2
“Ya baiklah kalo
begitu, kita akan bertemu lusa. Aku tahu kau rindu padaku, baiklah araseo
araseo. Sampai jumpa.” Nenek menutup teleponnya.
“Noogooseyo?”
Tanya Yoo jung sambil mempersiapkan sarapan.
“Teman lama
nenek, dia ingin bertemu dan menagih janji pada nenek.” Nenek tersenyum
bahagia.
“Apakah teman
akrab?”
“Lebih dari
itu…kita seperti saudara…” senyumnya bertambah lebar saat menceritakan
kedekatan dengan teman akrabnya.
~ ~ ~ ~ ~
“Chani-ya,
boosoonindae?” Tanya Yoo jung yang saat itu sudah berada diluar gedung kantor bersama
seorang pria. Perawakan pria itu kurus tinggi dan kulitnya putih, wajahnya pun
tampan.
“Jagiya, mianhae,,”
tiba-tiba memeluk Yoo jung, “Bolehkah aku meminta tolong padamu?” yang dipeluk
hanya mengangguk-angguk saja. “Aku ingin kau meminjamiku uang 500.000 won.”
Ucapnya setelah melepas pelukannya.
“Ye?!”
“Jagiya…jebal..aku
benar-benar membutuhkannya..” pria itu menggenggam tangan Yoo jung dengan penuh
memohon. Yoo jung ragu, karena uang itu begitu besar untuknya.
“Chani-ya, bukan
aku bermaksud…”
“Apakah kau ragu
padaku?” potong pria yang bernama Chani itu sebelum Yoo jung selesai bicara.
“Chani,,,tapi
maaf, uang yang kau pinjam 100.000won kemarin…”
“Yoo jung-ah,
apa kau tidak yakin padaku?” pria itu terlihat frustasi dengan jawaban Yoo
jung.
Tak berapa lama
karena pria itu terus menyakinkan Yoo jung akhirnya dia mendapat apa yang ia
inginkan. Dan tersenyum lebar saat Yoo jung menyerahkan uang 300.000won
padanya. Pria itu berjanji akan segera mengembalikannya, dan tak lupa untuk
memeluk Yoo jung lagi.
“Yoo jung-ah,
gomayo, muach…” Cani memberikan kiss bye dengan genit.
Yoo jung kembali
ke tempat kerja, dan langsung dihadang oleh Do Yeon yang ingin tahu kemana
perginya Yoo jung. Yoo jung menceritakan bahwa ia bertemu dengan Chani dan
menolongnya dengan meminjami uang 300.000won.
“Mwo?! Wae?!
Kenapa kau meminjaminya hah?!” Do Yeon melotot tak percaya. “Yoo jung-ah…apakah
kau masih punya perasaan padanya?” mata Do Yeon mulai menyipit dan menyelidik.
“Mwolayo. Aku
hanya kasihan padanya.”
“Sepertinya kau
tidak kasihan, tapi kau masih peduli padanya.”
“Do Yeon-ah,
kenapa kau tidak suka dengan Chani, hah?”
“Dia itu pria
tengik.” Jawab Do Yeon sambil mendekatkan mukanya ke muka Yoo jung, kemudian
pergi.
“Yah! Do
yeon-ah, kau belum mengenalnya.” Yoo jung membela Chani, Do yeon hanya
melambaikan tangannya keatas tanpa menoleh kearah Yoo jung.
~ ~ ~ ~ ~
Yoo jung membeli
sesuatu di mini market sebelum ia pulang. Ia melihat penjaga kasir sedang menolak
pelanggan, Yoo jung mendekat ingin tahu. Ternyata pelanggan tersebut lupa
membawa dompet dan pejaga kasir pun juga tak berani memberikan barang yang
ingin dibeli oleh pelanggan. Akhirnya Yoo jung menolong pelanggan tersebut
dengan membayari belanjaannya.
“Permisi,
bagaimana cara anda pulang?” Yoo jung mengantar pelanggan yang dibantunya di
mini market tadi sampai di pinggir jalan.
“Aku akan jalan
kaki saja.”
“Mwo?!” Yoo jung
terkejut. “Dimana alamat anda? Aku akan memesankan taxi dan membayarkannya
untuk anda?” Yoo jung peduli.
“Gwaenchana. Aku
tidak mau berhutang lagi padamu nak…” ucap pelanggan itu menenangkan.
“Anda sepertinya
sakit? Tidak seharusnya anda berjalan kaki.”
“Apakah kau
bekerja di Gaeri Coorporation?”
“Kenapa anda
bisa tahu?” Yoo jung terheran.
“Nametag-mu
masih kau pakai.” Pelanggan itu tertawa.
Akhirnya karena
paksaan Yoo jung, pelanggan itupun dipanggilkan taxi dan membayarinya sampai
tujuan.
“Aku akan
membalas kebaikanmu nantinya.” Ucapnya sebelum berpisah dengan Yoo jung.
~ ~ ~ ~ ~
Ki Hyun menunggu
neneknya tiba di rumah dengan cemas, tak berapa lama nenek datang.
“Halmeoni,
darimana saja?” bertanya penuh rasa kawatir.
“Tidak perlu
cemas, aku hanya perlu berjalan-jalan sebentar. Aku tidak tahan dengan bau
rumah sakit.” Berjalan melewati Ki hyun.
“Halmeoni, apa
yang anda bawa itu?” melihat bungkusan plastic yang dibawa nenek.
“Aku perlu
shopping…” ucapnya dengan nada centil. “Ki hyun-ah, dimana adikmu?”
“Chang kyun? Dia
mencari nenek di sekitar rumah sakit.”
“Adikmu babo.
Sudahlah…” mengibas-ngibaskan tangannya
tanda tak peduli. “Terserah. Dan kau Ki hyun-ah, beritahu adikmu untuk segera
pulang. Aku lelah dan ingin beristirahat.”
“Ye. Halmeoni.”
~ ~ ~ ~ ~
“Yoo jung-ah,
apa yang kau lakukan nanti malam?” Tanya Do yeon waktu mereka berada di ruang
loker.
“Emmm….nanti
malam,,,” Yoo jung mencoba mengingat. “Eo! Nanti aku akan menemani nenek untuk
bertemu dengan teman lamanya.”
“Reuni?”
“Aku tidak tahu
pasti, mungkin saja. Dan kau bisa bayangkan kumpulan orang-orang yang sudah
berumur membicarakan masa kecil mereka? Pasti sangat seru.. aku juga sudah lama
tidak membawa nenek jalan-jalan.”
“Yah! Kalian
masih asyik mengobrol disini.” Chung ha datang.
“Chung ha
sunbae, wae-yo?”
“Kenapa kalian
tidak bergegas?”
“Chung ha
sunbae, liatlah jam, menunjukan waktu
jam kerja kita masih lima belas menit lagi.” Do Yeon menunjuk kearah jam
dinding.
“Bukankah lebih
cepat lebih baik?” Chung ha tersenyum malu. “Yah, nanti malam kita keluar,
bagaimana?”
“Yoo jung tidak
bisa ikut bersama dengan kita. Karena Yoo jung harus menemani neneknya
reunion.” Do yeon menjelaskan, Chung ha mendengus kecewa.
“Mian…” ucap Yoo
jung pelan.
~ ~ ~ ~ ~
Nenek Yoo jung
sudah rapi berdandan begitupun Yoo jung. Nenek meminta Yoo jung berdandan
sesopan dan secantik mungkin, karena nenek ingin memperkenalkannya pada teman
karibnya. Bahkan Yoo jung berfikir, apakah neneknya akan memperkenalkannya pada
teman karibnya. Dalam bayangan Yoo jung teman karib neneknya adalah seorang
pria yang seumuran dengan neneknya. Tapi tidak mungkin nenek setega itu
padanya, pada cucu kesayangannya. Pikiran itu ditepis oleh Yoo jung, karena itu
bukan sifat dari nenek.
Yoo jung dan nenek
naik transportasi umum karena biaya lebih irit, untuk menuju tempat pertemuan. Mereka
turun dihalte terdekat dari tempat pertemuan kemudian berjalan kesebuah
restoran. Restoran itu sederhana dan saat masuk ke dalam pun kebanyakan
pelanggan yang berkunjung seusia dengan nenek. Yoo jung berfikir mungkin ini
tempat favorit neneknya waktu muda. Karena neneknya asli orang kota setelah
menikah dengan kakek, nenek hidup di desa.
Nenek
melayangkan pandangannya mencari sosok yang ia cari, tepat disudut restoran ia
menemukannya. Nenek dan Yoo jung mulai menuju sudut restoran, orang yang
menunggu berdiri menyambut mereka. Nenek dan teman karibnya berpelukan untuk
melepaskan rindu. Yoo jung menghela nafas lega karena fikirannya itu tidak
benar, teman nenek adalah seorang wanita yang usianya juga tidak jauh dari
nenek Yoo jung. Yoo jung membungkuk memberi salam pada teman nenek.
“Eo, bukankah
kau…?” teman nenek terkejut mengenali Yoo jung. Yoo jung pun juga ikut
mengingat.
“Eo…
anyeonghaseyo.” Yoo jung kembali membungkuk setelah mengingat.
“Eonni. Ini
adalah cucumu?”
“Ye. Ini cucu
kesayanganku.” Bangga memperkenalkan.
“Dia sangat baik
hati.”
“Tentu saja.
Tapi darimana penilaianmu?”
Ternyata teman
nenek Yoo jung adalah pelanggan yang dibantu oleh Yoo jung di mini market.
Teman nenek, Min ji, karena Yoo jung mendengar nenek memanggilnya nama. Nyonya
Min ji menceritakan pertemuannya dengan Yoo jung secara tidak sengaja dan Yoo
jung membantunya untuk membeli barang yang ia butuhkan.
Mereka bercerita
dengan asyik, sambil menunggu pesanan datang. Benar yang difikirkan Yoo jung,
bahwa tempat itu adalah tempat favorit mereka bertemu waktu muda.
“Dan aku ingin
berbicara serius sekarang.” Ucap Nyonya Min ji. “Apakah eonni lupa dengan janji
yang dulu kita buat?”
“Aniya. Tentu
saja aku ingat janji itu.”
“Aku tidak
pernah menganggap janji yang kita buat dulu adalah suatu hal untuk
bermain-main.” Nyoya Min ji mengucapkan dengan tegas. “Aku ingin kita
mewujudkannya sekarang, karena aku merasa aku sudah tua, dan aku takut aku
tidak bisa menikmati waktu yang indah.” Nyonya Minji sangat mengharapkan
sesuatu. “Tapi, kita harus sebentar menunggu, karena anak nakal itu belum
datang juga.”
Anak nakal? Apa maksudnya? Kenapa harus ada
anak nakal dalam pembicaraan nenek dan nyonya Min ji? Yoo jung
bertanya-tanya dalam hati.
“Anyeonghaseyo.
Jwisonghamnida…saya terlambat.” Suara seseorang yang sudah ditunggu. Membuat
ketiga wanita itu menoleh ke arah datangnya suara. Nyonya Min ji tersenyum,
nenek Yoo jung membungkuk membalas ucapan salamnya. Mata Yoo jung membulat
terkejut dan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar