa.

“O! Selamat pagi Tia-si.” Sapa Xiu Min dengan wajah yang cerah sambil melambaikan tangan, sok akrab.

“Tia-si, good morning..” Lay juga ikut menyapa.

“Selamat pagi oppa.” Dengan sopan Tya membalas salam dari Xiu Min dan Lay.

“Wah… Tia-si sangat rajin, sehingga melewatkan jalan-jalan di pagi hari.” Ucap Xiu Min bermaksud menyindir.

Kau menyindirku yah???! Batin Tia dalam hati yang mengetahui maksud ucapan Xiu Min.

“Ye, aku memang sangat rajin oppa, jadi sampai aku berjalan-jalan pagi diatas tempat tidur.” Jawab Tia dengan percaya diri dan tertawa.

“Tia-si, dia memang begitu,,,” Lay mencoba menjelaskan supaya Tia memaklumi tingkah Xiu Min. Dan Xiu Min sudah masuk ke dalam villa “Karena ingin melucu.” Kemudian Lay dan Tia tertawa bersama.

& & & & &

“Melanie-ah,,,” yang dipanggil sedang berias di depan cermin “Melanie!” nada suara Tia meninggi karena merasa diabaikan.

“Waeyo?” masih berias.

“Kenapa kau meninggalkan aku tadi, hah?!” Tia sudah berada di dekat Melanie dan berkacak pinggang. “Apakah itu yang disebut teman?!”

“Tia-ah, asal kau tahu saja, sangat lelah membangunkanmu.” Melanie mengingat dirinya saat berusaha membangunkan Tia, yang tidak merespon sama sekali. “Hhhhfffff, hampir dua puluh kali aku berusaha.” Dibilang begitu Tia jadi malu sendiri dan menghentikan omelannya.

& & & & &

“Sekretaris Choi, anda mau kemana?” Tanya Tia saat berpapasan dengan sekretaris Choi.

“Presdir ada urusan mendadak dan kita akan pulang lebih dulu.” Jawab Sekretaris Choi “Nona dan yang lain silahkan melanjutkan liburan anda smua.” Kemudian Sekretaris Choi bergegas meninggalkan villa bersama dengan Presdir.

& & & & &

Tia berjalan dengan sangat pelan-pelan, berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun dalam tiap langkahnya. Matanya pun terus mengawasi dua sejoli yang berjalan didepannya tanpa mereka tahu bahwa Tia sedang mengikuti mereka berdua.

Kenapa mereka terus memasuki kawasan hutan? Batin Tia dalam hati sambil mengomel. Hari kan sudah hampir gelap. Awas saja kalo teman orang gila itu berani menyentuh Melanie, akan aku bunuh! Tia terus membatin dalam hati.
Tia terus mengawasi pergerakan mereka, dilihatnya dari jarak agak jauh teman kecilnya itu menikmati percakapan dengan teman kencannya. Tia berjongkok disemak-semak supaya tidak ketahuan bahwa ia mengikuti Melanie dan Tao. Tia jadi merasa bersalah, karena mencurigai teman kecilnya, bahkan ia melihat ada senyum kegembiraan saat teman kecilnya itu berbicara dengan pria yang ada bersamanya.
Kaki Tia merasa kesemutan, karena jongkok terlalu lama untuk bersembunyi, Tia kemudian kembali mengintip orang yang ia ikuti.

“Mwo??!” Tia sepontan langsung berdiri dari tempat ia bersembunyi.


bersambung,,,

Sabtu, 28 Juni 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 13

Part 13

“Melanie-ah?” panggil Tia pada orang yang ada di depan pintu gerbang rumah.

“Tia.” Melanie kemudian memegang tangan Tia.

“Melanie, ada apa?” tanya Tia dengan sedikit cemas. “Kenapa pagi-pagi begini kau bisa sampai disini?”

“Aku harus berangkat pagi-pagi, supaya bisa tahu tentang keadaaanmu.” Ada raut wajah bahagia pada Melanie. “Bersyukur kau tidak apa-apa. Aku senang melihatmu.”

“Aku mendapat pesanmu, jadi aku tidak mampir ke rumah.”

“Maka dari itu aku kesini untuk menengokmu walaupun hanya sebentar.”

“Tia.” Panggil seseorang yang berada di belakang mereka. Tia pun menoleh dan mendapatkan Presdir sudah berdiri tak jauh dari mereka.

“Ayah.” Panggil Tia spontan. Mendengar hal itu Melanie langsung tahu bahwa beliau adalah orang yang merawat temannya.

“Anyeonghaseyo Presdir. Perkenalkan saya adalah Melanie.” Melanie menyapa Presdir.

“Jadi kau adalah Melanie?” tanya Presdir.

&&&&&

Melanie sudah duduk tenang di dalam mobil bersama dengan Tia juga Presdir. Mengetahui Melanie berkunjung, Presdir langsung mengajak Melanie untuk berlibur bersama. Melanie sempat menolak karena ia belum ada persiapan untuk berlibur, tapi Presdir tetap bersikeras mengajak Melanie. Dan meminta Tia untuk menemani Melanie membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk berlibur.
Setelah mendapatkan barang-barang yang kemungkinan dibutuhkan oleh Melanie. Merekapun kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat berlibur. Sekretaris Choi mengemudikan mobil dengan tenang dan focus. Perjalanan mereka menuju daerah pegunungan, dan merekapun sampai pada suatu rumah. Bisa disebut villa pribadi yang dimiliki oleh Presdir.

“Sepertinya tuan muda sudah sampai Presdir.” Sekretaris Choi melaporkan keberadaan putra dari Presdir.

“Apakah oppa juga ikut berlibur?!” tanya Tia spontan, setelah mendengar sekretaris Choi.

“Iya. Mereka sudah sampai disini sejak tadi malam.” Jawab Presdir dengan senyum yang mengembang.

Mereka? Kenapa Presdir menyebutkan, mereka. Siapa mereka? Batin Tia dalam hati. Tia masih terlihat binggung dengan jawaban Presdir, tapi Presdir sudah turun terlebih dahulu dari mobil.

“Tia, ada apa?” tanya Melanie yang ikut binggung melihat ekspresi Tia.

“Tuan muda dan teman-temannya juga diundang oleh Presdir untuk berlibur bersama.” Sekretaris Choi seperti mengetahui kebingungan yang dialami oleh Tia.

“Ou…jadi itu yang dimaksud Presdir??” Tia mengangguk-angguk sendiri.

“Ya nona.” Setelah menjawab Tia, sekretaris Choi juga ikut turun dari mobil, dan bergegas mengeluarkan barang-barang yang ada didalam bagasi. Tia dan Melanie juga segera turun dan membantu sekretaris Choi. Sekretaris Choi sudah berjalan terlebih dahulu di depan Tia dan Melanie.

“Melanie,,” panggil Tia.

“Ya.”

“Kau jangan dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu ya.” Tia memberitahu Melanie.

“Orang gila?” Melanie terlihat binggung dengan ucapan teman kecilnya itu.

“Anak dari Presdir itu sedikit punya masalah kejiwaan. Kemungkinan besar teman-temannya juga akan sama sepertinya.” Kata Tia sambil mereka berjalan menuju ke arah villa. “Jadi kau harus berhati-hati dengan mereka. Ok?!” Melanie pun hanya mengangguk mendengar ucapan Tia, tapi dengan raut wajah yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Tia.

&&&&&

“Nona, tolong ini ditaruh sana saja.” Kata sekretaris Choi yang dibantu oleh Melanie. Melanie kemudian menurut pada sekretaris Choi menuju tempat yang ditunjukkan oleh sekretaris Choi.

Mereka sedang mempersiapkan sesuatu malam ini, BBQ. Ssekretaris Choi, Tia juga Melanie mempersiapkan apa-apa saja yang akan mereka pakai untuk memanggang BBQ. Mereka terlihat bersemangat saat menyiapkan peralatan dan juga bahan.

Melanie dimitai tolong sekretaris Choi untuk mengambilkan sesuatu agak jauh dari tempat mereka. Melanie segera mengambilkannya untuk sekretaris Choi, tapi saat ia akan sampai tiba-tiba kaki Melanie tersandung dan akan jatuh. Sekretaris Choi yang mengetahui dari jauh juga ikut terkejut, ingin menolong tapi jarak mereka jauh.
Untung saja ada seseorang yang menangkap Melanie sehingga Melanie tidak jadi terjerembab jatuh. Melanie sangat beruntung ia tidak jadi jatuh, Melanie tetap cemas.

“Gwaenchana?” tanya orang yang menangkap Melanie.

“Ye. Gamsahamnida.” Ucap Melanie saat masih dalam posisi tubuhnya ditangkap oleh orang tersebut. Mereka berdua sudah pada posisi yang baik sekarang, Melanie berdiri dengan tegak dan sekali lagi Melanie ingin mengucapkan terima kasih.
“Gam..” ucapan Melanie terhenti ketika melihat orang itu. “O!”

“Melanie-si??”

&&&&&

Semua orang sudah berkumpul untuk BBQ bersama-sama, Presdir juga sudah ada disana. Semua tampak senang malam ini, sekretaris Choi memanggang daging sapi dibantu oleh Xiu Min. Untuk memecah keheningan malam, Lay memetik gitarnya, dan Melanie yang mengetahui alunan gitar Lay mendendangkan sebuah lagu. Tanpa sadar tubuh semua orang juga ikut bergoyang mengikuti irama dan alunan lagu yang dinyanyikan Melanie. Lagu yang dinyanyikan pun juga sangat pas dengan suasana mereka malam ini.

“Daging sudah matang!!!” teriak Xiu Min memberitahu bahwa daging BBQ sudah matang.

Tia dengan cepat dan sigap mengambil beberapa potong daging dan diberikan untuk Presdir.
“Ayah, ini untuk ayah… Apakah ayah mau mencoba dengan daun selada?”

“Boleh.” Jawab Presdir. Tia kemudian meracik BBQ untuk Presdir, membalut daging dengan daun selada dan beberapa potong bawang putih dan juga bumbu lain, bisa disebut galbi. Selain memanggang daging juga ada sosis dan bahan lain juga yang bisa dijadikan BBQ.

Disisi lain, Melanie yang juga sedang diperhatikan oleh seseorang.

“Melanie-si,,” panggil Tao, Melanie pun menoleh. “Ini untuk mu.” Tao memberikan racikan galbinya untuk Melanie, dan tidak tanggung-tanggung Tao menyuapkannya untuk Melanie. Tapi dengan halus Melanie mengambil galbi itu dan menyuapkan dengan tangannya sendiri.

“Gamsahamnida.” Ucap Melanie dengan mulut penuh galbi dan tersenyum. “Oppa, apakah oppa juga mau?”

“O. Tentu. Tapi aku mau kau yang meraciknya ya…” rayu Tao.

“Tenang aku akan buatkan untuk oppa.”

&&&&&

“Yah! Melanie!” panggil Tia sesampainya mereka di kamar.

“Wae-yo?”

“Kenapa kau tidak mendengarkanku, hah?!” Tia kesal.

“Hah?” tanya Melanie dengan raut wajah mengantuk.

“Aku bilang kau jangan dekat-dekat dengan teman dari orang gila itu. Tapi kenapa kau tadi dengan penuh mesra, main suap-suapan hah?! Dengan siapa itu…” Tia coba mengingat-ingat.

“Tao oppa?” sahut Melanie.

“Ya, betul. Dengan dia.”

“Tia…aku kan hanya mengucapkan terima kasih karena tadi Tao oppa menolongku.” Melanie menjelaskan

“Benar???” pandangan Tia menyelidik.

“Ya sudah ah…aku mengantuk.” Melanie sudah diranjang dengan posisi tidur.

&&&&&

Tia masih ada di alam mimpi pagi ini. Tia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang terkena sinar dari balik jendela. Tia mencoba mencari handphonenya yang ia letakkan dimeja dekat ranjangnya.
Jam tujuh. Ucap dalam hatinya setelah melihat jam yang ada dihandphonenya. Tia baru menyadari bahwa teman yang tidur satu kamar dengannya sudah tidak ada disisinya.

“Melanie-ah… Melanie-ah….” Tia memanggil-manggil Melanie. Mau tak mau Tia akhirnya bangun juga dari tempat tidurnya dan beranjak turun ke lantai bawah, setelah merapikan dirinya.

Kemana orang-orang ya? Batin Tia dalam hati saat melihat ruang tengah sepi tak ada satu orang pun. Tia menuju dapur dan mencari sesuatu yang bisa dimakannya pagi ini.

“Kenapa perutku lapar? Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.


“Aaaa!!” teriak Tia tiba-tiba.

bersambung,,,

(ori) THIEF OF LOVE part 12

Part 12

“Gomawo..” Kris menoleh ke arah Tia, Tia tersenyum pada Kris. “Jujur saja, ini adalah tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran.” Ucap Tia sambil melihat ke sungai.

“Kau bisa berpikir?” tanya Kris, membuat Tia menghela nafas, sebal. “Aku kira kepalamu tidak ada isinya.”

“Aku tidak seperti dirimu.” Tia menoleh pada Kris dengan mimic muka meremehkan.

“Maksudmu?”

“Bukannya kepalamu itu yang tidak ada isinya, hah?!” Tia kesal. “Baru saja diberi ucapan terima kasih sudah membuat orang kesal.” Tia mengomel.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Kris dengan nada yang serius sambil melihat ke sungai.

“Banyak.” Tia menghela nafas. “Akan sangat panjang jika diceritakan.”

“Boleh aku bertanya?”

“Mwo?”

“Kenapa kau mencuri?”

“Aku? Mencuri?”

“Ya.”

“Aku….” Tia berhenti sejenak. “Karena aku harus menghidupi orang lain.”

“Dengan mencuri?”

“Sebenarnya, aku hanya mencuri dari orang asing.”

“Orang asing?” alis Kris bertaut.

“Ya. Orang asing.” Tia mengangguk. “Aku hapal dengan pengunjung yang ada di pusat perbelanjaan itu. Jadi jika ada orang asing datang berkunjung, aku bisa tahu.”

“Jadi kau menganggapku orang asing?” tanya Kris, Tia dengan satu anggukan mantab menjawab Kris.

“Dengan wajah tidak pernah tersenyum seperti itu, pasti akan sangat menyenangkan jika melihatnya panic.” Ejek Tia.

“Wajahku ini cool dan menawan.” Kris menyombongkan diri.

“Bangganya…ckckckck.” Cibir Tia.

“Sebenarnya siapa yang kau hidupi?” tanya Kris ingin tahu.

“Hmm….aku punya banyak adik, jadi aku harus merawat mereka.”

“Dimana orang tuamu?”

Ada. Aku membantu mereka.” Kris memperhatikan ekspresi wajah Tia. “O! Kenapa oppa kemari? Apa ada yang oppa pikirkan?”

“Sama sepertimu, ada yang sedang aku pikirkan.”

“Aku pikir, orang sepertimu tidak pernah punya masalah, sehingga tidak pernah berpikir.” Lagi-lagi Tia mencibir.

“Kau kira aku bukan orang normal, hah?!”

“Kau yang bilang sendiri. Hehehe. Trus apa yang sedang oppa pikirkan?”

“Aku tidak akan memberitahu mu.” Jawab Kris.

Menyebalkan. Batin Tia.

&&&&&

“Aku heran, tadi aku yakin melihatnya.” Soa masih merasa penasaran.

“Mungkin hanya orang yang mirip.” Chan Sung membelokkan mobilnya.

“Ani. Aku sangat yakin itu dia. Tapi kenapa dia bisa datang ke pesta?”

“Mungkin noona merindukannya.” Jawab Chan Sung dengan pandangan masih lurus ke depan.

“Kau pikir aku berhalusinasi, hah?!”  Soa jadi sedikit sebal. “Dasar kau.”

“Aku yakin suatu hari akan menemukannya noona. Kita harus sedikit bersabar saja.” Raut muka Chan Sung serius.

&&&&&

“Aku ingin berlibur, sekretaris Choi.” Presdir memberitahu sekretaris Choi.

“Anda ingin berlibur kemana Presdir?” menuangkan teh kedalam cangkir minuman Presdir.

“Aku hanya ingin bersantai dan menghirup udara segar.” Ucap Presdir sambil bersandar dikursinya. Sekretaris Choi yang duduk disebelah tersenyum.

&&&&&

“Jinja-yo?!!” Tia melotot tak percaya. Presdir mengangguk menjawab Tia. “Jinja?!” ulang Tia lagi.

“Apakah aku Nampak berbohong?” ganti Presdir yang bertanya.

“Bukan begitu ayah…hehehe” Tia tertawa. “Karena aku sudah lama tidak berlibur. Makanya aku senang ayah mengajakku untuk berlibur.”

“Apakah kau begitu senang sehingga kau menanyakannya berulang-ulang?”

“Ya! Aku sang….ngat….senang….Hihihi.”

“Kau benar-benar, mirip putriku.” Presdir menepuk pundak Tia sambil tersenyum.

“Aku memang putri ayah kan?” dengan bangga Tia berucap.

&&&&&

“Benarkah?!” tanya Xiu Min dengan heran setelah meneguk minumannya.

“Ya.” Jawab Kris tanpa ekspresi.

“Ah….kau bercanda.” Xiu Min tak percaya.

“Apa aku terlihat bercanda? Hah?”

“Aku ikut.” Sahut Tao. Kris mengangguk-angguk dan mengacungkan jempolnya ke arah Tao, kemudian Tao mengedipkan sebelah matanya.

“Aku juga akan ikut.” Lay ikut bersuara. “Aku akan rileks.”

“Xiu Min, bagaimana denganmu?”

“Aku?” ketiga temannya memandang menunggu jawaban Xiu Min. “Aku…aku… Ya, aku akan ikut kalian saja.” Sepertinya Xiu Min menyerah.

“Hyung, kau tulus bukan?” tanya Tao.

“Ya…” jawab Xiu Min lirih.

“Jika kau terpaksa kau tidak perlu ikut.” Kris memberitahu.

“Aku diundang kenapa aku tidak ikut?” jawab Xiu Min.

“Tapi kenapa raut wajahmu seperti itu?” Lay ikut menimpali.

“Biasa saja.” Xiu Min tersenyum didepan ketiga temannya.

&&&&&

Terlihat sekretaris Choi memasukkan beberapa tas ke dalam bagasi mobil, dibantu oleh Tia. Hari dimana Tia menantikannya sudah tiba, mereka akan berlibur. Terlihat pengurus Jang juga ikut membantu memasukan barang-barang yang akan dibawa.

“Sepertinya sudah tidak ada yang tertinggal nona.” Ucap sekretaris Choi setelah mengecek barang-barang yang sudah masuk.

“Kalau begitu kita siap berangkat!” Tia mengangkat tangan kanannya ke udara. “Aku akan memanggil Presdir, bahwa kita sudah selesai.”

Baik nona.”

Tia kemudian berjalan masuk ke dalam rumah untuk memanggil Presdir. Akhirnya semua sudah siap, Presdir dengan raut wajah yang gembira masuk ke dalam mobil. Tia juga akan menyusul Presdir dan sekretaris Choi yang sudah berada di dalam mobil.
Tetapi Tia melihat sosok yang ia kenal berada di luar pintu gerbang rumah, Tia mecoba mengecek apakah benar yang ia lihat. Tia berjalan perlahan menghampiri orang tersebut. Betapa terkejutnya bahwa orang yang dilihatnya itu adalah benar-benar orang yang Tia kenal.

“Melanie-ah?” panggil Tia.

“Tia.” Melanie kemudian memegang tangan Tia.

“Melanie, ada apa?” tanya Tia dengan sedikit cemas.


bersambung,,,