4.
Flash back
Semalaman Chang
kyun memikirkan kata-kata neneknya saat berada di rumah sakit. Chang kyun
benar-benar bingung dengan apa yang harus ia putuskan. Sampai esok pagi Chang
kyun menemui neneknya yang masih berada di rumah sakit.
“Bagaimana?
Apakah kau sudah membuat keputusan Chang kyun-ah?”
“Ye. Aku sudah
memutuskannya.”
“Aku ingin tahu,
apa keputusanmu?”
Chang kyun
mengambil dokumen yang kemarin diberikan oleh neneknya, kemudian dengan mantab
ia menanda tangani dokumen tersebut. Semburat senyum ada dibibir nenek, seakan
benar dengan pemikirannya.
“Aku berharap
bisa memberikan yang terbaik untuk nenek.” Ucap Chang kyun setelah menanda
tangani dokumen. Nada tulus ada dalam kata-kata Chang kyun. “Aku berharap tidak
akan mengecewakan nenek.” Nenek tersenyum bangga mendengar cucunya berkata
seperti itu.
“Pengacara Baek,
silahkan masuk.” Orang yang dipanggil oleh nenek pun masuk dalam ruangannya.
Kemudian Pengacara Baek membacakan syarata-syarat bagaimana ia bisa mendapatkan
warisan dari neneknya, Nyonya Minji. Satu persatu dibacakan dengan tegas dan
jelas oleh Pengacara Baek. Ada beberapa syarat yang sudah pernah Chang kyun
dengar, yaitu ia harus menikah. Tapi Chang kyun tidak menyangka bahwa
pernikahannya pun tidak sembarangan. Ia harus menikah dengan wanita yang
dipilihkan oleh neneknya. Dan ada berbagai syarat-syarat yang terkadang membuat
Chang kyun terbelalak tak percaya, kenapa neneknya membuat syarat seperti yang
telah didengar dan dibaca oleh Chang kyun sendiri.
“Aku percaya,
Chang kyun-ku setia.” Nenek menggenggam tangan Changkyun.
~ ~ ~ ~ ~
“Aku tahu anda
dan saya terpaksa melakukan hal ini untuk menyenangkan hati nenek-nenek kita.
Tapi apakah boleh aku meminta satu hal pada anda?” Yoo jung mengacungkan
telunjuknya didepan mukanya sendiri, memohon pada Changkyun. “Bisakah setidaknya
anda bekerjasama denganku? Anda bisa merayu nenek, em…eh…maksudku, Presdir,
untuk membatalkan hal itu.”
“Kenapa?”
matanya lurus memandang Yoo jung, Yoo jung merasa tak nyaman dengan pandangan
mata Chang kyun.
“Em,,, hm,,,
karena aku tahu, anda juga punya kekasih.” Mata Chang kyun tampak terkejut
mendengar perkataan Yoo jung. “Maaf, waktu itu aku tidak sengaja mendengarnya.
Tapi bukan maksudku untuk mendengarnya karena waktu itu tugasku berada disana.”
Yoo jung memainkan jemarinya pada area meja yang kosong, membentuk gambaran
lingkaran. “Dan aku juga punya seseorang yang kemungkinan aku suka.”
“Kemungkinan.”
Chang kyun tersenyum sinis.
“Hanya itu saja
yang ingin aku katakan pada anda, Direktur. Mohon Direktur memikirkan hal itu,
dan aku harap anda bisa bekerja sama. Gamsahamnida. Maaf mengganggu waktu anda
dan membuat anda tidak nyaman.” Yoojung
kemudian berdiri dan berpamitan. Changkyun memperhatikan kepergian Yoojung, dan
melihat Yoojung menerima panggilan telephone dari seseorang kemudian bergegas
melangkah.
Changkyun dalam
perjalanan pulang setelah menemui Yoojung, saat mengendarai mobilnya ia melihat
Yoojung sedang melambaikan tangannya pada seseorang kemudian sedikit berlari
menuju ke arah orang yang menunggunya. Yoojung tersenyum begitu pula pria
tinggi kurus yang menunggunya dan mereka berjalan bersama. Changkyun mengamati
dari belakang kemudinya dengan tatapan tajam, dan juga melihat adegan dimana
pria itu membersihkan rambut Yoojung layaknya seorang kekasih.
~ ~ ~ ~ ~
Changkyun memencet
tombol pintu, dan kata sandi itu tepat sehingga pintu itu menjadi tidak
terkunci. Changkyun masuk.
“Waeyo?” Tanya
seseorang saat Changkyun merebahkan dirinya diatas sofa. “Kenapa kau kemari
hah?!” orang itu kemudian meneguk minumannya.
“Hyeong, aku
menginap disini.”
“Heo?” orang itu
tertegun. Ternyata Changkyun datang ke apartemen Kihyun. “Oke. Araseo.” Kihyun
mengangguk-angguk.
“Hyeong…apa yang
kau mengerti?” Tanya Changkyun sedikit marah.
“Apalagi?” sahut
Kihyun dengan nada tinggi “Kalau aku menjawab pasti akan benar.” Kihyun sedikit
menyombongkan diri. “Wae? Kenapa kau ditolak?” Tanya Kihyun langsung telak.
“Aku belum
ditolak.” Changkyun berdiri “Aku yang akan menolaknya.” Ucapnya sambil berjalan
ke dapur mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin, Kihyun hanya
tersenyum menahan geli.
“Apa kau akan
memperjuangkannya?”
“Tentu.” Jawab
Changkyun setelah meneguk habis minumannya. “Hyeong aku pinjam bajumu.”
“Yah! Kau selalu
begitu.” Changkyun sudah berlalu begitu saja tidak menghiraukan omelan hyeongnya.
“Yah! Changkyun-ah, kau harus menukarnya dengan yang baru. Kau tahu?!”
“Ye.
Araseoyo…hyeong…” changkyun sudah berganti baju. “Hyeong, aku tidur disebelahmu
ya…”
“Andwae!!!”
kihyun melotot dan segera menuju kamarnya. “Kalau kau menginap, kau hanya boleh
tidur disofa.” Ucap kihyun sambil mengunci pintu kamarnya.
“Hyeong, aku
adikmu. Kenapa kau kejam padaku hah?!”
“Itu bukan
urusanku.” Jawab kihyun dari kamarnya.
“Aku akan
laporkan kau pada nenek!” teriak Changkyun tepat didepan pintu kamar Kihyun.
“Silahkan!”
~ ~ ~ ~ ~
“Yoo….jung…..ah….”
sapa Doyeon dengan manja.
“Wae…..?” jawab
Yoojung dengan muka dimanis-maniskan. “Apa kau memintaku untuk menemanimu?”
muka Yoojung berubah masam.
“A! kau selalu
tahu,” menggenggam tangan Yoojung dan mata Doyeon berkedip-kedip. Yoojung
mengiyakan saja permintaan sahabatnya itu. Yoojung diseret Doyeon dalam
pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Kedua sahabat ini dengan riang
mengerjakan tugasnya, sehingga tak disangka waktu berlalu.
“Gomawo…Yoojung-ah….”
Doyeon memeluk sahabatnya. “Eo! Bagaimana kalau pulang nanti kita makan di
kedai biasanya?” usul Doyeon.
“Oke. Tapi…kamu
yang mentraktirku ya?”
“Siap!” doyeon
memberi hormat, kemudian mereka tertawa bersama.
~ ~ ~ ~ ~
“Kau sedang apa
nenek Yoojung?” Tanya nenek, tetangga sebelah, nenek Minwoo.
“Aku sedang
mempersiapkan pernikahan Yoojung.” Nenek Yoojung tak hentinya tersenyum.
“Omo! Yoojung
akan menikah? Itu yang membuat hatimu senang?” nenek Minwoo terkejut serta
gembira.
“Ye. Awalnya aku
takut kalau Yoojung akan menolak.” Wajah nenek Yoojung berubah muram.
“Apakah Yoojung
menolaknya?” Tanya nenek Minwoo penasaran.
“Kalau Yoojung
menolak, apakah aku akan tersenyum selebar ini?”
“A…benar. Aku
turut bahagia mendengar pernikahan ini. Pria mana yang akan mendapatkan oori
Yoojung?”
“Dia cucu dari
sahabatku.”
“Cucu
sahabatmu?” nenek Minwoo mencoba mencerna perkataan itu “Apakah ini
perjodohan?” nenek Yoojung mengangguk mengiyakan. “Apakah kau yakin dia pria
baik?”
“Aku yakin.” Dengan
senyum lebar Nenek Yoojung menjawabnya, tegas dan mantab.
`~ ~ ~ ~ ~
Dua minggu… Tiga
minggu… Empat minggu…
Yoojung yang sudah rapi terus
mondar-mandir di kamarnya, terkadang ia duduk didepan meja riasnya, bukan untuk
berdandan tapi untuk menghafalkan dialog.
“Aaaaahhhhh….”
Yoojung meremas rambutnya sendiri, frustasi. “Kenapa tidak bergerak
sedikitpun?” rengek Yoojung. “Aku ingin menghentikan waktu,” Yoojung melihat
jam dinding “Apa dia tidak bilang pada Presdir?” Yoojung memincingkan matanya.
“Yoojung-ah....”
nenek Yoojung memanggil.
“Ye!” Yoojung
semakin gusar.
“Apakah kau
sudah siap?” Tanya nenek di depan pintu kamar Yoojung.
“Ye! Aku akan
segera keluar nek.” Yoojung kemudian merapikan dandannya sekali lagi dan
mencoba tetap tersenyum.
bersambung...