Part 17
Tia sudah berada di rumah sakit, ia juga sudah mendapatkan perawatan.
“Tia-ah…” Melanie mengusap-usap punggung Tia.
“Melanie, aku tidak apa-apa.” Senyum Tia pada sahabatnya berusaha kuat. Kemudian Tia beranjak turun dari ranjangnya.
“Yah!! Oedi ga?” Melanie memegang tangan Tia ingin mencegah.
“Aku ingin ke ruangan Kris oppa.” Tia berjalan sambil membawa infusnya.
& & & & &
Tia duduk disebelah ranjang Kris, dengan diam ia memperhatikan Kris yang masih terbaring, Kris belum sadar dan tangan kirinya dibalut perban.
Oppa…mianhae…cepatlah bangun… ucap Tia dalam hati sambil menggenggam tangan kanan Kris.
“O.. Anyeonghaseyo Presdir.” Sapa Melanie yang saat itu bertemu dengan Presdir di depan kamar rawat Kris. Dengan isyarat jari telunjuk yang menempel dibibirnya, meminta Melanie untuk tidak bersuara terlalu keras. Kemudian mengisyaratkan supaya Melanie untuk ikut dengannya.
& & & & &
Melanie dan Presdir sudah duduk di cafeteria rumah sakit.
“Kau dan Tia, sudah lama menjadi teman?”
“Ye. Kami berteman sudah sejak kecil Presdir.”
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa hal itu bisa menimpa Kris dan Tia?” Tanya Presdir ingin mengetahui cerita yang sebenarnya.
“Eeemmm…” Melanie sedikit ragu untuk menceritakan.
“Aku tidak akan menghukummu jika kau bercerita.”
“Jwisunghamnida..Presdir…”
“Ceritakan saja…tidak apa-apa…”
“Waktu itu….” Melanie mulai menceritakan kejadian tersebut.
& & & & &
“Apa kau sudah menengoknya?” Tanya Xiu Min pada Lay.
“Hyung, bagaimana aku bisa masuk ke kamarnya, hah?” tangannya bersedekap. “Tia-si masih ada di kamar Kris hyung, dan aku tak berani masuk, kau tau hyung,,,?” tiba-tiba Lay berbalik ke arah Xiu Min dengan tatapan aneh.
“Tau apa hah?!” Xiu Min merasa risih dilihat seperti itu. “Kau membuatku takut.”
“Tia-si memandang Kris hyung dengan tatapan yang sangat dalam…” Lay memperagakannya dengan menatap mata Xiu Min dalam-dalam. “Kalo seperti itu, aku tidak mau mengganggu mereka berdua.”
“Dasar kau ini…” Xiu Min melayangkan tangannya seakan ingin memukul Lay. “Apa Kris sudah sadar?”
“Yang ku tahu, Kris hyung belum sadar, setidaknya sebelum aku kembali kesini.”
& & & & &
Tia tidur di samping Kris terbaring dengan menelungkup, sebuah tangan membelai rambut Tia, tapi sepertinya Tia benar-benar terlelap. Jam sudah menunjukkan pukul satu, sejak dari Tia bangun dan tahu kalo Kris belum sadar, Tia dengan sabar menunggu di samping ranjang Kris.
Kris oppa…ireona… Tia mengginggau dengan pengucapan yang jelas. Rambut Tia dibelai lagi…dalam ruangan yang tidak begitu terang, tampak semburat senyum diwajah tersebut.
& & & & &
“Yah…” tubuh Tia tergoncang. “Yah…” orang itu berusaha membangunkan Tia. “Yah! I-reo-na!” nada suaranya mulai tinggi. Nampak Tia menggeliat, mendengar suara itu. Tubuh Tia sudah tegak, tapi matanya masih terpejam, ia mengucek matanya yang masih terasa berat.
Tia mengerjap-ngerjapkan matanya, ia mulai memfokuskan pandangannya. Nampak satu wajah yang tak asing baginya, tapi wajah itu menunjukan mimik tidaksuka.
“O! oppa?!” Tia terkejut. “Kau sudah sadar?”
“Kau itu yang belum sadar.” Sindirnya pada Tia. “Apa kau tidak punya kamar hah?! Sehingga menganggu pasien lain?!” dibentak begitu Tia hanya tersenyum seperti orang bodoh, kemudian memeluk Kris. Sontak Kris kaget dengan tindakan yang dilakukan Tia tiba-tiba.
“Aku sangat senang kau sadar oppa,,,” ucap Tia masih memeluk Kris. “Gomawo oppa….” Sejenak Kris menikmati pelukan hangat yang diberikan Tia.
“Hyung….anyeong…..” pintu kamar Kris dibuka tiba-tiba bersamaan dengan salam dari Tao, dan Tao kaget melihat Kris dipeluk Tia. “se…..yo…..” Tao terpana masih melanjutkan salamnya.
Tao jadi canggung sendiri dengan menggaruk kepalanya tidak gatal, dan menyeringai. Kris juga kaget dengan kehadiran Tao, mata Kris sedikit melotot karena terkejut. Tia kemudian melepaskan pelukannya kemudian berbalik menyapa Tao.
“Tao oppa, anyeonghaseyo…” sapa Tia “Oppa baru saja bangun.” Tia menjelaskan dengan senyum sumringah diwajahnya. “Aku akan keluar, supaya kalian bisa berbicara dengan nyaman.”
“Oppa, aku keluar…” pamit Tia pada Kris, kemudian keluar dari kamar Kris.
“Mwo??!” Tanya Kris sedikit membentak pada Tao, karena Tao menatap dengan curiga sembari tersenyum menggoda.
“Hyung, aku belum bertanya apapun..dan kau sudah memarahiku…” ucap Tao sambil menaruh bawaannya di atas meja samping tempat tidur Kris.
“Kau memang belum bertanya, tapi sorot matamu itu sudah mencurigaiku.”
“Hehehehehe.” Tao terkekeh. “Oya?! Benarkah aku begitu?” Tanya Tao menggoda. “Hyung…ini…” memberikan buah jeruk yang sudah dikupasnya untuk Kris.
“Hyung, asal kau tau saja, aku tidak bisa masuk kamarmu ini,” sambil mengunyah buah jeruk.
“Kenapa?”
“Karena Tia dari kemarin, ia berada di kamarmu, bagaimana aku bisa masuk? Dan lagi pula, Tia menggenggam erat tanganmu.” Tao memegang tangan Kris untuk peragaan. “Mana mungkin aku masuk dan menyuruhnya keluar dari kamarmu. Dan Tia menatapmu dengan rasa bersalah dan penuh rasa terima kasih, itu yang ku lihat.” Cerita Tao panjang lebar.
“Hyung? Hyung?! Kenapa kau melamun, hah?!”
“Aku tidak melamun.” Kris membantah. “Dimana yang laen?” Kris mengubah topic.
“Mereka juga sama, kemarin mereka sudah kemari, tapi mereka juga takut masuk kamarmu karena 1x24jam ada security yang menjagamu.” Jawab Tao sekenanya.
“Tao-yah.., apa Tia dari kemarin ada di kamarku?” Tanya Kris dengan nada hati-hati, Tao hanya menjawab dengan anggukan.
“Setelah kalian diselamatkan oleh petugas, kalian tak sadarkan diri. Tapi Tia sadar lebih cepat, setelah ia sadar bukan mengurus diri sendiri, tapi malah ia bergegas mencari kamarmu dan seharian ia tidak pergi dari sampingmu hyung, itu yang diceritakan Melanie padaku.” Kris mendengarkan dengan baik cerita Tao, dengan mata yang menerawang.
bersambung,,,,,
posting gambar untuk cover part 17
BalasHapuscukup melegakan
krn bisa menengok sebentar blog ini..
ide masih ada diotak..semangat ada...jari masih malas untuk mengetik...hehehehehe