Selasa, 13 Desember 2016

(ori) BE MY WIFE part 4

4.





Flash back

Semalaman Chang kyun memikirkan kata-kata neneknya saat berada di rumah sakit. Chang kyun benar-benar bingung dengan apa yang harus ia putuskan. Sampai esok pagi Chang kyun menemui neneknya yang masih berada di rumah sakit.

“Bagaimana? Apakah kau sudah membuat keputusan Chang kyun-ah?”

“Ye. Aku sudah memutuskannya.”

“Aku ingin tahu, apa keputusanmu?”

Chang kyun mengambil dokumen yang kemarin diberikan oleh neneknya, kemudian dengan mantab ia menanda tangani dokumen tersebut. Semburat senyum ada dibibir nenek, seakan benar dengan pemikirannya.

“Aku berharap bisa memberikan yang terbaik untuk nenek.” Ucap Chang kyun setelah menanda tangani dokumen. Nada tulus ada dalam kata-kata Chang kyun. “Aku berharap tidak akan mengecewakan nenek.” Nenek tersenyum bangga mendengar cucunya berkata seperti itu.

“Pengacara Baek, silahkan masuk.” Orang yang dipanggil oleh nenek pun masuk dalam ruangannya. Kemudian Pengacara Baek membacakan syarata-syarat bagaimana ia bisa mendapatkan warisan dari neneknya, Nyonya Minji. Satu persatu dibacakan dengan tegas dan jelas oleh Pengacara Baek. Ada beberapa syarat yang sudah pernah Chang kyun dengar, yaitu ia harus menikah. Tapi Chang kyun tidak menyangka bahwa pernikahannya pun tidak sembarangan. Ia harus menikah dengan wanita yang dipilihkan oleh neneknya. Dan ada berbagai syarat-syarat yang terkadang membuat Chang kyun terbelalak tak percaya, kenapa neneknya membuat syarat seperti yang telah didengar dan dibaca oleh Chang kyun sendiri.

“Aku percaya, Chang kyun-ku setia.” Nenek menggenggam tangan Changkyun.

~ ~ ~ ~ ~

Kembali kemasa sekarang.

“Aku tahu anda dan saya terpaksa melakukan hal ini untuk menyenangkan hati nenek-nenek kita. Tapi apakah boleh aku meminta satu hal pada anda?” Yoo jung mengacungkan telunjuknya didepan mukanya sendiri, memohon pada Changkyun. “Bisakah setidaknya anda bekerjasama denganku? Anda bisa merayu nenek, em…eh…maksudku, Presdir, untuk membatalkan hal itu.”

“Kenapa?” matanya lurus memandang Yoo jung, Yoo jung merasa tak nyaman dengan pandangan mata Chang kyun.

“Em,,, hm,,, karena aku tahu, anda juga punya kekasih.” Mata Chang kyun tampak terkejut mendengar perkataan Yoo jung. “Maaf, waktu itu aku tidak sengaja mendengarnya. Tapi bukan maksudku untuk mendengarnya karena waktu itu tugasku berada disana.” Yoo jung memainkan jemarinya pada area meja yang kosong, membentuk gambaran lingkaran. “Dan aku juga punya seseorang yang kemungkinan aku suka.”

“Kemungkinan.” Chang kyun tersenyum sinis.

“Hanya itu saja yang ingin aku katakan pada anda, Direktur. Mohon Direktur memikirkan hal itu, dan aku harap anda bisa bekerja sama. Gamsahamnida. Maaf mengganggu waktu anda dan  membuat anda tidak nyaman.” Yoojung kemudian berdiri dan berpamitan. Changkyun memperhatikan kepergian Yoojung, dan melihat Yoojung menerima panggilan telephone dari seseorang kemudian bergegas melangkah.

Changkyun dalam perjalanan pulang setelah menemui Yoojung, saat mengendarai mobilnya ia melihat Yoojung sedang melambaikan tangannya pada seseorang kemudian sedikit berlari menuju ke arah orang yang menunggunya. Yoojung tersenyum begitu pula pria tinggi kurus yang menunggunya dan mereka berjalan bersama. Changkyun mengamati dari belakang kemudinya dengan tatapan tajam, dan juga melihat adegan dimana pria itu membersihkan rambut Yoojung layaknya seorang kekasih.

~ ~ ~ ~ ~  
           
Changkyun memencet tombol pintu, dan kata sandi itu tepat sehingga pintu itu menjadi tidak terkunci. Changkyun masuk.

“Waeyo?” Tanya seseorang saat Changkyun merebahkan dirinya diatas sofa. “Kenapa kau kemari hah?!” orang itu kemudian meneguk minumannya.

“Hyeong, aku menginap disini.”

“Heo?” orang itu tertegun. Ternyata Changkyun datang ke apartemen Kihyun. “Oke. Araseo.” Kihyun mengangguk-angguk.

“Hyeong…apa yang kau mengerti?” Tanya Changkyun sedikit marah.

“Apalagi?” sahut Kihyun dengan nada tinggi “Kalau aku menjawab pasti akan benar.” Kihyun sedikit menyombongkan diri. “Wae? Kenapa kau ditolak?” Tanya Kihyun langsung telak.

“Aku belum ditolak.” Changkyun berdiri “Aku yang akan menolaknya.” Ucapnya sambil berjalan ke dapur mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin, Kihyun hanya tersenyum menahan geli.

“Apa kau akan memperjuangkannya?”

“Tentu.” Jawab Changkyun setelah meneguk habis minumannya. “Hyeong aku pinjam bajumu.”
           
“Yah! Kau selalu begitu.” Changkyun sudah berlalu begitu saja tidak menghiraukan omelan hyeongnya. “Yah! Changkyun-ah, kau harus menukarnya dengan yang baru. Kau tahu?!”

“Ye. Araseoyo…hyeong…” changkyun sudah berganti baju. “Hyeong, aku tidur disebelahmu ya…”

“Andwae!!!” kihyun melotot dan segera menuju kamarnya. “Kalau kau menginap, kau hanya boleh tidur disofa.” Ucap kihyun sambil mengunci pintu kamarnya.

“Hyeong, aku adikmu. Kenapa kau kejam padaku hah?!”

“Itu bukan urusanku.” Jawab kihyun dari kamarnya.

“Aku akan laporkan kau pada nenek!” teriak Changkyun tepat didepan pintu kamar Kihyun.

“Silahkan!”

~ ~ ~ ~ ~

“Yoo….jung…..ah….” sapa Doyeon dengan manja.

“Wae…..?” jawab Yoojung dengan muka dimanis-maniskan. “Apa kau memintaku untuk menemanimu?” muka Yoojung berubah masam.
           
“A! kau selalu tahu,” menggenggam tangan Yoojung dan mata Doyeon berkedip-kedip. Yoojung mengiyakan saja permintaan sahabatnya itu. Yoojung diseret Doyeon dalam pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Kedua sahabat ini dengan riang mengerjakan tugasnya, sehingga tak disangka waktu berlalu.

“Gomawo…Yoojung-ah….” Doyeon memeluk sahabatnya. “Eo! Bagaimana kalau pulang nanti kita makan di kedai biasanya?” usul Doyeon.

“Oke. Tapi…kamu yang mentraktirku ya?”

“Siap!” doyeon memberi hormat, kemudian mereka tertawa bersama.

~ ~ ~ ~ ~

“Kau sedang apa nenek Yoojung?” Tanya nenek, tetangga sebelah, nenek Minwoo.

“Aku sedang mempersiapkan pernikahan Yoojung.” Nenek Yoojung tak hentinya tersenyum.

“Omo! Yoojung akan menikah? Itu yang membuat hatimu senang?” nenek Minwoo terkejut serta gembira.

“Ye. Awalnya aku takut kalau Yoojung akan menolak.” Wajah nenek Yoojung berubah muram.

“Apakah Yoojung menolaknya?” Tanya nenek Minwoo penasaran.

“Kalau Yoojung menolak, apakah aku akan tersenyum selebar ini?”

“A…benar. Aku turut bahagia mendengar pernikahan ini. Pria mana yang akan mendapatkan oori Yoojung?”

“Dia cucu dari sahabatku.”

“Cucu sahabatmu?” nenek Minwoo mencoba mencerna perkataan itu “Apakah ini perjodohan?” nenek Yoojung mengangguk mengiyakan. “Apakah kau yakin dia pria baik?”

“Aku yakin.” Dengan senyum lebar Nenek Yoojung menjawabnya, tegas dan mantab.

`~ ~ ~ ~ ~

Dua minggu… Tiga minggu… Empat minggu…
Yoojung yang sudah rapi terus mondar-mandir di kamarnya, terkadang ia duduk didepan meja riasnya, bukan untuk berdandan tapi untuk menghafalkan dialog.

“Aaaaahhhhh….” Yoojung meremas rambutnya sendiri, frustasi. “Kenapa tidak bergerak sedikitpun?” rengek Yoojung. “Aku ingin menghentikan waktu,” Yoojung melihat jam dinding “Apa dia tidak bilang pada Presdir?” Yoojung memincingkan matanya.

“Yoojung-ah....” nenek Yoojung memanggil.

“Ye!” Yoojung semakin gusar.

“Apakah kau sudah siap?” Tanya nenek di depan pintu kamar Yoojung.


“Ye! Aku akan segera keluar nek.” Yoojung kemudian merapikan dandannya sekali lagi dan mencoba tetap tersenyum.

bersambung...