Selasa, 28 Oktober 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 15


Pemain Utama               :           Tia (Chocolat)
Kris (Exo M)

Pemain Pendukung         :           Xiu Min, Lay, Tao (Exo M)
                                                Melanie            , Min Soa, Juliane (Chocolat)
                                                Hwang Chan Sung (2PM)

Genre                           :           romance, family

Part 15

Tia menunggu di depan pintu villa dengan cemas, ia sudah seperti setrikaan, mondar-mandir kesana-kemari. Tia teringat ucapan Xiu Min, yang memberitahukan kalau Tao dan Melanie sedang berkencan dan berjalan bersama memasuki kawasan hutan.

“Oppa!” panggil Tia pada Kris yang saat itu sedang melintas. Kris yang dipanggilpun menghentikan langkahnya dan menatap Tia, yang saat itu sedang berjalan ke arahnya.
“Oppa, ayo temani aku…” reflex Tia menggandeng tangan Kris. Kris menahan tangan Tia.

“Kenapa kau begini?” Tanya Kris dingin.

“Oppa, temanmu itu sedang berjalan dengan Melanie.” Ucap Tia menjelaskan dan ada nada kwatir.

“Apa salahnya?”

“Hah? Apa salahnya? Em…em…” Tia berdehem “Memang tidak salah mereka berjalan bersama, tapi aku takut kalo temanmu itu akan berbuat macam-macam pada temanku, dia kan temanmu pasti kelakuannya sama denganmu.”

“Kau meminta bantuanku tapi kau juga mengataiku.” Kris sedikit tersinggung dengan penjelasan Tia. Tia juga baru menyadari ucapannya yang keceplosan. “Kalo kau mau mencari temanmu, cari saja sendiri, toh aku tidak ingin mencari temanku.” Kemudian dengan wajah marah Kris meninggalkan Tia.

 & & & & &

“Kau adalah anak ibu Chan Sung-ah…” ibu Chan Sung menggenggam tangan Chan Sung. Tapi Chan Sung tak bergeming, dan hanya menatap sang ibu dengan tatapan getir.
“Hidup ibu tergantung padamu, putra ibu satu-satunya.” Ucap ibu Chan Sung dengan kelembutan.

“Ibu ingin aku segera mengakhiri semua ini?”

“Ibu hanya berharap kau bisa membanggakan ibumu ini nak…”

& & & & &

Malam ini Soa sedang duduk di depan meja belajarnya, terlihat Soa sedang merenungkan sesuatu, berusaha mengingat-ingat. Soa kemudian meraih handphone miliknya dan mencari kontak yang ada dihandphone-nya.

“Yeoboseyo… sunbae, ini aku Soa, apakah kau ingat?” Soa sudah tersambung dengan nomor yang ia cari dihandphone-nya. “Sunbae, aku ingin meminta tolong sesuatu padamu. Apakah aku bisa bertemu denganmu?” Soa mendengar jawaban dari orang yang ia telephon dan tersenyum. “Gomawo sunbae.” Soa memutuskan percakapan ditelephon dan kembali melanjutkan membaca novel.

& & & & &

Xiu Min dan Lay sedang bercakap-cakap diruang tamu, mereka berdua sedang membicarakan sesuatu yang ada dihalaman majalah yang mereka baca saat itu. Juga sedikit bersenda gurau.
Kris datang dan ikut duduk bersama mereka disofa seberang, dan memperhatikan tingkah kedua temannya.

“Apakah Tao belum kembali?” Tanya Kris setelah meneguk minuman kaleng. Xiu Min hanya menggoyangkan tangannya, menandakan bahwa Tao belum pulang, masih sambil memperhatikan majalah yang ia baca.

“Tao, apakah kau tidak tahu hyung? Tao dan Melanie terlihat sedang berkencan. Tadi pagi saja mereka berdua jalan-jalan bersama.” Lay menjelaskan.

“Yang aku tidak habis fikir, kenapa mereka bisa kenal sedekat itu ya?” Tanya Xiu Min masih sambil melihat majalah. “Bukankah itu aneh? Kita baru berada di villa ini dua hari.” Sambil Xiu Min menutup majalah dan mengambil minuman kemudian meminumnya.

& & & & &

“Tao, darimana saja kau?” Tanya Kris saat tahu Tao sudah tiba di villa.

“Aku jalan-jalan bersama Melanie, ada apa hyung?” Tao mengambil buah apel didalam lemari es dan menggigitnya.

“Apakah kalian hanya berdua saja?” Tanya Kris lebih lanjut.

“Aku sedang mendekati Melanie, hyung…jadi tidak mungkin aku mengajak orang lain.” Jawab Tao dengan nada yang lirih.

“O..” Kris hanya mengangguk-angguk.

“Hyung, tidak mungkinkan kau….????” Tao bertanya curiga.

“Aku tidak punya perasaan pada Melanie, jadi tenang saja.” Jawab Kris tahu yang dimaksudkan Tao, Tao menghela nafas lega.

“Hyung, apakah kau tahu bahwa Tia dan Melanie dibesarkan dipanti asuhan?” Tao sudah duduk disofa sambil menikmati apel.

“Mwo?” Kris sedikit terkejut dengan cerita Tao.

“Pagi tadi aku bertanya pada Melanie, dan ia menceritakan bahwa mereka berdua adalah teman dipanti.” Tao cerita dengan cuek masih sambil menikmati apel.

“Rumah. Rumah yang banyak anak-anak tinggal.”

“Em… Melanie juga bercerita di rumah mereka, mereka punya banyak adik.”

Kris jadi teringat pembicaraannya dengan Tia saat berada ditepi sungai Han. Dan ia juga teringat, dimana ia mengikuti Tia sampai disebuah rumah dan bertemu dengan Melanie. Saat itu Kris hanya mengamati dari kejauhan apa yang sedang Tia lakukan di rumah itu dengan membawa banyak belanjaan.

“Yah…. Tao-ah…darimana saja kau hah?” Tanya Xiu Min yang tiba-tiba datang. “Bagaimana kencanmu?” goda Xiu Min. Tao hanya mengedipkan matanya.

& & & & &

Kaki Tia merasa kesemutan, karena jongkok terlalu lama untuk bersembunyi, Tia kemudian kembali mengintip orang yang ia ikuti.

“Mwo??!” Tia spontan langsung berdiri dari tempat ia bersembunyi. Tia heran, orang yang ia ikuti sudah tidak berada disana dan hari juga sudah petang. Tia melihat seperti ada orang yang berjalan agak jauh dari ia berdiri.
“Sepertinya itu mereka berdua.” Tia kemudian mengikutinya. Tia berjalan dengan hati-hati, karena keadaan sudah menjadi gelap. Tia merasa takut, Tia sadar bahwa ternyata ia tersesat.
“Melanie-ah…” panggil Tia dengan suara serak, keringat dingin sudah bercucuran didahinya. “Melanie-ah… Tao oppa…. Melanie-ah…” panggil Tia berkali-kali. Tia juga melihat disekelilingnya, Tia menelan ludah ketakutan. “Tolong…. Melanie-ah…”
Kaki Tia menjadi lemas, dan Tia rebah ia merasa kakinya tidak kuat membawa badannya untuk berjalan lagi.

& & & & &

“Melanie-si.” Panggil Kris yang melihat Melanie berada diluar villa padahal waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam.

“Tuan muda.” Jawab Melanie dengan wajah cemas.

“Kenapa kau berada diluar?”

“Tuan, apakah Tuan melihat Tia?” Tanya Melanie ragu-ragu.

“Kenapa dengannya?” Tanya Kris curiga.

“Tia tidak ada di kamar, dan saya sudah memeriksa ruangan di villa, tapi saya tidak menemukannya.”

“Yang aku tahu, Tia tadi mengikutimu, saat kau bersama dengan Tao.” Kris menjelaskan.

“Mwo??!” Melanie terkejut. “Tia panggil takut dengan kegelapan apa lagi suasana hutan yang gelap. Karena Tia dulu pernah tersesat di dalam hutan, tidak mungkin Tia berani mengikutiku dengan Tao oppa, sampai lupa dengan traumanya.” Melanie menceritakan trauma Tia. “Aku harus segera menemukan Tia.” Melanie akan melangkah pergi.

“Melanie-ah…” panggil Tao.

“Tao-ah… sepertinya Tia tersesat di dalam hutan saat mengikuti kalian, kau temani Melanie disini aku akan mencari Tia.” Kris melangkah meninggalkan Melanie juga Tao.

“Hyung!” panggil Tao tapi tak dihiraukan oleh Kris. Melanie sudah berjongkok lemas mengetahui teman kecilnya bertindak seperti itu. “Melanie-si..”

& & & & &

Tia meringkuk dibawah pohon sambil menggigil, antar hawa hutan yang dingin dan rasa takut yang merayapi dirinya. Tia kembali teringat masa lalunya saat ia tersesat di dalam hutan. Tia kecil menangis, meminta pertolongan, tapi yang ia dengar hanya suara hewan-hewan liar, yang mungkin saja bisa memangsa dirinya.
Kembali Tia hanya bisa mendengar desiran daun-daun hutan yang bergesakan dan Tia seperti mendengar geraman dari hewan-hewan hutan. Bibir Tia bergetar, keringatnya tak berhenti bercucuran. Tia berusaha merogoh kantong celananya untuk menemukan suatu benda, tapi benda yang ia cari ternyata tidak ketemu.
“Kenapa handphone ku juga bisa tertinggal??” Tanya Tia pada dirinya sendiri. Tia kemudian berusaha bangkit berdiri.
Aku harus berusaha untuk menemukan jalan pulang. Ucap Tia dalam hati. Walaupun aku harus bertemu dengan hewan hutan, ini saatnya aku harus berjuang, aku harus melawannya. Tia menyemangati dirinya sendiri. Saat kaki Tia berjalan beberapa langkah, ia mendengar suara geraman hewan hutan, dan sontak Tia menjerit ketakutan.

“AAAaaaaaaa……..”

bersambung,,,

Rabu, 15 Oktober 2014

(ori) THIEF OF LOVE part 14



Part 14

“Anyeonghaseyo oppa…” sapa Melanie saat melihat Tao.

“Melanie-si, kau sudah bangun sepagi ini?” Tao sedikit terkejut saat Melanie menyapanya dan pastinya juga ada perasaan senang.

“Ne. Aku ingin menghirup udara segar pegunungan, karena jarang sekali aku dapat berlibur dan melihat pemandangan di gunung.” Melanie menjelaskan dengan senyum yang mengembang.

“Apakah kau mau jalan-jalan?” Tao menawarkan.

“O! Tentu. Aku mau.” Jawab Melanie semangat dan senang.

&&&&&

“Paman, terima kasih telah mengundang kami untuk berlibur.” Ucap Xiu Min pada ayah Kris. Mereka sudah berada di luar villa, untuk berjalan-jalan menyusuri jalan setapak sekitar villa.

“Hahaha. Kalian ini, kenapa harus sungkan seperti itu hah?” Xiu Min dan Lay tersenyum canggung mendengar jawaban Presdir dengan tawa yang renyah.
“Kalian ini sudah paman anggap seperti anak paman. Kalian sudah berteman dengan anakku Kris lama. Dan paman tahu bagaimana sifat kalian. Hahahaha.”

“Terima kasih paman.” Gantian Lay yang mengucapkan terima kasih.

“Jadi pagi ini kalian harus menemani paman untuk jalan-jalan ya?”

“Ye. Kami akan menemani paman.” Jawab Xiu Min dan Lay kompak bersamaan, membuat Presdir tertawa.

“Tapi, Kris belum bangun, bagaimana paman?” Xiu Min mengingatkan Presdir tentang anaknya.

“Sudahlah, jangan kau hiraukan pemalas itu.” Jawab Presdir sambil berjalan meninggalkan Xiu Min dan Lay.  Kemudian Xiu Min dan Lay bergegas menyusul Presdir.

&&&&&

“Kenapa perutku lapar? Apakah ada yang bisa dimakan pagi ini?” Tia bernyanyi dengan asal sambil mengambil roti tawar dan mencari selai untuk isian rotinya.

“Aaaa!!” teriak Tia tiba-tiba.

“Wae?” tanya Kris dengan nada datar. “Kemana yang lain?” Kris sudah duduk di depan meja makan.

Ternyata yang terlambat bangun bukan hanya aku saja, brarti aku ada temannya. Batin Tia sambil tersenyum. Tapi kenapa harus dia yang menjadi temanku??? Tia menjadi muram.

“Yah! Kenapa kau hanya membuat satu roti saja, bukankah ada temanmu disini?”

“Jadi?” tanya Tia pura-pura tidak tahu yang dimaksud Kris.

“Dasar.” Kris menjadi sedikit kesal. “Tolong buatkan aku roti juga.”

“Ou…jadi tuan muda kita juga ingin roti ya,,,,” goda Tia.

“Cepatlah…”

“Jika kau ingin cepat kau buat saja sendiri.” Tia berhenti untuk mengoles selai diatas roti.

“Ya sudah kalau begitu…” jawab Kris santai, tapi tangannya sudah menyambar roti selai buatan Tia yang pertama dan melahapnya.

“Yah!!” Tia berteriak. “Itu milikku!”

“Aku sudah lapar.”

“Itu juga sudah aku gigit.” Tia menjelaskan dengan muka panic dan kesal pada ulah Kris.

“Tidak masalah bagiku. Kau buat lagi saja.” Kris berucap dengan santai masih memakan roti selai. Tia memandang dengan kesal. “Rotinya masih duakan? Bukankah itu cukup untukmu?”

“Kau benar-benar pintar.” Tia kesal karena roti selai yang pertama ia buat itu ada tiga, tapi yang akan dibuat selanjutnya tinggal dua. Kris dengan cepat melihat situasi dan tidak peduli bahwa roti selai yang pertama sudah sedikit digigit Tia.

“Gomawo.” Kris meninggalkan Tia.

&&&&&

“Kenapa oppa memandangiku?” Tanya Melanie yang mendapati Tao sedang memandangnya sambil tersenyum.

“Hehe, aku senang kita bisa bertemu lagi. Ya….seperti ini.” Tao mendekatkan wajahnya ke wajah Melanie “Apakah ini jodoh?”
Ditanya begitu Melanie jadi memerah pipinya dan ia mematung sebentar, kemudian kembali ke alam sadar. Tao terkekeh melihat reaksi Melanie.

“Hehehehe” Melanie juga ikut tersenyum kaku.

“Kenapa kau bisa mengenal Tia?” Tao mengubah topic pembicaraan supaya Melanie tidak canggung.

“Kita adalah sahabat dari kecil. Kita dibesarkan bersama di panti.”

“Panti??” Tao sedikit terkejut, Melanie mengangguk mengiyakan.

“Rumah yang kita tinggali itu adalah panti. Biasa aku dan Tia menyebutnya rumah, karena disana keluarga kita berada, maka lebih enak menyebutnya rumah.”

“Jadi,,,kalian anak panti?” Tao menanyakan untuk menyakinkan. Melanie mengangguk mantap.

“Tapi,,, alangkah bahagianya, karena Tia sudah bertemu dengan keluarga yang sebenarnya.”

“Keluarga yang sebenarnya?” Tao tidak mengerti.

“Ya. Keluarga yang sebenarnya. Sebenarnya Tia….” Tiba-tiba Melanie menghentikan bicaranya. “Oh,,,oppa, apakah kau tidak lapar?” ucap Melanie sambil memegangi perutnya. Tao yang masih mendengarkan cerita Melanie jadi bingung karena tiba-tiba Melanie mengubah topic pembicaraan. Dengan nurutnya Tao menerima ajakan Melanie untuk mencari makan pagi.

& & & & &

Tia melihat Xiu Min dan Lay yang sedang berjalan sambil bercanda memasuki halaman villa.

“O! Selamat pagi Tia-si.” Sapa Xiu Min dengan wajah yang cerah sambil melambaikan tangan, sok akrab.

“Tia-si, good morning..” Lay juga ikut menyapa.

“Selamat pagi oppa.” Dengan sopan Tya membalas salam dari Xiu Min dan Lay.

“Wah… Tia-si sangat rajin, sehingga melewatkan jalan-jalan di pagi hari.” Ucap Xiu Min bermaksud menyindir.

Kau menyindirku yah???! Batin Tia dalam hati yang mengetahui maksud ucapan Xiu Min.

“Ye, aku memang sangat rajin oppa, jadi sampai aku berjalan-jalan pagi diatas tempat tidur.” Jawab Tia dengan percaya diri dan tertawa.

“Tia-si, dia memang begitu,,,” Lay mencoba menjelaskan supaya Tia memaklumi tingkah Xiu Min. Dan Xiu Min sudah masuk ke dalam villa “Karena ingin melucu.” Kemudian Lay dan Tia tertawa bersama.

& & & & &

“Melanie-ah,,,” yang dipanggil sedang berias di depan cermin “Melanie!” nada suara Tia meninggi karena merasa diabaikan.

“Waeyo?” masih berias.

“Kenapa kau meninggalkan aku tadi, hah?!” Tia sudah berada di dekat Melanie dan berkacak pinggang. “Apakah itu yang disebut teman?!”

“Tia-ah, asal kau tahu saja, sangat lelah membangunkanmu.” Melanie mengingat dirinya saat berusaha membangunkan Tia, yang tidak merespon sama sekali. “Hhhhfffff, hampir dua puluh kali aku berusaha.” Dibilang begitu Tia jadi malu sendiri dan menghentikan omelannya.

& & & & &

“Sekretaris Choi, anda mau kemana?” Tanya Tia saat berpapasan dengan sekretaris Choi.

“Presdir ada urusan mendadak dan kita akan pulang lebih dulu.” Jawab Sekretaris Choi “Nona dan yang lain silahkan melanjutkan liburan anda smua.” Kemudian Sekretaris Choi bergegas meninggalkan villa bersama dengan Presdir.

& & & & &

Tia berjalan dengan sangat pelan-pelan, berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun dalam tiap langkahnya. Matanya pun terus mengawasi dua sejoli yang berjalan didepannya tanpa mereka tahu bahwa Tia sedang mengikuti mereka berdua.

Kenapa mereka terus memasuki kawasan hutan? Batin Tia dalam hati sambil mengomel. Hari kan sudah hampir gelap. Awas saja kalo teman orang gila itu berani menyentuh Melanie, akan aku bunuh! Tia terus membatin dalam hati.
Tia terus mengawasi pergerakan mereka, dilihatnya dari jarak agak jauh teman kecilnya itu menikmati percakapan dengan teman kencannya. Tia berjongkok disemak-semak supaya tidak ketahuan bahwa ia mengikuti Melanie dan Tao. Tia jadi merasa bersalah, karena mencurigai teman kecilnya, bahkan ia melihat ada senyum kegembiraan saat teman kecilnya itu berbicara dengan pria yang ada bersamanya.
Kaki Tia merasa kesemutan, karena jongkok terlalu lama untuk bersembunyi, Tia kemudian kembali mengintip orang yang ia ikuti.

“Mwo??!” Tia sepontan langsung berdiri dari tempat ia bersembunyi.


bersambung,,,