Selasa, 13 Desember 2016

(ori) BE MY WIFE part 4

4.





Flash back

Semalaman Chang kyun memikirkan kata-kata neneknya saat berada di rumah sakit. Chang kyun benar-benar bingung dengan apa yang harus ia putuskan. Sampai esok pagi Chang kyun menemui neneknya yang masih berada di rumah sakit.

“Bagaimana? Apakah kau sudah membuat keputusan Chang kyun-ah?”

“Ye. Aku sudah memutuskannya.”

“Aku ingin tahu, apa keputusanmu?”

Chang kyun mengambil dokumen yang kemarin diberikan oleh neneknya, kemudian dengan mantab ia menanda tangani dokumen tersebut. Semburat senyum ada dibibir nenek, seakan benar dengan pemikirannya.

“Aku berharap bisa memberikan yang terbaik untuk nenek.” Ucap Chang kyun setelah menanda tangani dokumen. Nada tulus ada dalam kata-kata Chang kyun. “Aku berharap tidak akan mengecewakan nenek.” Nenek tersenyum bangga mendengar cucunya berkata seperti itu.

“Pengacara Baek, silahkan masuk.” Orang yang dipanggil oleh nenek pun masuk dalam ruangannya. Kemudian Pengacara Baek membacakan syarata-syarat bagaimana ia bisa mendapatkan warisan dari neneknya, Nyonya Minji. Satu persatu dibacakan dengan tegas dan jelas oleh Pengacara Baek. Ada beberapa syarat yang sudah pernah Chang kyun dengar, yaitu ia harus menikah. Tapi Chang kyun tidak menyangka bahwa pernikahannya pun tidak sembarangan. Ia harus menikah dengan wanita yang dipilihkan oleh neneknya. Dan ada berbagai syarat-syarat yang terkadang membuat Chang kyun terbelalak tak percaya, kenapa neneknya membuat syarat seperti yang telah didengar dan dibaca oleh Chang kyun sendiri.

“Aku percaya, Chang kyun-ku setia.” Nenek menggenggam tangan Changkyun.

~ ~ ~ ~ ~

Kembali kemasa sekarang.

“Aku tahu anda dan saya terpaksa melakukan hal ini untuk menyenangkan hati nenek-nenek kita. Tapi apakah boleh aku meminta satu hal pada anda?” Yoo jung mengacungkan telunjuknya didepan mukanya sendiri, memohon pada Changkyun. “Bisakah setidaknya anda bekerjasama denganku? Anda bisa merayu nenek, em…eh…maksudku, Presdir, untuk membatalkan hal itu.”

“Kenapa?” matanya lurus memandang Yoo jung, Yoo jung merasa tak nyaman dengan pandangan mata Chang kyun.

“Em,,, hm,,, karena aku tahu, anda juga punya kekasih.” Mata Chang kyun tampak terkejut mendengar perkataan Yoo jung. “Maaf, waktu itu aku tidak sengaja mendengarnya. Tapi bukan maksudku untuk mendengarnya karena waktu itu tugasku berada disana.” Yoo jung memainkan jemarinya pada area meja yang kosong, membentuk gambaran lingkaran. “Dan aku juga punya seseorang yang kemungkinan aku suka.”

“Kemungkinan.” Chang kyun tersenyum sinis.

“Hanya itu saja yang ingin aku katakan pada anda, Direktur. Mohon Direktur memikirkan hal itu, dan aku harap anda bisa bekerja sama. Gamsahamnida. Maaf mengganggu waktu anda dan  membuat anda tidak nyaman.” Yoojung kemudian berdiri dan berpamitan. Changkyun memperhatikan kepergian Yoojung, dan melihat Yoojung menerima panggilan telephone dari seseorang kemudian bergegas melangkah.

Changkyun dalam perjalanan pulang setelah menemui Yoojung, saat mengendarai mobilnya ia melihat Yoojung sedang melambaikan tangannya pada seseorang kemudian sedikit berlari menuju ke arah orang yang menunggunya. Yoojung tersenyum begitu pula pria tinggi kurus yang menunggunya dan mereka berjalan bersama. Changkyun mengamati dari belakang kemudinya dengan tatapan tajam, dan juga melihat adegan dimana pria itu membersihkan rambut Yoojung layaknya seorang kekasih.

~ ~ ~ ~ ~  
           
Changkyun memencet tombol pintu, dan kata sandi itu tepat sehingga pintu itu menjadi tidak terkunci. Changkyun masuk.

“Waeyo?” Tanya seseorang saat Changkyun merebahkan dirinya diatas sofa. “Kenapa kau kemari hah?!” orang itu kemudian meneguk minumannya.

“Hyeong, aku menginap disini.”

“Heo?” orang itu tertegun. Ternyata Changkyun datang ke apartemen Kihyun. “Oke. Araseo.” Kihyun mengangguk-angguk.

“Hyeong…apa yang kau mengerti?” Tanya Changkyun sedikit marah.

“Apalagi?” sahut Kihyun dengan nada tinggi “Kalau aku menjawab pasti akan benar.” Kihyun sedikit menyombongkan diri. “Wae? Kenapa kau ditolak?” Tanya Kihyun langsung telak.

“Aku belum ditolak.” Changkyun berdiri “Aku yang akan menolaknya.” Ucapnya sambil berjalan ke dapur mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin, Kihyun hanya tersenyum menahan geli.

“Apa kau akan memperjuangkannya?”

“Tentu.” Jawab Changkyun setelah meneguk habis minumannya. “Hyeong aku pinjam bajumu.”
           
“Yah! Kau selalu begitu.” Changkyun sudah berlalu begitu saja tidak menghiraukan omelan hyeongnya. “Yah! Changkyun-ah, kau harus menukarnya dengan yang baru. Kau tahu?!”

“Ye. Araseoyo…hyeong…” changkyun sudah berganti baju. “Hyeong, aku tidur disebelahmu ya…”

“Andwae!!!” kihyun melotot dan segera menuju kamarnya. “Kalau kau menginap, kau hanya boleh tidur disofa.” Ucap kihyun sambil mengunci pintu kamarnya.

“Hyeong, aku adikmu. Kenapa kau kejam padaku hah?!”

“Itu bukan urusanku.” Jawab kihyun dari kamarnya.

“Aku akan laporkan kau pada nenek!” teriak Changkyun tepat didepan pintu kamar Kihyun.

“Silahkan!”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo….jung…..ah….” sapa Doyeon dengan manja.

“Wae…..?” jawab Yoojung dengan muka dimanis-maniskan. “Apa kau memintaku untuk menemanimu?” muka Yoojung berubah masam.
           
“A! kau selalu tahu,” menggenggam tangan Yoojung dan mata Doyeon berkedip-kedip. Yoojung mengiyakan saja permintaan sahabatnya itu. Yoojung diseret Doyeon dalam pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Kedua sahabat ini dengan riang mengerjakan tugasnya, sehingga tak disangka waktu berlalu.

“Gomawo…Yoojung-ah….” Doyeon memeluk sahabatnya. “Eo! Bagaimana kalau pulang nanti kita makan di kedai biasanya?” usul Doyeon.

“Oke. Tapi…kamu yang mentraktirku ya?”

“Siap!” doyeon memberi hormat, kemudian mereka tertawa bersama.

~ ~ ~ ~ ~

“Kau sedang apa nenek Yoojung?” Tanya nenek, tetangga sebelah, nenek Minwoo.

“Aku sedang mempersiapkan pernikahan Yoojung.” Nenek Yoojung tak hentinya tersenyum.

“Omo! Yoojung akan menikah? Itu yang membuat hatimu senang?” nenek Minwoo terkejut serta gembira.

“Ye. Awalnya aku takut kalau Yoojung akan menolak.” Wajah nenek Yoojung berubah muram.

“Apakah Yoojung menolaknya?” Tanya nenek Minwoo penasaran.

“Kalau Yoojung menolak, apakah aku akan tersenyum selebar ini?”

“A…benar. Aku turut bahagia mendengar pernikahan ini. Pria mana yang akan mendapatkan oori Yoojung?”

“Dia cucu dari sahabatku.”

“Cucu sahabatmu?” nenek Minwoo mencoba mencerna perkataan itu “Apakah ini perjodohan?” nenek Yoojung mengangguk mengiyakan. “Apakah kau yakin dia pria baik?”

“Aku yakin.” Dengan senyum lebar Nenek Yoojung menjawabnya, tegas dan mantab.

`~ ~ ~ ~ ~

Dua minggu… Tiga minggu… Empat minggu…
Yoojung yang sudah rapi terus mondar-mandir di kamarnya, terkadang ia duduk didepan meja riasnya, bukan untuk berdandan tapi untuk menghafalkan dialog.

“Aaaaahhhhh….” Yoojung meremas rambutnya sendiri, frustasi. “Kenapa tidak bergerak sedikitpun?” rengek Yoojung. “Aku ingin menghentikan waktu,” Yoojung melihat jam dinding “Apa dia tidak bilang pada Presdir?” Yoojung memincingkan matanya.

“Yoojung-ah....” nenek Yoojung memanggil.

“Ye!” Yoojung semakin gusar.

“Apakah kau sudah siap?” Tanya nenek di depan pintu kamar Yoojung.


“Ye! Aku akan segera keluar nek.” Yoojung kemudian merapikan dandannya sekali lagi dan mencoba tetap tersenyum.

bersambung...

Jumat, 29 Juli 2016

(ori) BE MY WIFE part 3





3.

Keadaan berubah 180 derajat, mulai mencekam bagi Yoo jung. Ia ingin itu hanyalah mimpi dan ia bangun dengan keadaan yang lebih normal. Seseorang yang ditunggu sudah datang dan sudah duduk bersama-sama dengan mereka. Nyonya Min ji meminta nenek untuk mengeluarkan benda yang sudah mereka simpan masing-masing. Kotak yang sama persis dengan isi yang berbeda ukuran. Itu adalah…cincin. Milik nyonya Min ji ukurannya lebih kecil dari milik nenek.

“Perjanjian yang kami buat.” Nyonya Min ji mulai angkat bicara. “Pernikahan.”

Yoo jung merasa mendengar gemuruh yang dahsyat saat nyonya Min ji menyebutkan kata “Pernikahan.”. Siapa yang akan menikah? Batin Yoo jung. Ia memandang orang yang ada di depannya, yang hanya diam saja bahkan matanya tertunduk. Tidak peduli, kata itu yang tersirat diwajah orang yang dipandang Yoo jung.
Kedua wanita baya itu meminta agar cucu mereka menikah. Nyonya Min ji menyuruh cucunya untuk memberikan kotak yang berisi cincin itu pada Yoo jung begitu pula sebaliknya. Didepan nenek mereka, kedua cucu itu memakai cincin. Yoo jung sempat menoleh pada nenek, ragu untuk melakukan hal itu. Tapi wajah nenek begitu gembira, setelah cucu nyonya Min ji dengan mantab memasangkan cincin yang disodorkan Yoo jung.
Pertemuan antara kedua teman karib dan cucu mereka berlangsung membahagiakan, khususnya untuk kedua nenek. Yoo jung dan nenek diantar pulang oleh Nyonya Min ji dan cucunya.

“Chang kyun-ah…” nyonya Min ji memanggil cucunya. Nah, orang tersebut yang membuat Yoo jung sedikit gemetar takut. Yoo jung merasa terintimidasi berada bersama-sama dengannya. Bagaimana tidak, ternyata teman neneknya adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Dan Yoo jung hanya pegawai yang tarafnya biasa-biasa saja, bagaimana tidak biasa, karena dia hanyalah tukang bersih-bersih.
Chang kyun, cucu nyonya Min ji yang memegang kemudi, Yoo jung duduk disampingnya, neneknya dan nyonya Min ji duduk dibelakang. Dalam perjalanan pulang mengantar Yoo jung dan nenek, Yoo jung sama sekali tak bergerak, bahkan ia takut untuk menelan ludah. Berbeda dengan nenek-nenek yang ada dikursi belakang masih saja mengenang masa lalu mereka serta bahagia karena cucu mereka sama sekali tidak melakukan perlawanan.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti setelah beberapa saat Yoo jung memberitahu arah dengan terbata-bata karena tenggorokannya kering. Driver segera keluar untuk membukakan pintu, pertama ia membukakan pintu untuk Yoo jung kemudian untuk nenek. Yoo jung dan nenek mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Sampai di rumah Yoo jung tidak mengucapkan apa-apa pada neneknya, ia langsung masuk ke kamar. Yoo jung disanapun tidak bisa tidur, matanya seakan tak mau terpejam, ia memandangi cincin yang ada ditangan kirinya.

“Halmeoni…” panggilnya didepan pintu kamar nenek, tak berapa lama nenek keluar. Mereka sudah duduk bersama-sama, seakan tahu, nenek juga tidak tidur dan menunggu cucunya bertanya.

“Mianhae Yoo jung. Pasti tadi sangat mengejutkanmu?”

“Nek, aku berharap nenek bilang itu hanya mimpi.” Yoo jung lelah. Nenek kemudian menceritakan kisahnya pada Yoo jung, pertemanannya dengan Nyonya Min ji. Sampai dimana mereka membuat perjanjian untuk menikahkan anak-anak mereka. Tapi hal tersebut tidak bisa terlaksana karena, anak-anak mereka laki-laki. Dan takdir membuat Nyonya Min ji lebih merana karena anak laki-laki semata wayang sakit kemudian meninggal. Suaminya pengusaha dan nyonya Min ji berjuang untuk bertahan, yang nenek tahu bahwa teman karibnya itu mengapdosi dua anak laki-laki, yang sekarang menjadi cucu nyonya Minji.
Nenek juga bercerita bahwa beberapa minggu yang lalu nenek mengunjungi Nyonya Min ji di rumah sakit. Yoo jung terkejut karena nenek tidak memberitahu Yoo jung, ia kawatir kalau-kalau nenek terjadi sesuatu. Nyonya Min ji ingin tetap menjadi keluarga dengan nenek Yoo jung melalui pernikahan, itu adalah keinginan Nyonya Min ji. Teman nenek yakin bahwa keturunan dari nenek Yoo jung akan mempunyai sifat seperti neneknya.

“Nenek sangat berharap, kau bisa mengabulkan keinginan nenek.”

“Sebenarnya aku ingin marah padamu nek…” kata Yoo jung dengan nada sedih.

“Yoo jung-ah…cucuku…aku percaya kau akan bahagia.” Kemudian Yoo jung mendekat pada nenek dan memeluknya.

Aku bukan siapa-siapa…aku hanya manusia kecil…aku tidak ingin berharap terlalu banyak..Aku juga ingin membahagiakanmu…nenek.

~ ~ ~ ~ ~

“Apa kau menyesal dengan keputusanmu?” Tanya Nyonya Minji pada cucunya diruang kerja pribadinya.

“Aku tidak mengucapkan apa-apa.”

“Kau memang tidak mengucapkannya, tapi raut wajahmu mengucapkannya.” Sorot mata kesal pada cucunya “Ini adalah konsekuensi, jika kau ingin meraih segalanya. Dan selama aku masih hidup, kendali masih ada ditanganku. Apa kau sanggup bertahan?”

“Nenek akan melihat semuanya.” Chang kyun berbalik dan akan beranjak pergi.

“Aku tidak suka dengan wanita itu.” Langkah Chang kyun terhenti mendengar ucapan nenek. “Dia tidak serasi denganmu, untunglah dia menolak lamaranmu.”

“Apakah nenek berbuat sesuatu padanya?” Chang kyun berbalik dan bertanya dengan gusar.

“Aku bukan orang yang seperti itu. Jika aku mau, aku sudah menyingkirkannya sejak dulu. Nenekmu pernah muda, untuk apa berbuat seperti itu. Karena dia menolakmu, maka aku memberanikan diri untuk memberikan warisan ini padamu.”

“Dan jika dia menerima lamaranku?”

“Hehehehe.” Senyum nenek seakan mengejek. “Aku tidak yakin dia akan merubah jawabannya. Dan jika itu terjadi, aku akan merubah pilihanku juga. Chang kyun-ah, aku nenek yang membesarkanmu, aku tahu kau sejak aku memilihmu.”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo jung-ah…” Do yeon memanggil Yoo jung “Yoo  jung-ah….Yoo jung….” Menggoyang-goyangkan telapak tangan didepan wajah Yoo jung. “Yah! Choi Yoo jung!” bentak Do yeon kesal, Yoo jung tersentak kaget.

“Do yeon-ah….aku belum mau masuk rumah sakit, dan aku tidak tahu apakah ada pendonor jantung untukku….” Ucap Yoo jung tidak ada kekuatan sambil mengelus dadanya, terkejut.

“Hari ini kau benar-benar aneh, apa kau sakit?”

“Aku ingin sekali bisa sakit.” Yoo jung ngelantur. Do yeon hanya melongo mendengar jawaban sahabatnya. “Do yeon-ah, aku ingin pergi sebentar.” Menyerahkan alat pel pada Do yeon.

“Yah! Inikan perkerjaanmu!” teriak Do yeon sesudah melihat kepergian Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung memberanikan diri untuk menemui Nyonya Minji di ruangannya. Walaupun awalnya langkahnya ragu-ragu kemudian ia melanjutkannya. Dan akhirnya hanya berhenti di lorong ia mengintip, ragu-ragu apakah nantinya ia diperbolehkan bertemu dengan pemilik perusahaan.

Mohon ada keajaiban… Yoo jung berdoa. Setelah selesai berdoa Nyonya Min ji keluar dari ruangannya bersama dengan sekretarisnya. Yoo jung tak melewatkan kesempatan ini, ia meluncur.

“Permisi. Bolehkah saya bicara sebentar dengan anda Presdir?” Yoo jung sudah membungkuk dihadapan Nyonya Minji, karena malu atau takut ditolak.

“Ye. Araseo.” Ternyata Nyonya Minji memberikan ijin padanya untuk berbicara diruanganya, bicara empat mata.
Yoo jung dipersilahkan duduk oleh nyonya Minji, Yoo jung menolak karena ia tidak pantas. Tapi Nyonya Minji mengancam keluar jika Yoo jung tidak mau duduk dengan nyaman. Nyonya Minji menunggu Yoo jung untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan, tapi Yoo jung hanya meremas-remas jemarinya.

“Jwisonghamnida Presdir.” Kembali Yoo jung membungkuk. Akhirnya sebuah kata keluar dari mulutnya, setelah ia duduk dan meremas-remas jemarinya. “Saya tahu ini akan mengganggu jadwal anda, tapi tolong dengarkan saya sebentar.”

“Apa yang ingin kau katakan?”
Yoo jung menelan ludahnya dan memberanikan diri berbicara pada Nyonya Minji. Ia menolak dengan halus pertunangannya dengan cucunya, yang adalah Direktur baru.

“Maaf, saya rasa ini seharusnya kita hentikan.”

“Kenapa?”

“Saya rasa, Anda salah memilih orang. Saya tidak cocok menjadi cucu menantu anda.”

“Bagaimana kau tahu kalau itu cocok atau tidak?”

“Kita berbeda, Nyonya Min ji. Saya tidak mau anda mendapat malu, karena saya tidaklah serasi dengan keluarga anda.” Yoo jung mencari kata-kata yang halus dan mudah dimengerti, bahwa status mereka berbeda. Pikir Yoo jung itu adalah alasan yang kuat.

“Hehehehehe. Jadi kita harus mengakhiri ini?”

“Ye.”

“Araseo.” Nyonya Minji mengangguk-angguk

~ ~ ~ ~ ~

Chung ha sunbae mencari Yoo jung tapi tidak menemukan dan ia bertanya pada Do Yeon.

“Hari ini Yoo jung aneh,” membayangkan kejadian bersama Yoo jung “Ia melamun terus.”

“Apakah sedang ada masalah dengan percintaannya?”

“Hei?!” Do yeon menoleh ke Chung ha dengan alis bertaut. “Cinta? Dengan siapa?”

“Memang aku tahu dengan siapa? Kau kan sahabatnya kenapa kau Tanya padaku.” Chung ha sewot, gentian merengut kesal.

“Aku tidak pernah tahu Yoo jung punya kekasih, kecuali orang brengsek itu.”

“Breng-sek. Noogoo?”

“Aku tidak mengerti apa yang ia suka darinya?”

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung tidak ingin melakukan hal yang sulit bagi dirinya. Tapi ini tetap harus ia tempuh, demi kelangsungan hidupnya. Yoo jung berdehem sebelum ia benar-benar mengeluarkan suara dari tenggorokannya yang kering, walaupun ia sudah meneguk air berulang kali.

“Jwisonghamnida. Saya tidak pantas menemui anda, Direktur.” Yoo jung memberanikan diri memberikan pesannya kepada Sekretaris Direktur untuk disampaikan pada Chang kyun. Dan herannya, ternyata Chang kyun mau menemui Yoo jung ditempat yang Yoo jung beritahukan dalam pesannya.
“Saya rasa anda tahu maksud dari pertemuan ini?”


“Intinya?” Tanya Chang kyun dengan nada tegas membuat Yoo jung gemetar.

bersambung

Selasa, 05 Juli 2016

(ori) BE MY WIFE part 2

2

“Ya baiklah kalo begitu, kita akan bertemu lusa. Aku tahu kau rindu padaku, baiklah araseo araseo. Sampai jumpa.” Nenek menutup teleponnya.

“Noogooseyo?” Tanya Yoo jung sambil mempersiapkan sarapan.

“Teman lama nenek, dia ingin bertemu dan menagih janji pada nenek.” Nenek tersenyum bahagia.

“Apakah teman akrab?”

“Lebih dari itu…kita seperti saudara…” senyumnya bertambah lebar saat menceritakan kedekatan dengan teman akrabnya.

~ ~ ~ ~ ~

“Chani-ya, boosoonindae?” Tanya Yoo jung yang saat itu sudah berada diluar gedung kantor bersama seorang pria. Perawakan pria itu kurus tinggi dan kulitnya putih, wajahnya pun tampan.

“Jagiya, mianhae,,” tiba-tiba memeluk Yoo jung, “Bolehkah aku meminta tolong padamu?” yang dipeluk hanya mengangguk-angguk saja. “Aku ingin kau meminjamiku uang 500.000 won.” Ucapnya setelah melepas pelukannya.

“Ye?!”

“Jagiya…jebal..aku benar-benar membutuhkannya..” pria itu menggenggam tangan Yoo jung dengan penuh memohon. Yoo jung ragu, karena uang itu begitu besar untuknya.

“Chani-ya, bukan aku bermaksud…”

“Apakah kau ragu padaku?” potong pria yang bernama Chani itu sebelum Yoo jung selesai bicara.

“Chani,,,tapi maaf, uang yang kau pinjam 100.000won kemarin…”

“Yoo jung-ah, apa kau tidak yakin padaku?” pria itu terlihat frustasi dengan jawaban Yoo jung.
Tak berapa lama karena pria itu terus menyakinkan Yoo jung akhirnya dia mendapat apa yang ia inginkan. Dan tersenyum lebar saat Yoo jung menyerahkan uang 300.000won padanya. Pria itu berjanji akan segera mengembalikannya, dan tak lupa untuk memeluk Yoo jung lagi.
“Yoo jung-ah, gomayo, muach…” Cani memberikan kiss bye dengan genit.

Yoo jung kembali ke tempat kerja, dan langsung dihadang oleh Do Yeon yang ingin tahu kemana perginya Yoo jung. Yoo jung menceritakan bahwa ia bertemu dengan Chani dan menolongnya dengan meminjami uang 300.000won.

“Mwo?! Wae?! Kenapa kau meminjaminya hah?!” Do Yeon melotot tak percaya. “Yoo jung-ah…apakah kau masih punya perasaan padanya?” mata Do Yeon mulai menyipit dan menyelidik.

“Mwolayo. Aku hanya kasihan padanya.”

“Sepertinya kau tidak kasihan, tapi kau masih peduli padanya.”

“Do Yeon-ah, kenapa kau tidak suka dengan Chani, hah?”

“Dia itu pria tengik.” Jawab Do Yeon sambil mendekatkan mukanya ke muka Yoo jung, kemudian pergi.

“Yah! Do yeon-ah, kau belum mengenalnya.” Yoo jung membela Chani, Do yeon hanya melambaikan tangannya keatas tanpa menoleh kearah Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Yoo jung membeli sesuatu di mini market sebelum ia pulang. Ia melihat penjaga kasir sedang menolak pelanggan, Yoo jung mendekat ingin tahu. Ternyata pelanggan tersebut lupa membawa dompet dan pejaga kasir pun juga tak berani memberikan barang yang ingin dibeli oleh pelanggan. Akhirnya Yoo jung menolong pelanggan tersebut dengan membayari belanjaannya.

“Permisi, bagaimana cara anda pulang?” Yoo jung mengantar pelanggan yang dibantunya di mini market tadi sampai di pinggir jalan.

“Aku akan jalan kaki saja.”

“Mwo?!” Yoo jung terkejut. “Dimana alamat anda? Aku akan memesankan taxi dan membayarkannya untuk anda?” Yoo jung peduli.

“Gwaenchana. Aku tidak mau berhutang lagi padamu nak…” ucap pelanggan itu menenangkan.

“Anda sepertinya sakit? Tidak seharusnya anda berjalan kaki.”

“Apakah kau bekerja di Gaeri Coorporation?”

“Kenapa anda bisa tahu?” Yoo jung terheran.

“Nametag-mu masih kau pakai.” Pelanggan itu tertawa.

Akhirnya karena paksaan Yoo jung, pelanggan itupun dipanggilkan taxi dan membayarinya sampai tujuan.

“Aku akan membalas kebaikanmu nantinya.” Ucapnya sebelum berpisah dengan Yoo jung.

~ ~ ~ ~ ~

Ki Hyun menunggu neneknya tiba di rumah dengan cemas, tak berapa lama nenek datang.

“Halmeoni, darimana saja?” bertanya penuh rasa kawatir.

“Tidak perlu cemas, aku hanya perlu berjalan-jalan sebentar. Aku tidak tahan dengan bau rumah sakit.” Berjalan melewati Ki hyun.

“Halmeoni, apa yang anda bawa itu?” melihat bungkusan plastic yang dibawa nenek.

“Aku perlu shopping…” ucapnya dengan nada centil. “Ki hyun-ah, dimana adikmu?”

“Chang kyun? Dia mencari nenek di sekitar rumah sakit.”

“Adikmu babo. Sudahlah…”  mengibas-ngibaskan tangannya tanda tak peduli. “Terserah. Dan kau Ki hyun-ah, beritahu adikmu untuk segera pulang. Aku lelah dan ingin beristirahat.”

“Ye. Halmeoni.”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo jung-ah, apa yang kau lakukan nanti malam?” Tanya Do yeon waktu mereka berada di ruang loker.

“Emmm….nanti malam,,,” Yoo jung mencoba mengingat. “Eo! Nanti aku akan menemani nenek untuk bertemu dengan teman lamanya.”

“Reuni?”

“Aku tidak tahu pasti, mungkin saja. Dan kau bisa bayangkan kumpulan orang-orang yang sudah berumur membicarakan masa kecil mereka? Pasti sangat seru.. aku juga sudah lama tidak membawa nenek jalan-jalan.”

“Yah! Kalian masih asyik mengobrol disini.” Chung ha datang.

“Chung ha sunbae, wae-yo?”

“Kenapa kalian tidak bergegas?”

“Chung ha sunbae, liatlah jam,  menunjukan waktu jam kerja kita masih lima belas menit lagi.” Do Yeon menunjuk kearah jam dinding.

“Bukankah lebih cepat lebih baik?” Chung ha tersenyum malu. “Yah, nanti malam kita keluar, bagaimana?”

“Yoo jung tidak bisa ikut bersama dengan kita. Karena Yoo jung harus menemani neneknya reunion.” Do yeon menjelaskan, Chung ha mendengus kecewa.

“Mian…” ucap Yoo jung pelan.

~ ~ ~ ~ ~

Nenek Yoo jung sudah rapi berdandan begitupun Yoo jung. Nenek meminta Yoo jung berdandan sesopan dan secantik mungkin, karena nenek ingin memperkenalkannya pada teman karibnya. Bahkan Yoo jung berfikir, apakah neneknya akan memperkenalkannya pada teman karibnya. Dalam bayangan Yoo jung teman karib neneknya adalah seorang pria yang seumuran dengan neneknya. Tapi tidak mungkin nenek setega itu padanya, pada cucu kesayangannya. Pikiran itu ditepis oleh Yoo jung, karena itu bukan sifat dari nenek.
Yoo jung dan nenek naik transportasi umum karena biaya lebih irit, untuk menuju tempat pertemuan. Mereka turun dihalte terdekat dari tempat pertemuan kemudian berjalan kesebuah restoran. Restoran itu sederhana dan saat masuk ke dalam pun kebanyakan pelanggan yang berkunjung seusia dengan nenek. Yoo jung berfikir mungkin ini tempat favorit neneknya waktu muda. Karena neneknya asli orang kota setelah menikah dengan kakek, nenek hidup di desa.
Nenek melayangkan pandangannya mencari sosok yang ia cari, tepat disudut restoran ia menemukannya. Nenek dan Yoo jung mulai menuju sudut restoran, orang yang menunggu berdiri menyambut mereka. Nenek dan teman karibnya berpelukan untuk melepaskan rindu. Yoo jung menghela nafas lega karena fikirannya itu tidak benar, teman nenek adalah seorang wanita yang usianya juga tidak jauh dari nenek Yoo jung. Yoo jung membungkuk memberi salam pada teman nenek.

“Eo, bukankah kau…?” teman nenek terkejut mengenali Yoo jung. Yoo jung pun juga ikut mengingat.

“Eo… anyeonghaseyo.” Yoo jung kembali membungkuk setelah mengingat.

“Eonni. Ini adalah cucumu?”

“Ye. Ini cucu kesayanganku.” Bangga memperkenalkan.

“Dia sangat baik hati.”

“Tentu saja. Tapi darimana penilaianmu?”

Ternyata teman nenek Yoo jung adalah pelanggan yang dibantu oleh Yoo jung di mini market. Teman nenek, Min ji, karena Yoo jung mendengar nenek memanggilnya nama. Nyonya Min ji menceritakan pertemuannya dengan Yoo jung secara tidak sengaja dan Yoo jung membantunya untuk membeli barang yang ia butuhkan.
Mereka bercerita dengan asyik, sambil menunggu pesanan datang. Benar yang difikirkan Yoo jung, bahwa tempat itu adalah tempat favorit mereka bertemu waktu muda.

“Dan aku ingin berbicara serius sekarang.” Ucap Nyonya Min ji. “Apakah eonni lupa dengan janji yang dulu kita buat?”

“Aniya. Tentu saja aku ingat janji itu.”

“Aku tidak pernah menganggap janji yang kita buat dulu adalah suatu hal untuk bermain-main.” Nyoya Min ji mengucapkan dengan tegas. “Aku ingin kita mewujudkannya sekarang, karena aku merasa aku sudah tua, dan aku takut aku tidak bisa menikmati waktu yang indah.” Nyonya Minji sangat mengharapkan sesuatu. “Tapi, kita harus sebentar menunggu, karena anak nakal itu belum datang juga.”

Anak nakal? Apa maksudnya? Kenapa harus ada anak nakal dalam pembicaraan nenek dan nyonya Min ji? Yoo jung bertanya-tanya dalam hati.

“Anyeonghaseyo. Jwisonghamnida…saya terlambat.” Suara seseorang yang sudah ditunggu. Membuat ketiga wanita itu menoleh ke arah datangnya suara. Nyonya Min ji tersenyum, nenek Yoo jung membungkuk membalas ucapan salamnya. Mata Yoo jung membulat terkejut dan tak percaya melihat orang yang berdiri tegak.


bersambung...

Selasa, 07 Juni 2016

(ori) BE MY WIFE part 1





Cast :   Choi Yoo Jung           (I.O.I, Produce 101)
            Im Chang Kyun         (Monsta X)
            Yoo Ki Hyun             (Monsta X)
            Kim Do Yeon            (I.O.I, Produce 101)
            Yoo Yeun Jung          (I.O.I, Produce 101)
            Chani                         (Neo School)
            Chung Ha                  (I.O.I, Produce 101)
            Shownu                     (Monsta X)
            Min Hyuk                  (Monsta X)
            MJ                             (Astro)

Genre :            Roman, Family, Friend, Adult




1.

Pulsanghae…mengapa cinta setulus itu ditolak? Batinnya dalam hati, sedang mendengarkan pernyataan cinta seorang laki-laki pada wanita pujaannya. Jika aku yang dibegitukan, aku tidak akan menyia-nyiakannya. Mulai berkhayal, bahkan ia lupa apa yang seharusnya ia kerjakan.
Tiba-tiba bunyi langkah suara mendekat ke arahnya, ia mulai tersentak dan gugup. Tanpa pikir panjang ia mulai berlari kecil karena takut ketahuan kalau dia menguping pembicaraan sepasang kekasih itu. Dan tanpa sengaja ia menendang ember yang berisi air sehinga menimbulkan suara dan membuat celana juga sepatunya menjadi basah. Tapi ia berhasil menyelamatkan diri, sehingga ia tidak kepergok.

~ ~ ~ ~ ~

“Yah! Yoo jung-ah! Darimana saja kau hah?!” Tanya Chung-ha sunbae. Yoo jung membungkuk meminta maaf. “Cepat kita harus berkumpul, karena kepala Kim ingin memberi pengumuman pada kita.”
Mereka berdua kemudian berkumpul di ruangan pegawai cleaning service. Teman-teman se-profesi dengan mereka sudah berkumpul, dan kepala Kim sudah ada didepan.

“Anak-anak… Cepat! Cepat! Cepat! Atur barisan kalian!” kepala Kim berteriak untuk menertibkan. Sambil membuat barisan, para pegawai wanita itu malah asyik berkasak-kusuk ria. “Yah! Kalian pasti bertanya-tanya.” Pak Kim sepertinya tahu apa yang dikasak-kusukan. “Hari ini, ada Direktur yang mau melihat kita. Ini suatu kebanggaan dan kehormatan untuk kita.” Mukanya semangat walaupun ditahan. “Kita tunggu sebentar, Direktur sedang menuju kemari.”

Tak berapa lama Direktur dan asistennya datang ke ruangan tersebut dan mulai memperkenalkan diri. Pegawai-pegawai itupun semua tersenyum pada Direktur dan mulai saling senggol, mengisyaratkan bahwa Direktur adalah orang yang tampan. Hanya ada sepasang mata yang terpana dan belum berkedip.

“Yoo jung-ah..” bisik Chung-ha pada hoobae-nya. “Berkediplah.” Kemudian ia tersadar dengan kata-kata sunbae-nya dan tertunduk. Mereka ada dibarisan depan, jadi dengan sangat jelas sekali bertatapan dengan Direktur baru.

Direktur itu melangkah tepat di depan Yoo jung, dan berkata, ”Anda sudah bekerja dengan keras”. Yoo jung masih tertunduk dan mengikuti teman-temannya yang mengucapkan terima kasih.

~ ~ ~ ~ ~

“Do Yeon-ah,,,” panggil Yoo jung sambil menyuapkan nasi kemulut.

“Wae?”

“Apakah kau tidak merasa bahwa Direktur baru kita menakutkan?” sambil menyendok makan siangnya.

“Ani. Malah sebaliknya..wajahnya sangat tampan dan so manly.” Dengan mulut penuh nasi.

“Yah! Apa yang kalian gosipkan hah?!” Tanya Chung Ha yang baru datang dan ikut bergabung dengan Yoo jung dan Do Yeon. “Apa kau tahu Do Yeon-ah? Yoo jung tadi tidak berkedip melihat Direktur baru kita.” Chung ha membuka bekalnya.

“Ye. Araseo sunbae.” Terkikik. “Kalau bukan sunbae yang menyadarkannya, aku yang akan memukul kepalanya. Itu sangat memalukan sekali.” Menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Jika kau menyukai Direktur baru kita, jangan terlalu kau perlihatkan dengan nyata.”

“Ani! Aniya! Kalian tidak tahu saja!” Yoo jung reflex berdiri dan membantah dengan keras, ia ngambek dan merengut kesal.

“Tahu apa hah?!” Tanya sunbae-nya ingin mendengar lanjutan dari Yoo jung, tapi Yoo jung tidak melanjutkannya.

Kalian tidak tahu saja, kata-kata tadi bukan untuk kalian….tapi...

~ ~ ~ ~ ~

“Anyeong… hyung…” menjabat kemudian memeluk saudarannya dengan penuh rasa rindu.

“Ottae?” mereka duduk santai.

“Yah…beginilah… aku minta bimbinganmu hyung…” tersenyum.

“Mungkin aku yang harus meminta bimbinganmu, karena jam terbangmu lebih banyak dariku.” Tertawa.

“Itu tidak sama dengan di Korea, hyung. Semoga kita bisa bekerja sama. ”

“Semoga.” Mereka kemudian melakukan toast dan minum.

~ ~ ~ ~ ~

Mobil mewah berwarna hitam itu melaju kencang, bak pembalap F1 Michael Sumaker. Menerobos jalanan yang saat itu lumayan senggang, dengan gesit membalap mobil-mobil didepannya. Kemudian berbelok masuk ke kawasan rumah sakit, memarkir dengan cekatan dan tepat, layaknya orang yang sangat ahli.
Pengemudi itu keluar dengan tergesa-gesa dan terus saja melangkahkan kakinya masuk ke rumah sakit dan segera menuju kamar VVIP yang sudah tersedia dirumah sakit tersebut. Langkahnya terhenti ketika ia tiba didepan pintu salah satu kamar VVIP. Pelan-pelan ia membuka pintu tersebut dan masuk dengan langkah yang lembut, sama sekali berbeda dengan tadi. Ia mulai mendekati ranjang, dan mencoba melihat apakah si pasien tidur atau terjaga.

“Kau sudah datang?” ia sedikit terkejut dengan suara itu.

“Ye halmeoni, aku datang.” Jawabnya sambil mendekat pada pasien.

“Nenek ingin bicara padamu.” Pasien itu membuka matanya.

~ ~ ~ ~ ~

“Halmeoni…aku pulang.” Dengan semangat Yoo jung memberitakan bahwa dirinya sudah pulang. Dan disambut dengan senyum neneknya yang mengembang penuh rasa terima kasih, cucu satu-satunya selamat sampai rumah.
Rumah yang Yoo jung tinggali bersama dengan neneknya itu adalah rumah yang kecil dan sudah menjadi hak milik dari Yoo jung, boleh dikatakan warisan. Orang tua Yoo jung meninggalkannya sejak ia masih duduk dibangku sekolah dasar, dan neneknya yang dari desa pindah ke kota untuk mengurus Yoo jung. Maka Yoo jung juga menganggap neneknya itu sebagai orang tuanya. Nenek Yoo jung sangat takut saat Yoo jung terdiam, karena saat hari perkabungan orang tuanya Yoo jung kecil tidak menangis sama sekali, bahkan untuk usia yang sudah mengerti apa arti kematian.

“Kau sudah pulang?”

“Ye. Halmeoni, apakah membosankan di rumah sendirian?”

“Ani. Nenek tidak bosan sama sekali, karena nenek menunggumu pulang dengan sabar.” Menepuk pipi cucunya dengan lembut.

“Halmeoni, aku lapar, apakah ada nasi untukku?” bertanya dengan mimic muka manja.

“Selalu ada nasi untuk cucuku tersayang.”

“Jeongmal? Karena aku sudah membeli lauk untuk kita. Hari ini aku tidak ingin memasak, dan asal halmeoni tahu…ini aku beli dari restoran yang baru saja buka dengan harga promo…” Yoo jung berceloteh panjang lebar dan nenek dengan senang hati mendengarkan.

~ ~ ~ ~ ~

Nenek sudah duduk diatas ranjangnya dan si penjenguk duduk dikursi sebelah ranjang pasien.

“Ada hal penting yang ingin nenek beritahukan padamu Chang kyun-ah.” Cucunya mendengarkan dengan seksama “Nenek ingin memberikan warisan nenek padamu.”
Seketika itu juga Chang kyun menatap neneknya, tak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Halmeoni, apa yang halmeoni bicarakan? Warisan apa? Nenek masih hidup dan tidak perlu membicarakan hal yang tidak masuk akal.” Chang kyun gugup.

“Tidak selamanya nenek akan ada di dunia ini.” Menatap Chang kyun dengan tegas “Aku tahu kerja kerasmu diluar negeri. Dan aku juga tahu bahwa kau sangat menginginkan bagian yang lebih besar dari hyung-mu.” Sorot mata nenek mengisyaratkan bahwa tidak ada yang tidak ia tahu. “Jika kau ingin mendapatkannya. Kau harus menikah Chang kyun-ah.” Perkataan nenek menggelegar ditelinganya.

“Halmeoni, kenapa tidak Ki Hyun hyung saja yang melakukannya?”

“Wae? Apa kau tidak bisa melakukannya?” nenek menyunggingkan senyum. “Kau adalah cucu yang ku pilih untuk meneruskan perusahaan. Tidak ada orang yang bisa mengubah keputusanku.”
“Kau dan Ki Hyun adalah orang yang sama. Kalian bukan cucu kandungku. Dan itu bukan rahasia lagi. Jika kau ingin bagian yang lebih besar, maka kau bisa menandatanganinya untukku.” Nenek menyodorkan sebuah dokumen pada Chang kyun. “Tanda tanganilah dokumen itu, maka semua akan menjadi milikmu.”

“Halmeoni, ini bukanlah hal yang benar.” Chang kyun sedikit goyah dalam nada suaranya sambil menatap dokumen yang dipegangnya.

“Aku tahu, kau menginginkannya. Apa kau merasa sungkan dengan hyung-mu?” Chang kyun terdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari nenek. Tidak memungkiri ada rasa sungkan dalam dirinya. “Chang kyun-ah, Ki Hyun sudah menemukan keluarganya. Bisnis ayahnya berjalan dengan lancar. Secara hukum, Ki Hyun sudah berkumpul dengan keluarganya, keluarga yang sebenarnya.” Nenek menggenggam tangan Chang kyun. “Hanya kau cucu sah nenek, sah secara hukum. Karena nenek tidak punya pewaris maka kau satu-satunya harapan nenek. Dengan kondisi seperti ini, banyak pemegang saham yang akan memulai aksi mereka. Jika aku tidak mewariskan pada kau maupun Ki Hyun maka mereka akan berebut.”
Chang kyun teringat, bahwa ia bukanlah cucu nenek yang sebenarnya. Ia diangkat oleh nenek sebagai cucunya, sesaat setelah kecelakaan yang ia alami bersama dengan orang tuanya, dan hal itu menyebabkan orang tua Chang kyun meninggal. Nenek membawanya pulang ke rumah dan memperkenalkannya pada Ki Hyun yang akan menjadi hyung-nya mulai detik itu. Chang kyun merasa beruntung bisa diadopsi oleh nenek.

“Maukah kau melakukannya untukku?” nenek bertanya dengan penuh harap.

bersambung

Jumat, 08 April 2016

INNOCENT LOVE – ASTRO (translate Bahasa Indonesia)

Hasil gambar untuk astro kpop



INNOCENT LOVE – ASTRO (translate Bahasa Indonesia)

Air mata tidak akan berhenti
Kamu adalah cinta pertamaku
Alasan perpisahan kita adalah karena kamu adalah cinta pertamaku
Tidak melupakan tempat dan janji-janji yang kita buat
Aku tidak bisa melihatmu di sana lagi
Aku tahu…tahu…tahu…
          Aku juga tahu bahwa itu adalah cinta yang tidak bersalah
          Bahkan jika aku muda
          Aku tahu bagaimana rasa sakitnya
          Aku hanya tidak akrab dengan ide ini…putus…
          Kamu adalah cinta pertamaku
          Cinta aku menyesal
          Cinta aku bersyukur
Ini lebih menyakitkan daripada yang aku bayangkan
Aku berdoa untuk kebahagiaanmu
Sambil melihat foto-foto kami
Aku mencitaimu, Aku menghargaimu
Aku minta maaf bahwa kau tidak bisa mengatakan itu
Aku tidak punya hak untuk mengatakan itu
Aku minta maaf
Aku ingin tetap menjadi cinta yang tak bersalah
Kami berdua menyesal
Semua hal yang tidak dapat kita lakukan
Air mata jatuh…jatuh…jatuh…mengalir turun
Meskipun mereka jatuh, aku baik-baik saja
Bahkan jika aku memegangnya…aku bisa melihatmu
          Kenangan tidak akan meninggalkanku
          Kamu adalah cinta pertamaku
          Aku tahu cinta, aku tidak pandai
          Maaf, aku tidak bisa melakukan dengan lebih baik
          Meskipun kita putus, aku berharap kamu tidak akan terluka
          Aku tidak baik…inginkan…tolong…tolong…tolong…
Aku juga tahu bahwa itu adalah cinta yang tidak bersalah
Bahkan jika aku muda
Aku tahu bagaimana rasa sakitnya
Aku hanya tidak akrab dengan ide ini…putus…
Kamu adalah cinta pertamaku
Cinta aku menyesal
Cinta aku bersyukur
Kita menangis bersama
Kita tertawa bersama
Cinta…aku bersyukur…
Kamu adalah cinta pertamaku selamanya….
Kamu adalah cinta pertamaku
Cinta aku menyesal
Cinta aku bersyukur
          Aku berharap dan bahagia
          Kamu harus bahagia
          Kamu harus mencintai
          Aku mendoakan hal itu
          Seiring berjalannya waktu
          Aku berharap bisa tersenyum lagi
          Bersyukur untuk cintaku yang sekarang

          Kenangan cinta pertamaku.         

Jumat, 26 Juni 2015

(ori) THIEF OF LOVE part 17





Part 17

Tia sudah berada di rumah sakit, ia juga sudah mendapatkan perawatan.

“Tia-ah…” Melanie mengusap-usap punggung Tia.

“Melanie, aku tidak apa-apa.” Senyum Tia pada sahabatnya berusaha kuat. Kemudian Tia beranjak turun dari ranjangnya.

“Yah!! Oedi ga?” Melanie memegang tangan Tia ingin mencegah.

“Aku ingin ke ruangan Kris oppa.” Tia berjalan sambil membawa infusnya.

& & & & &

Tia duduk disebelah ranjang Kris, dengan diam ia memperhatikan Kris yang masih terbaring, Kris belum sadar dan tangan kirinya dibalut perban.

Oppa…mianhae…cepatlah bangun… ucap Tia dalam hati sambil menggenggam tangan kanan Kris.

“O.. Anyeonghaseyo Presdir.” Sapa Melanie yang saat itu bertemu dengan Presdir di depan kamar rawat Kris. Dengan isyarat jari telunjuk yang menempel dibibirnya, meminta Melanie untuk tidak bersuara terlalu keras. Kemudian mengisyaratkan supaya Melanie untuk ikut dengannya.

& & & & &

Melanie dan Presdir sudah duduk di cafeteria rumah sakit.

“Kau dan Tia, sudah lama menjadi teman?”

“Ye. Kami berteman sudah sejak kecil Presdir.”

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa hal itu bisa menimpa Kris dan Tia?” Tanya Presdir ingin mengetahui cerita yang sebenarnya.

“Eeemmm…” Melanie sedikit ragu untuk menceritakan.

“Aku tidak akan menghukummu jika kau bercerita.”

“Jwisunghamnida..Presdir…”

“Ceritakan saja…tidak apa-apa…”

“Waktu itu….” Melanie mulai menceritakan kejadian tersebut.

& & & & &

“Apa kau sudah menengoknya?” Tanya Xiu Min pada Lay.

“Hyung, bagaimana aku bisa masuk ke kamarnya, hah?” tangannya bersedekap. “Tia-si masih ada di kamar Kris hyung, dan aku tak berani masuk, kau tau hyung,,,?” tiba-tiba Lay berbalik ke arah Xiu Min dengan tatapan aneh.

“Tau apa hah?!” Xiu Min merasa risih dilihat seperti itu. “Kau membuatku takut.”

“Tia-si memandang Kris hyung dengan tatapan yang sangat dalam…” Lay memperagakannya dengan menatap mata Xiu Min dalam-dalam. “Kalo seperti itu, aku tidak mau mengganggu mereka berdua.”

“Dasar kau ini…” Xiu Min melayangkan tangannya seakan ingin memukul Lay. “Apa Kris sudah sadar?”

“Yang ku tahu, Kris hyung belum sadar, setidaknya sebelum aku kembali kesini.”

& & & & &

Tia tidur di samping Kris terbaring dengan menelungkup, sebuah tangan membelai rambut Tia, tapi sepertinya Tia benar-benar terlelap. Jam sudah menunjukkan pukul satu, sejak dari Tia bangun dan tahu kalo Kris belum sadar, Tia dengan sabar menunggu di samping ranjang Kris.
Kris oppa…ireona… Tia mengginggau dengan pengucapan yang jelas. Rambut Tia dibelai lagi…dalam ruangan yang tidak begitu terang, tampak semburat senyum diwajah tersebut.

& & & & &

“Yah…” tubuh Tia tergoncang. “Yah…” orang itu berusaha membangunkan Tia. “Yah! I-reo-na!” nada suaranya mulai tinggi. Nampak Tia menggeliat, mendengar suara itu. Tubuh Tia sudah tegak, tapi matanya masih terpejam, ia mengucek matanya yang masih terasa berat.
Tia mengerjap-ngerjapkan matanya, ia mulai memfokuskan pandangannya. Nampak satu wajah yang tak asing baginya, tapi wajah itu menunjukan mimik tidaksuka.

“O! oppa?!” Tia terkejut. “Kau sudah sadar?”

“Kau itu yang belum sadar.” Sindirnya pada Tia. “Apa kau tidak punya kamar hah?! Sehingga menganggu pasien lain?!” dibentak begitu Tia hanya tersenyum seperti orang bodoh, kemudian memeluk Kris. Sontak Kris kaget dengan tindakan yang dilakukan Tia tiba-tiba.

“Aku sangat senang kau sadar oppa,,,” ucap Tia masih memeluk Kris. “Gomawo oppa….” Sejenak Kris menikmati pelukan hangat yang diberikan Tia.

“Hyung….anyeong…..” pintu kamar Kris dibuka tiba-tiba bersamaan dengan salam dari Tao, dan Tao kaget melihat Kris dipeluk Tia. “se…..yo…..” Tao terpana masih melanjutkan salamnya.

Tao jadi canggung sendiri dengan menggaruk kepalanya tidak gatal, dan menyeringai. Kris juga kaget dengan kehadiran Tao, mata Kris sedikit melotot karena terkejut. Tia kemudian melepaskan pelukannya kemudian berbalik menyapa Tao.

“Tao oppa, anyeonghaseyo…” sapa Tia “Oppa baru saja bangun.” Tia menjelaskan dengan senyum sumringah diwajahnya. “Aku akan keluar, supaya kalian bisa berbicara dengan nyaman.”
“Oppa, aku keluar…” pamit Tia pada Kris, kemudian keluar dari kamar Kris.

“Mwo??!” Tanya Kris sedikit membentak pada Tao, karena Tao menatap dengan curiga sembari tersenyum menggoda.

“Hyung, aku belum bertanya apapun..dan kau sudah memarahiku…” ucap Tao sambil menaruh bawaannya di atas meja samping tempat tidur Kris.

“Kau memang belum bertanya, tapi sorot matamu itu sudah mencurigaiku.”

“Hehehehehe.” Tao terkekeh. “Oya?! Benarkah aku begitu?” Tanya Tao menggoda. “Hyung…ini…” memberikan buah jeruk yang sudah dikupasnya untuk Kris.
“Hyung, asal kau tau saja, aku tidak bisa masuk kamarmu ini,” sambil mengunyah buah jeruk.

“Kenapa?”

“Karena Tia dari kemarin, ia berada di kamarmu, bagaimana aku bisa masuk? Dan lagi pula, Tia menggenggam erat tanganmu.” Tao memegang tangan Kris untuk peragaan. “Mana mungkin aku masuk dan menyuruhnya keluar dari kamarmu. Dan Tia menatapmu dengan rasa bersalah dan penuh rasa terima kasih, itu yang ku lihat.” Cerita Tao panjang lebar.
“Hyung? Hyung?! Kenapa kau melamun, hah?!”

“Aku tidak melamun.” Kris membantah. “Dimana yang laen?” Kris mengubah topic.

“Mereka juga sama, kemarin mereka sudah kemari, tapi mereka juga takut masuk kamarmu karena 1x24jam ada security yang menjagamu.” Jawab Tao sekenanya.

“Tao-yah.., apa Tia dari kemarin ada di kamarku?” Tanya Kris dengan nada hati-hati, Tao hanya menjawab dengan anggukan.

“Setelah kalian diselamatkan oleh petugas, kalian tak sadarkan diri. Tapi Tia sadar lebih cepat, setelah ia sadar bukan mengurus diri sendiri, tapi malah ia bergegas mencari kamarmu dan seharian ia tidak pergi dari sampingmu hyung, itu yang diceritakan Melanie padaku.” Kris mendengarkan dengan baik cerita Tao, dengan mata yang menerawang.

bersambung,,,,,

Rabu, 20 Mei 2015

(ori) THIEF OF LOVE part 16

Part 16

Melanie sudah berjongkok lemas, Tao kemudian menuntun Melanie supaya bisa duduk dengan baik.

“Aku takut oppa, aku takut kalo Tia tidak akan pulang…” Melanie benar-benar mencemaskan teman kecilnya.

“Yakinlah bahwa Tia akan baik-baik saja.” Tao mendekap tubuh Melanie.

“Yah… Tao-ah, Melanie-si, apakah jalan-jalanmu tadi belum cukup? Sehingga kalian harus berpelukan pada jam segini hah?” Tanya Xiu Min asal, waktu mengetahui bahwa Tao belum tidur, dan dibelakang Xiu Min diikuti Lay.

“Hyung, kau jangan sembarangan, Tia tersesat didalam hutan, dan Kris hyung sedang mencarinya sekarang.” Tao menjelaskan dengan nada sedikit sewot.

“Mwo??!!” Xiu Min dan Lay terkejut bersamaan.

& & & & &

Saat kaki Tia berjalan beberapa langkah, ia mendengar suara geraman hewan hutan, dan sontak Tia menjerit ketakutan.
“AAAaaaaaaa……..”
Tia kembali berjongkok dan menutup telinganya, dengan kedua telapak tangannya. Sudah persis seperti buronan yang tertangkap polisi.
“Jangan makan aku….” Ucap Tia lirih dengan gemetar, Tia mengetahui ada suara langkah kaki yang menuju ke arah tempat ia berada. Tia masih menundukan kepalanya diantara tangannya, Tia tidak berani menatap ke arah suara itu berasal. Tia membelakangi asal suara, dan tak sengaja tangannya menemukan suatu benda. Dengan sigap dan keberanian yang dikumpulkan dengan susah payah Tia mengambil benda itu kemudian bangkit berdiri dan mengayunkan benda itu.
Bug!! Benda yang diayunkan adalah ranting yang berukuran diameter empat sentimeter dengan panjang kurang lebih satu meter. Sepertinya benda itu mengenai sesuatu.
“Au!” terdengar suara kesakitan. Tia membuka matanya.

“Oppa!” panggil Tia spontan dan reflex Tia langsung saja mendekap tubuh orang yang tak sengaja terkena pukulannya.

& & & & &

Xiu Min dan Lay mondar-mondir menunggu Kris. Tao tetap berada disamping Melanie, berusaha menenangkan.

“Aku akan menyusul.” Ucap Lay.

“Lay, bukankah kita sudah memberitahukan petugas keamanan, kita tunggu saja mereka.” Xiu Min berusaha menenangkan dan mencegah Lay.

“Jika mereka tidak menemukan Kris hyung bagaimana?” pertanyaan Lay membuat Melanie semakin gusar, Tao yang mengetahui gelagat Melanie kemudian menyanggah.

“Lay hyung, kau ini berkata apa? Mereka pasti akan menemukan Kris hyung dan Tia-si, jangan membuat Melanie semakin cemas.”

“Aku tidak bisa berdiam seperti ini, aku harus ikut mencari Tia.” Melanie ingin ikut mencari Tia.

“Melanie-si, lebih baik kau menunggu, yakin mereka akan menemukannya.” Tao tetap menenangkan Melanie, dan kemudian menoleh ke arah Lay dengan isyarat menyuruh Lay diam. Xiu Min juga ikut memukul kepala Lay pelan, supay Lay tenang dan tidak membuat Melanie semakin cemas memikirkan keadaan temannya.

& & & & &

Tia dengan erat memeluk tubuh Kris, masih dalam keadaan gemetar.

“Gwaenchana….” Ucap Kris menenangkan Tia, Kris merasakan tubuh Tia sungguh gemetar ketakutan. Kris membelai rambut Tia yang basah karena keringat dengan lembut. “Apakah kau bisa berjalan?” Tanya Kris pada Tia yang masih memeluknya, dan dijawab dengan anggukan.

Kris menuntun Tia berjalan ke luar dari dalam hutan, mereka berjalan pelan-pelan. Kris pun juga tak mengucapkan sepatah katapun saat menuntun Tia, Kris merangkul tubuh Tia dengan tangan kirinya dan memegang tangan kanan Tia dengan tangan kanannya.
Tiba-tiba Kris melepaskan rangkulannya dan berjalan mendahului Tia, kemudian Kris berjongkok di depan Tia.
“Naiklah.” Ucap Kris saat ia sudah dalam posisi berjongkok.

“Oppa…”

“Naiklah, maka kita akan cepat bisa keluar bersama-sama dari sini.” Tia akhirnya menuruti perkataan Kris untuk naik ke atas punggungnya. Tia sudah berada pada gendongan Kris, pelan-pelan Kris melangkah dengan hati-hati.

“Oppa…” panggil Tia dengan lemas, dan Kris hanya berdehem menjawab. “Bukankah aku berat?”

“Iya.” Jawab Kris dengan senyum yang tak bakal bisa dilihat oleh Tia, Kris tersenyum karena merasa lucu dengan pertanyaan Tia yang masih bisa berfikir seperti itu disaat seperti ini.

“Kalo begitu akan turun dan berjalan saja…” Tia berusaha turun dari gendongan Kris.

“Yah…kau diam saja, kalo kau tetap ingin turun aku akan meninggalkanmu disini.” Diancam begitu, Tia mengurungkan niatnya untuk turun dari gendongan Kris.
Mereka mulai berada dijalan menurun, saat Kris berjalan tiba-tiba kakinya sedikit tersandung. Kris berjalan dengan hati-hati, ia melanjutkan langkahnya lagi. Tapi memang dasar lagi apes… Kris tersandung lagi dan tergelincir, membuat mereka terjerembab ke semak-semak hampir ke jurang.
Kris dan Tia tergeletak setelah terguling dan mereka merasakan kesakitan, Tia melihat Kris tak jauh dari tempatnya.

“Oppa,,,” Tia merayap-rayap mendekati Kris, Tia mengguncap-guncang tubuh Kris. “Oppa…gwaenchana??” Tia cemas, Kris mengerang dan mulai membuka matanya, kemudian ia pelan-pelan bangkit dan duduk, mencoba mengatur posisinya.

& & & & &

“Kita jangan memberitahu paman.” Xiu Min menyarankan. “Kita tunggu sampai Kris dan Tia ditemukan, baru kita memberitahu paman.”

“Hyung, kenapa begitu?” Lay heran. “Bukankah lebih baik kita beritahu paman secepatnya. Supaya mereka berdua segera ditemukan.”

“Kau benar Lay.” Kemudian Xiu Min memukul kepala Lay dengan bantal. “Apa kau tidak tahu bahwa tadi paman pulang karena ada urusan bisnis, hah?!” Tanya Xiu Min sedikit berteriak.

“Lebih baik kita tunggu satu jam lagi, kalo tidak ada kabar. Mau tidak mau kita harus memberitahu paman, peristiwa ini.” Tao memberikan pilihan yang lain. Lay dan Xiu Min mengangguk menyetujui. Melanie melipat tangannya dengan cemas ia berdoa untuk keselamatan Tia dan Kris.

& & & & &

Kris kesakitan, ia memegangi lengannya yang tadi tidak sengaja terkena pukulan oleh Tia. Tia memanggil nama Kris terus menerus, berusaha mencari tahu Kris masih sadar ato tidak.

“Oppa…Kris oppa…” Tia terus berusaha mengajak Kris bicara, dan akhirnya Kris menyahut dengan suara pelan. Lega hati Tia bahwa Kris masih sadar.
“Oppa…mianhae…karena aku, kau jadi sakit seperti ini. Pasti lenganmu sakit…?” Kris hanya menggeleng pelan.

“Kita tunggu sampai pagi hari, kemudian kita akan berusaha naik besok.” Kris berucap lirih, tak punya kekuatan.

Sudah sekitar lima belas menit berlalu, setelah Kris dan Tia terjatuh. Tia melihat Kris menggigil, Tia melihat Kris yang hanya memakai kaos lengan panjang. Tia mulai berfikir, pasti tadi Kris tergesa-gesa pergi dari villa untuk menemukannya.
Tia membuka jaketnya, ia mulai menggeser tubuhnya lebih dekat pada Kris dan menyelimuti tubuh Kris dengan jaketnya. Kemudian Tia merangkul Kris supaya Kris hangat.

“Apa yang kau lakukan hah?” Tanya Kris yang saat itu ternyata masih setengah sadar. “Cepat pakai jaketmu.”

“Sireo. Karena saat ini oppa lebih memerlukannya.” Tangan Tia merangkul Kris lebih dekap lagi dan Tia juga ikut masuk dalam jaketnya. “Kalo begini kita tidak akan kedinginan.” Kris hanya tersenyum tipis dengan mata terpejam menahan rasa sakit dilengannya.

& & & & &

Para petugas mencari Kris dan Tia dengan teliti dalam hutan. Mereka dibagi beberapa kelompok, supaya dapat menemukan orang yang hilang tersebut dalam hutan.
Sudah sekitar satu jam para petugas itu mencari keberadaan Kris dan Tia, akhirnya mendapatkan suatu hasil.

“Jeogi jeogi…disana, aku seperti melihat sesuatu…” kata salah satu petugas sambil menyorotkan lampu senternya ke arah semak-semak, hampir dekat jurang.

“Yah..!!! apa kalian disana?” teriak salah satu petugas.

“Ye…kami disini…” Tia yang saat itu masih sadar menjawab petugas itu.

“Oke. Tunggu sebentar kami akan menolong kalian.”


“Oppa, kita ditemukan.” Ucap Tia dengan senang walo sedikit lemas. “Oppa….oppa…” Tia menggoncang-goncang tubuh Kris. “Oppa…jebal…oppa…andwe…” ucap Tia begitu kwatir.

bersambung,,,,,