Selasa, 05 Juli 2016

(ori) BE MY WIFE part 2

2

“Ya baiklah kalo begitu, kita akan bertemu lusa. Aku tahu kau rindu padaku, baiklah araseo araseo. Sampai jumpa.” Nenek menutup teleponnya.

“Noogooseyo?” Tanya Yoo jung sambil mempersiapkan sarapan.

“Teman lama nenek, dia ingin bertemu dan menagih janji pada nenek.” Nenek tersenyum bahagia.

“Apakah teman akrab?”

“Lebih dari itu…kita seperti saudara…” senyumnya bertambah lebar saat menceritakan kedekatan dengan teman akrabnya.

~ ~ ~ ~ ~

“Chani-ya, boosoonindae?” Tanya Yoo jung yang saat itu sudah berada diluar gedung kantor bersama seorang pria. Perawakan pria itu kurus tinggi dan kulitnya putih, wajahnya pun tampan.

“Jagiya, mianhae,,” tiba-tiba memeluk Yoo jung, “Bolehkah aku meminta tolong padamu?” yang dipeluk hanya mengangguk-angguk saja. “Aku ingin kau meminjamiku uang 500.000 won.” Ucapnya setelah melepas pelukannya.

“Ye?!”

“Jagiya…jebal..aku benar-benar membutuhkannya..” pria itu menggenggam tangan Yoo jung dengan penuh memohon. Yoo jung ragu, karena uang itu begitu besar untuknya.

“Chani-ya, bukan aku bermaksud…”

“Apakah kau ragu padaku?” potong pria yang bernama Chani itu sebelum Yoo jung selesai bicara.

“Chani,,,tapi maaf, uang yang kau pinjam 100.000won kemarin…”

“Yoo jung-ah, apa kau tidak yakin padaku?” pria itu terlihat frustasi dengan jawaban Yoo jung.
Tak berapa lama karena pria itu terus menyakinkan Yoo jung akhirnya dia mendapat apa yang ia inginkan. Dan tersenyum lebar saat Yoo jung menyerahkan uang 300.000won padanya. Pria itu berjanji akan segera mengembalikannya, dan tak lupa untuk memeluk Yoo jung lagi.
“Yoo jung-ah, gomayo, muach…” Cani memberikan kiss bye dengan genit.

Yoo jung kembali ke tempat kerja, dan langsung dihadang oleh Do Yeon yang ingin tahu kemana perginya Yoo jung. Yoo jung menceritakan bahwa ia bertemu dengan Chani dan menolongnya dengan meminjami uang 300.000won.

“Mwo?! Wae?! Kenapa kau meminjaminya hah?!” Do Yeon melotot tak percaya. “Yoo jung-ah…apakah kau masih punya perasaan padanya?” mata Do Yeon mulai menyipit dan menyelidik.

“Mwolayo. Aku hanya kasihan padanya.”

“Sepertinya kau tidak kasihan, tapi kau masih peduli padanya.”

“Do Yeon-ah, kenapa kau tidak suka dengan Chani, hah?”

“Dia itu pria tengik.” Jawab Do Yeon sambil mendekatkan mukanya ke muka Yoo jung, kemudian pergi.

“Yah! Do yeon-ah, kau belum mengenalnya.” Yoo jung membela Chani, Do yeon hanya melambaikan tangannya keatas tanpa menoleh kearah Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung membeli sesuatu di mini market sebelum ia pulang. Ia melihat penjaga kasir sedang menolak pelanggan, Yoo jung mendekat ingin tahu. Ternyata pelanggan tersebut lupa membawa dompet dan pejaga kasir pun juga tak berani memberikan barang yang ingin dibeli oleh pelanggan. Akhirnya Yoo jung menolong pelanggan tersebut dengan membayari belanjaannya.

“Permisi, bagaimana cara anda pulang?” Yoo jung mengantar pelanggan yang dibantunya di mini market tadi sampai di pinggir jalan.

“Aku akan jalan kaki saja.”

“Mwo?!” Yoo jung terkejut. “Dimana alamat anda? Aku akan memesankan taxi dan membayarkannya untuk anda?” Yoo jung peduli.

“Gwaenchana. Aku tidak mau berhutang lagi padamu nak…” ucap pelanggan itu menenangkan.

“Anda sepertinya sakit? Tidak seharusnya anda berjalan kaki.”

“Apakah kau bekerja di Gaeri Coorporation?”

“Kenapa anda bisa tahu?” Yoo jung terheran.

“Nametag-mu masih kau pakai.” Pelanggan itu tertawa.

Akhirnya karena paksaan Yoo jung, pelanggan itupun dipanggilkan taxi dan membayarinya sampai tujuan.

“Aku akan membalas kebaikanmu nantinya.” Ucapnya sebelum berpisah dengan Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Ki Hyun menunggu neneknya tiba di rumah dengan cemas, tak berapa lama nenek datang.

“Halmeoni, darimana saja?” bertanya penuh rasa kawatir.

“Tidak perlu cemas, aku hanya perlu berjalan-jalan sebentar. Aku tidak tahan dengan bau rumah sakit.” Berjalan melewati Ki hyun.

“Halmeoni, apa yang anda bawa itu?” melihat bungkusan plastic yang dibawa nenek.

“Aku perlu shopping…” ucapnya dengan nada centil. “Ki hyun-ah, dimana adikmu?”

“Chang kyun? Dia mencari nenek di sekitar rumah sakit.”

“Adikmu babo. Sudahlah…”  mengibas-ngibaskan tangannya tanda tak peduli. “Terserah. Dan kau Ki hyun-ah, beritahu adikmu untuk segera pulang. Aku lelah dan ingin beristirahat.”

“Ye. Halmeoni.”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo jung-ah, apa yang kau lakukan nanti malam?” Tanya Do yeon waktu mereka berada di ruang loker.

“Emmm….nanti malam,,,” Yoo jung mencoba mengingat. “Eo! Nanti aku akan menemani nenek untuk bertemu dengan teman lamanya.”

“Reuni?”

“Aku tidak tahu pasti, mungkin saja. Dan kau bisa bayangkan kumpulan orang-orang yang sudah berumur membicarakan masa kecil mereka? Pasti sangat seru.. aku juga sudah lama tidak membawa nenek jalan-jalan.”

“Yah! Kalian masih asyik mengobrol disini.” Chung ha datang.

“Chung ha sunbae, wae-yo?”

“Kenapa kalian tidak bergegas?”

“Chung ha sunbae, liatlah jam,  menunjukan waktu jam kerja kita masih lima belas menit lagi.” Do Yeon menunjuk kearah jam dinding.

“Bukankah lebih cepat lebih baik?” Chung ha tersenyum malu. “Yah, nanti malam kita keluar, bagaimana?”

“Yoo jung tidak bisa ikut bersama dengan kita. Karena Yoo jung harus menemani neneknya reunion.” Do yeon menjelaskan, Chung ha mendengus kecewa.

“Mian…” ucap Yoo jung pelan.

~ ~ ~ ~ ~

Nenek Yoo jung sudah rapi berdandan begitupun Yoo jung. Nenek meminta Yoo jung berdandan sesopan dan secantik mungkin, karena nenek ingin memperkenalkannya pada teman karibnya. Bahkan Yoo jung berfikir, apakah neneknya akan memperkenalkannya pada teman karibnya. Dalam bayangan Yoo jung teman karib neneknya adalah seorang pria yang seumuran dengan neneknya. Tapi tidak mungkin nenek setega itu padanya, pada cucu kesayangannya. Pikiran itu ditepis oleh Yoo jung, karena itu bukan sifat dari nenek.
Yoo jung dan nenek naik transportasi umum karena biaya lebih irit, untuk menuju tempat pertemuan. Mereka turun dihalte terdekat dari tempat pertemuan kemudian berjalan kesebuah restoran. Restoran itu sederhana dan saat masuk ke dalam pun kebanyakan pelanggan yang berkunjung seusia dengan nenek. Yoo jung berfikir mungkin ini tempat favorit neneknya waktu muda. Karena neneknya asli orang kota setelah menikah dengan kakek, nenek hidup di desa.
Nenek melayangkan pandangannya mencari sosok yang ia cari, tepat disudut restoran ia menemukannya. Nenek dan Yoo jung mulai menuju sudut restoran, orang yang menunggu berdiri menyambut mereka. Nenek dan teman karibnya berpelukan untuk melepaskan rindu. Yoo jung menghela nafas lega karena fikirannya itu tidak benar, teman nenek adalah seorang wanita yang usianya juga tidak jauh dari nenek Yoo jung. Yoo jung membungkuk memberi salam pada teman nenek.

“Eo, bukankah kau…?” teman nenek terkejut mengenali Yoo jung. Yoo jung pun juga ikut mengingat.

“Eo… anyeonghaseyo.” Yoo jung kembali membungkuk setelah mengingat.

“Eonni. Ini adalah cucumu?”

“Ye. Ini cucu kesayanganku.” Bangga memperkenalkan.

“Dia sangat baik hati.”

“Tentu saja. Tapi darimana penilaianmu?”

Ternyata teman nenek Yoo jung adalah pelanggan yang dibantu oleh Yoo jung di mini market. Teman nenek, Min ji, karena Yoo jung mendengar nenek memanggilnya nama. Nyonya Min ji menceritakan pertemuannya dengan Yoo jung secara tidak sengaja dan Yoo jung membantunya untuk membeli barang yang ia butuhkan.
Mereka bercerita dengan asyik, sambil menunggu pesanan datang. Benar yang difikirkan Yoo jung, bahwa tempat itu adalah tempat favorit mereka bertemu waktu muda.

“Dan aku ingin berbicara serius sekarang.” Ucap Nyonya Min ji. “Apakah eonni lupa dengan janji yang dulu kita buat?”

“Aniya. Tentu saja aku ingat janji itu.”

“Aku tidak pernah menganggap janji yang kita buat dulu adalah suatu hal untuk bermain-main.” Nyoya Min ji mengucapkan dengan tegas. “Aku ingin kita mewujudkannya sekarang, karena aku merasa aku sudah tua, dan aku takut aku tidak bisa menikmati waktu yang indah.” Nyonya Minji sangat mengharapkan sesuatu. “Tapi, kita harus sebentar menunggu, karena anak nakal itu belum datang juga.”

Anak nakal? Apa maksudnya? Kenapa harus ada anak nakal dalam pembicaraan nenek dan nyonya Min ji? Yoo jung bertanya-tanya dalam hati.

“Anyeonghaseyo. Jwisonghamnida…saya terlambat.” Suara seseorang yang sudah ditunggu. Membuat ketiga wanita itu menoleh ke arah datangnya suara. Nyonya Min ji tersenyum, nenek Yoo jung membungkuk membalas ucapan salamnya. Mata Yoo jung membulat terkejut dan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak.


bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar