Jumat, 29 Juli 2016

(ori) BE MY WIFE part 3





3.

Keadaan berubah 180 derajat, mulai mencekam bagi Yoo jung. Ia ingin itu hanyalah mimpi dan ia bangun dengan keadaan yang lebih normal. Seseorang yang ditunggu sudah datang dan sudah duduk bersama-sama dengan mereka. Nyonya Min ji meminta nenek untuk mengeluarkan benda yang sudah mereka simpan masing-masing. Kotak yang sama persis dengan isi yang berbeda ukuran. Itu adalah…cincin. Milik nyonya Min ji ukurannya lebih kecil dari milik nenek.

“Perjanjian yang kami buat.” Nyonya Min ji mulai angkat bicara. “Pernikahan.”

Yoo jung merasa mendengar gemuruh yang dahsyat saat nyonya Min ji menyebutkan kata “Pernikahan.”. Siapa yang akan menikah? Batin Yoo jung. Ia memandang orang yang ada di depannya, yang hanya diam saja bahkan matanya tertunduk. Tidak peduli, kata itu yang tersirat diwajah orang yang dipandang Yoo jung.
Kedua wanita baya itu meminta agar cucu mereka menikah. Nyonya Min ji menyuruh cucunya untuk memberikan kotak yang berisi cincin itu pada Yoo jung begitu pula sebaliknya. Didepan nenek mereka, kedua cucu itu memakai cincin. Yoo jung sempat menoleh pada nenek, ragu untuk melakukan hal itu. Tapi wajah nenek begitu gembira, setelah cucu nyonya Min ji dengan mantab memasangkan cincin yang disodorkan Yoo jung.
Pertemuan antara kedua teman karib dan cucu mereka berlangsung membahagiakan, khususnya untuk kedua nenek. Yoo jung dan nenek diantar pulang oleh Nyonya Min ji dan cucunya.

“Chang kyun-ah…” nyonya Min ji memanggil cucunya. Nah, orang tersebut yang membuat Yoo jung sedikit gemetar takut. Yoo jung merasa terintimidasi berada bersama-sama dengannya. Bagaimana tidak, ternyata teman neneknya adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Dan Yoo jung hanya pegawai yang tarafnya biasa-biasa saja, bagaimana tidak biasa, karena dia hanyalah tukang bersih-bersih.
Chang kyun, cucu nyonya Min ji yang memegang kemudi, Yoo jung duduk disampingnya, neneknya dan nyonya Min ji duduk dibelakang. Dalam perjalanan pulang mengantar Yoo jung dan nenek, Yoo jung sama sekali tak bergerak, bahkan ia takut untuk menelan ludah. Berbeda dengan nenek-nenek yang ada dikursi belakang masih saja mengenang masa lalu mereka serta bahagia karena cucu mereka sama sekali tidak melakukan perlawanan.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti setelah beberapa saat Yoo jung memberitahu arah dengan terbata-bata karena tenggorokannya kering. Driver segera keluar untuk membukakan pintu, pertama ia membukakan pintu untuk Yoo jung kemudian untuk nenek. Yoo jung dan nenek mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Sampai di rumah Yoo jung tidak mengucapkan apa-apa pada neneknya, ia langsung masuk ke kamar. Yoo jung disanapun tidak bisa tidur, matanya seakan tak mau terpejam, ia memandangi cincin yang ada ditangan kirinya.

“Halmeoni…” panggilnya didepan pintu kamar nenek, tak berapa lama nenek keluar. Mereka sudah duduk bersama-sama, seakan tahu, nenek juga tidak tidur dan menunggu cucunya bertanya.

“Mianhae Yoo jung. Pasti tadi sangat mengejutkanmu?”

“Nek, aku berharap nenek bilang itu hanya mimpi.” Yoo jung lelah. Nenek kemudian menceritakan kisahnya pada Yoo jung, pertemanannya dengan Nyonya Min ji. Sampai dimana mereka membuat perjanjian untuk menikahkan anak-anak mereka. Tapi hal tersebut tidak bisa terlaksana karena, anak-anak mereka laki-laki. Dan takdir membuat Nyonya Min ji lebih merana karena anak laki-laki semata wayang sakit kemudian meninggal. Suaminya pengusaha dan nyonya Min ji berjuang untuk bertahan, yang nenek tahu bahwa teman karibnya itu mengapdosi dua anak laki-laki, yang sekarang menjadi cucu nyonya Minji.
Nenek juga bercerita bahwa beberapa minggu yang lalu nenek mengunjungi Nyonya Min ji di rumah sakit. Yoo jung terkejut karena nenek tidak memberitahu Yoo jung, ia kawatir kalau-kalau nenek terjadi sesuatu. Nyonya Min ji ingin tetap menjadi keluarga dengan nenek Yoo jung melalui pernikahan, itu adalah keinginan Nyonya Min ji. Teman nenek yakin bahwa keturunan dari nenek Yoo jung akan mempunyai sifat seperti neneknya.

“Nenek sangat berharap, kau bisa mengabulkan keinginan nenek.”

“Sebenarnya aku ingin marah padamu nek…” kata Yoo jung dengan nada sedih.

“Yoo jung-ah…cucuku…aku percaya kau akan bahagia.” Kemudian Yoo jung mendekat pada nenek dan memeluknya.

Aku bukan siapa-siapa…aku hanya manusia kecil…aku tidak ingin berharap terlalu banyak..Aku juga ingin membahagiakanmu…nenek.

~ ~ ~ ~ ~

“Apa kau menyesal dengan keputusanmu?” Tanya Nyonya Minji pada cucunya diruang kerja pribadinya.

“Aku tidak mengucapkan apa-apa.”

“Kau memang tidak mengucapkannya, tapi raut wajahmu mengucapkannya.” Sorot mata kesal pada cucunya “Ini adalah konsekuensi, jika kau ingin meraih segalanya. Dan selama aku masih hidup, kendali masih ada ditanganku. Apa kau sanggup bertahan?”

“Nenek akan melihat semuanya.” Chang kyun berbalik dan akan beranjak pergi.

“Aku tidak suka dengan wanita itu.” Langkah Chang kyun terhenti mendengar ucapan nenek. “Dia tidak serasi denganmu, untunglah dia menolak lamaranmu.”

“Apakah nenek berbuat sesuatu padanya?” Chang kyun berbalik dan bertanya dengan gusar.

“Aku bukan orang yang seperti itu. Jika aku mau, aku sudah menyingkirkannya sejak dulu. Nenekmu pernah muda, untuk apa berbuat seperti itu. Karena dia menolakmu, maka aku memberanikan diri untuk memberikan warisan ini padamu.”

“Dan jika dia menerima lamaranku?”

“Hehehehe.” Senyum nenek seakan mengejek. “Aku tidak yakin dia akan merubah jawabannya. Dan jika itu terjadi, aku akan merubah pilihanku juga. Chang kyun-ah, aku nenek yang membesarkanmu, aku tahu kau sejak aku memilihmu.”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo jung-ah…” Do yeon memanggil Yoo jung “Yoo  jung-ah….Yoo jung….” Menggoyang-goyangkan telapak tangan didepan wajah Yoo jung. “Yah! Choi Yoo jung!” bentak Do yeon kesal, Yoo jung tersentak kaget.

“Do yeon-ah….aku belum mau masuk rumah sakit, dan aku tidak tahu apakah ada pendonor jantung untukku….” Ucap Yoo jung tidak ada kekuatan sambil mengelus dadanya, terkejut.

“Hari ini kau benar-benar aneh, apa kau sakit?”

“Aku ingin sekali bisa sakit.” Yoo jung ngelantur. Do yeon hanya melongo mendengar jawaban sahabatnya. “Do yeon-ah, aku ingin pergi sebentar.” Menyerahkan alat pel pada Do yeon.

“Yah! Inikan perkerjaanmu!” teriak Do yeon sesudah melihat kepergian Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung memberanikan diri untuk menemui Nyonya Minji di ruangannya. Walaupun awalnya langkahnya ragu-ragu kemudian ia melanjutkannya. Dan akhirnya hanya berhenti di lorong ia mengintip, ragu-ragu apakah nantinya ia diperbolehkan bertemu dengan pemilik perusahaan.

Mohon ada keajaiban… Yoo jung berdoa. Setelah selesai berdoa Nyonya Min ji keluar dari ruangannya bersama dengan sekretarisnya. Yoo jung tak melewatkan kesempatan ini, ia meluncur.

“Permisi. Bolehkah saya bicara sebentar dengan anda Presdir?” Yoo jung sudah membungkuk dihadapan Nyonya Minji, karena malu atau takut ditolak.

“Ye. Araseo.” Ternyata Nyonya Minji memberikan ijin padanya untuk berbicara diruanganya, bicara empat mata.
Yoo jung dipersilahkan duduk oleh nyonya Minji, Yoo jung menolak karena ia tidak pantas. Tapi Nyonya Minji mengancam keluar jika Yoo jung tidak mau duduk dengan nyaman. Nyonya Minji menunggu Yoo jung untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan, tapi Yoo jung hanya meremas-remas jemarinya.

“Jwisonghamnida Presdir.” Kembali Yoo jung membungkuk. Akhirnya sebuah kata keluar dari mulutnya, setelah ia duduk dan meremas-remas jemarinya. “Saya tahu ini akan mengganggu jadwal anda, tapi tolong dengarkan saya sebentar.”

“Apa yang ingin kau katakan?”
Yoo jung menelan ludahnya dan memberanikan diri berbicara pada Nyonya Minji. Ia menolak dengan halus pertunangannya dengan cucunya, yang adalah Direktur baru.

“Maaf, saya rasa ini seharusnya kita hentikan.”

“Kenapa?”

“Saya rasa, Anda salah memilih orang. Saya tidak cocok menjadi cucu menantu anda.”

“Bagaimana kau tahu kalau itu cocok atau tidak?”

“Kita berbeda, Nyonya Min ji. Saya tidak mau anda mendapat malu, karena saya tidaklah serasi dengan keluarga anda.” Yoo jung mencari kata-kata yang halus dan mudah dimengerti, bahwa status mereka berbeda. Pikir Yoo jung itu adalah alasan yang kuat.

“Hehehehehe. Jadi kita harus mengakhiri ini?”

“Ye.”

“Araseo.” Nyonya Minji mengangguk-angguk

~ ~ ~ ~ ~

Chung ha sunbae mencari Yoo jung tapi tidak menemukan dan ia bertanya pada Do Yeon.

“Hari ini Yoo jung aneh,” membayangkan kejadian bersama Yoo jung “Ia melamun terus.”

“Apakah sedang ada masalah dengan percintaannya?”

“Hei?!” Do yeon menoleh ke Chung ha dengan alis bertaut. “Cinta? Dengan siapa?”

“Memang aku tahu dengan siapa? Kau kan sahabatnya kenapa kau Tanya padaku.” Chung ha sewot, gentian merengut kesal.

“Aku tidak pernah tahu Yoo jung punya kekasih, kecuali orang brengsek itu.”

“Breng-sek. Noogoo?”

“Aku tidak mengerti apa yang ia suka darinya?”

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung tidak ingin melakukan hal yang sulit bagi dirinya. Tapi ini tetap harus ia tempuh, demi kelangsungan hidupnya. Yoo jung berdehem sebelum ia benar-benar mengeluarkan suara dari tenggorokannya yang kering, walaupun ia sudah meneguk air berulang kali.

“Jwisonghamnida. Saya tidak pantas menemui anda, Direktur.” Yoo jung memberanikan diri memberikan pesannya kepada Sekretaris Direktur untuk disampaikan pada Chang kyun. Dan herannya, ternyata Chang kyun mau menemui Yoo jung ditempat yang Yoo jung beritahukan dalam pesannya.
“Saya rasa anda tahu maksud dari pertemuan ini?”


“Intinya?” Tanya Chang kyun dengan nada tegas membuat Yoo jung gemetar.

bersambung

Selasa, 05 Juli 2016

(ori) BE MY WIFE part 2

2

“Ya baiklah kalo begitu, kita akan bertemu lusa. Aku tahu kau rindu padaku, baiklah araseo araseo. Sampai jumpa.” Nenek menutup teleponnya.

“Noogooseyo?” Tanya Yoo jung sambil mempersiapkan sarapan.

“Teman lama nenek, dia ingin bertemu dan menagih janji pada nenek.” Nenek tersenyum bahagia.

“Apakah teman akrab?”

“Lebih dari itu…kita seperti saudara…” senyumnya bertambah lebar saat menceritakan kedekatan dengan teman akrabnya.

~ ~ ~ ~ ~

“Chani-ya, boosoonindae?” Tanya Yoo jung yang saat itu sudah berada diluar gedung kantor bersama seorang pria. Perawakan pria itu kurus tinggi dan kulitnya putih, wajahnya pun tampan.

“Jagiya, mianhae,,” tiba-tiba memeluk Yoo jung, “Bolehkah aku meminta tolong padamu?” yang dipeluk hanya mengangguk-angguk saja. “Aku ingin kau meminjamiku uang 500.000 won.” Ucapnya setelah melepas pelukannya.

“Ye?!”

“Jagiya…jebal..aku benar-benar membutuhkannya..” pria itu menggenggam tangan Yoo jung dengan penuh memohon. Yoo jung ragu, karena uang itu begitu besar untuknya.

“Chani-ya, bukan aku bermaksud…”

“Apakah kau ragu padaku?” potong pria yang bernama Chani itu sebelum Yoo jung selesai bicara.

“Chani,,,tapi maaf, uang yang kau pinjam 100.000won kemarin…”

“Yoo jung-ah, apa kau tidak yakin padaku?” pria itu terlihat frustasi dengan jawaban Yoo jung.
Tak berapa lama karena pria itu terus menyakinkan Yoo jung akhirnya dia mendapat apa yang ia inginkan. Dan tersenyum lebar saat Yoo jung menyerahkan uang 300.000won padanya. Pria itu berjanji akan segera mengembalikannya, dan tak lupa untuk memeluk Yoo jung lagi.
“Yoo jung-ah, gomayo, muach…” Cani memberikan kiss bye dengan genit.

Yoo jung kembali ke tempat kerja, dan langsung dihadang oleh Do Yeon yang ingin tahu kemana perginya Yoo jung. Yoo jung menceritakan bahwa ia bertemu dengan Chani dan menolongnya dengan meminjami uang 300.000won.

“Mwo?! Wae?! Kenapa kau meminjaminya hah?!” Do Yeon melotot tak percaya. “Yoo jung-ah…apakah kau masih punya perasaan padanya?” mata Do Yeon mulai menyipit dan menyelidik.

“Mwolayo. Aku hanya kasihan padanya.”

“Sepertinya kau tidak kasihan, tapi kau masih peduli padanya.”

“Do Yeon-ah, kenapa kau tidak suka dengan Chani, hah?”

“Dia itu pria tengik.” Jawab Do Yeon sambil mendekatkan mukanya ke muka Yoo jung, kemudian pergi.

“Yah! Do yeon-ah, kau belum mengenalnya.” Yoo jung membela Chani, Do yeon hanya melambaikan tangannya keatas tanpa menoleh kearah Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung membeli sesuatu di mini market sebelum ia pulang. Ia melihat penjaga kasir sedang menolak pelanggan, Yoo jung mendekat ingin tahu. Ternyata pelanggan tersebut lupa membawa dompet dan pejaga kasir pun juga tak berani memberikan barang yang ingin dibeli oleh pelanggan. Akhirnya Yoo jung menolong pelanggan tersebut dengan membayari belanjaannya.

“Permisi, bagaimana cara anda pulang?” Yoo jung mengantar pelanggan yang dibantunya di mini market tadi sampai di pinggir jalan.

“Aku akan jalan kaki saja.”

“Mwo?!” Yoo jung terkejut. “Dimana alamat anda? Aku akan memesankan taxi dan membayarkannya untuk anda?” Yoo jung peduli.

“Gwaenchana. Aku tidak mau berhutang lagi padamu nak…” ucap pelanggan itu menenangkan.

“Anda sepertinya sakit? Tidak seharusnya anda berjalan kaki.”

“Apakah kau bekerja di Gaeri Coorporation?”

“Kenapa anda bisa tahu?” Yoo jung terheran.

“Nametag-mu masih kau pakai.” Pelanggan itu tertawa.

Akhirnya karena paksaan Yoo jung, pelanggan itupun dipanggilkan taxi dan membayarinya sampai tujuan.

“Aku akan membalas kebaikanmu nantinya.” Ucapnya sebelum berpisah dengan Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Ki Hyun menunggu neneknya tiba di rumah dengan cemas, tak berapa lama nenek datang.

“Halmeoni, darimana saja?” bertanya penuh rasa kawatir.

“Tidak perlu cemas, aku hanya perlu berjalan-jalan sebentar. Aku tidak tahan dengan bau rumah sakit.” Berjalan melewati Ki hyun.

“Halmeoni, apa yang anda bawa itu?” melihat bungkusan plastic yang dibawa nenek.

“Aku perlu shopping…” ucapnya dengan nada centil. “Ki hyun-ah, dimana adikmu?”

“Chang kyun? Dia mencari nenek di sekitar rumah sakit.”

“Adikmu babo. Sudahlah…”  mengibas-ngibaskan tangannya tanda tak peduli. “Terserah. Dan kau Ki hyun-ah, beritahu adikmu untuk segera pulang. Aku lelah dan ingin beristirahat.”

“Ye. Halmeoni.”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo jung-ah, apa yang kau lakukan nanti malam?” Tanya Do yeon waktu mereka berada di ruang loker.

“Emmm….nanti malam,,,” Yoo jung mencoba mengingat. “Eo! Nanti aku akan menemani nenek untuk bertemu dengan teman lamanya.”

“Reuni?”

“Aku tidak tahu pasti, mungkin saja. Dan kau bisa bayangkan kumpulan orang-orang yang sudah berumur membicarakan masa kecil mereka? Pasti sangat seru.. aku juga sudah lama tidak membawa nenek jalan-jalan.”

“Yah! Kalian masih asyik mengobrol disini.” Chung ha datang.

“Chung ha sunbae, wae-yo?”

“Kenapa kalian tidak bergegas?”

“Chung ha sunbae, liatlah jam,  menunjukan waktu jam kerja kita masih lima belas menit lagi.” Do Yeon menunjuk kearah jam dinding.

“Bukankah lebih cepat lebih baik?” Chung ha tersenyum malu. “Yah, nanti malam kita keluar, bagaimana?”

“Yoo jung tidak bisa ikut bersama dengan kita. Karena Yoo jung harus menemani neneknya reunion.” Do yeon menjelaskan, Chung ha mendengus kecewa.

“Mian…” ucap Yoo jung pelan.

~ ~ ~ ~ ~

Nenek Yoo jung sudah rapi berdandan begitupun Yoo jung. Nenek meminta Yoo jung berdandan sesopan dan secantik mungkin, karena nenek ingin memperkenalkannya pada teman karibnya. Bahkan Yoo jung berfikir, apakah neneknya akan memperkenalkannya pada teman karibnya. Dalam bayangan Yoo jung teman karib neneknya adalah seorang pria yang seumuran dengan neneknya. Tapi tidak mungkin nenek setega itu padanya, pada cucu kesayangannya. Pikiran itu ditepis oleh Yoo jung, karena itu bukan sifat dari nenek.
Yoo jung dan nenek naik transportasi umum karena biaya lebih irit, untuk menuju tempat pertemuan. Mereka turun dihalte terdekat dari tempat pertemuan kemudian berjalan kesebuah restoran. Restoran itu sederhana dan saat masuk ke dalam pun kebanyakan pelanggan yang berkunjung seusia dengan nenek. Yoo jung berfikir mungkin ini tempat favorit neneknya waktu muda. Karena neneknya asli orang kota setelah menikah dengan kakek, nenek hidup di desa.
Nenek melayangkan pandangannya mencari sosok yang ia cari, tepat disudut restoran ia menemukannya. Nenek dan Yoo jung mulai menuju sudut restoran, orang yang menunggu berdiri menyambut mereka. Nenek dan teman karibnya berpelukan untuk melepaskan rindu. Yoo jung menghela nafas lega karena fikirannya itu tidak benar, teman nenek adalah seorang wanita yang usianya juga tidak jauh dari nenek Yoo jung. Yoo jung membungkuk memberi salam pada teman nenek.

“Eo, bukankah kau…?” teman nenek terkejut mengenali Yoo jung. Yoo jung pun juga ikut mengingat.

“Eo… anyeonghaseyo.” Yoo jung kembali membungkuk setelah mengingat.

“Eonni. Ini adalah cucumu?”

“Ye. Ini cucu kesayanganku.” Bangga memperkenalkan.

“Dia sangat baik hati.”

“Tentu saja. Tapi darimana penilaianmu?”

Ternyata teman nenek Yoo jung adalah pelanggan yang dibantu oleh Yoo jung di mini market. Teman nenek, Min ji, karena Yoo jung mendengar nenek memanggilnya nama. Nyonya Min ji menceritakan pertemuannya dengan Yoo jung secara tidak sengaja dan Yoo jung membantunya untuk membeli barang yang ia butuhkan.
Mereka bercerita dengan asyik, sambil menunggu pesanan datang. Benar yang difikirkan Yoo jung, bahwa tempat itu adalah tempat favorit mereka bertemu waktu muda.

“Dan aku ingin berbicara serius sekarang.” Ucap Nyonya Min ji. “Apakah eonni lupa dengan janji yang dulu kita buat?”

“Aniya. Tentu saja aku ingat janji itu.”

“Aku tidak pernah menganggap janji yang kita buat dulu adalah suatu hal untuk bermain-main.” Nyoya Min ji mengucapkan dengan tegas. “Aku ingin kita mewujudkannya sekarang, karena aku merasa aku sudah tua, dan aku takut aku tidak bisa menikmati waktu yang indah.” Nyonya Minji sangat mengharapkan sesuatu. “Tapi, kita harus sebentar menunggu, karena anak nakal itu belum datang juga.”

Anak nakal? Apa maksudnya? Kenapa harus ada anak nakal dalam pembicaraan nenek dan nyonya Min ji? Yoo jung bertanya-tanya dalam hati.

“Anyeonghaseyo. Jwisonghamnida…saya terlambat.” Suara seseorang yang sudah ditunggu. Membuat ketiga wanita itu menoleh ke arah datangnya suara. Nyonya Min ji tersenyum, nenek Yoo jung membungkuk membalas ucapan salamnya. Mata Yoo jung membulat terkejut dan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak.


bersambung...